Kali Kedua - 43

21.4K 1.4K 9
                                    

Seorang pria dengan kaus maroon dan celana pendek hitam terlihat sedang santai di sofa ruang tengah rumahnya dengan cemilan keripik singkong yang berada di atas pangkuan. Tatapan matanya lurus ke depan, menonton tayangan televisi yang sedang menampilkan sebuah acara otomotif kesukaan. Tangannya terus bergerak mengambil keripik singkong di toples kemudian memasukkannya ke mulut. Sebelumnya Barra tidak suka ngemil tetapi selama bersama Manda, ia jadi memiliki hobi baru.

Tatapan pria itu teralihkan begitu dari ekor matanya melihat seseorang yang menuruni anak tangga. Kepalanya menoleh, melihat sang istri yang sudah cantik, rapih dan juga wangi. Sebuah rok plisket sebawah lutut berwarna brick ditimpali kaos hitam polos dengan bagian bawahnya yang dimasukkan ke rok. Rambut sebahu yang dijepit setengah dengan jepitan dan wajah cantik natural tanpa make up.

"Mau kemana? Cantik banget."

Wajah Manda langsung berubah menjadi badmood yang diiringi dengan decakan kesal. Ia melangkah ke sofa lalu menghempaskan tubuh di samping sang suami yang masih menampilkan senyuman menyebalkan. "Tadi kan aku udah bilang ke kamu, temenin ke supermarket. Bahan makanan, sayuran, semuanya habis."

Barra menghadap Manda, sikunya bertumpu pada bagian atas sofa lalu menopang kepala. "Oh ya? Coba ulangin lagi, ngomongnya yang romantis." Ia tersenyum.

"Mas, nanti keburu hujan."

"Kita pakai mobil, sayang. Enggak akan kehujanan."

Manda menatap suaminya yang masih tersenyum sambil menaikturunkan alis. Mode menyebalkan Barra memang sedang aktif dan pria itu akan langsung berubah menjadi pria menyebalkan dan senang mengganggu Manda. "Mas, ayo. Temenin ke supermarket."

"Yang mesra. Yang romantis."

Seketika Manda jadi teringat dengan rencananya yang gagal menggoda Barra. Ia gagal menjadi agresif. Bagaimana untuk menjadi lebih agresif, untuk bermesra-mesraan saja Manda bingung harus bagaimana. Sebab memang selalu Barra yang memulai dan menurut Manda, suaminya itu selalu bersikap romantis padanya. Terbukti dari ucapannya pada Manda yang selalu memanggilnya dengan sebutan sayang. Sementara Manda, sepertinya ia tidak pernah memanggil Barra dengan panggilan seperti itu.

Kemudian terlihat Manda yang menggeser tubuh lebih dekat dengan Barra. Kedua tangannya melingkari pinggang Barra lalu wajahnya sedikit mendongak menatap suaminya. "Sayang, temenin ke supermarket, ya?" Ia mengakhiri kalimatnya dengan mencium pipi Barra.

Terlihat Barra yang tertawa. Ia pun mendekap Manda erat lalu mencium dahi istrinya berkali-kali dan diakhiri dengan mencium kedua pipinya. Manda hanya tertawa dalam pelukan suaminya. Padahal hanya seperti itu tetapi menurut Manda itu sudah yang paling mesra dan romantis. Bahkan hanya seperti itu saja, jantungnya sudah berdetak di atas normal. Entah lah, ia merutuki dirinya sendiri yang sulit sekali bersikap agresif ke suami sendiri.

Sebenarnya Manda memang bukan tipikal seseorang yang agresif ke lawan jenis. Terlebih lagi jika berkaitan dengan sentuhan fisik. Selain itu pula, Manda selalu merasa malu jika membayangkan dirinya harus agresif pada Barra yang merupakan suaminya sendiri.

Namun, Manda tidak ingin terus seperti ini. Manda mengerti suaminya yang mungkin saja kecewa karena penolakan Manda sebelumnya. Mungkin karena hal tersebut ia belum berani untuk memulai kembali. Maka dari itu Manda yang berinisiatif untuk memulai duluan. Meskipun tidak mudah baginya tetapi ia akan tetap mencoba.

***

Beberapa puluh menit kemudian, Barra dan Manda sudah berada di supermarket. Supermarket yang terlihat cukup ramai karena memang sedang awal bulan. Pria dengan celana panjang hitam yang ditimpali dengan sweater knit abu-abu terlihat sedang berdiri di depan rak tinggi dengan sebuah troli belanja yang sudah hampir penuh. Ia sedang memilih beberapa keperluannya. Sementara sang istri—Manda—sibuk memilih buah.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang