Bab 21

14 2 1
                                    

Suasana canggung menyelimuti dua mahluk yang berada di dalam kendaraan ini. Kai membenarkan posisi duduknya lalu membuang pandangan ke arah jalan. Ia menyalakan mesin dan melajukannya dengan pelan.  Kai meremas kemudi mobil dengan erat, terlihat dari urat-urat yang tercetak jelas. Gerumuh emosi bercampur menjadi satu. Kai masih belum bisa mengerti perasaannya saat ini kepada wanita yang berada di hadapan. Rasa takut akan kembali menyakiti, mulai menghantui Kai. Namun, ia sangat menyukai kedekatan dan  perasaan hangat yang muncul saat bersama dengan Kia.

Sementara Kia, wanita itu tak mengalihkan pandangan sama sekali dari Kai. Sedikit rasa bersalah telah mengucapkan kalimat itu yang kini membuat keadaan menjadi tidak nyaman. Namun, tak dapat dipungkiri ia juga ingin mendapatkan status yang jelas dari kedekatan bersama pria di sebelahnya ini.

Kia tak ingin perasaannya semakin bertumbuh sementara ia tak berstatus apa-apa dengan Kai.

"Kita berteman. Benar kan?" ucap Kia memecah keheningan. Senyum kecil ia paksakan terukir di bibirnya.

Kai menoleh sebentar lalu kembali fokus menatap jalan. Suasana semakin tidak nyaman setelah Kia mengatakan hal itu. Raut wajah Kai sangat terlihat tidak bersahabat. Kia mengutuk bibirnya yang asal berucap.

Kemacetan yang melanda semakin membuat keadaan dalam mobil terasa sesak. Kia menatap Kai yang terus melihat jalan, tanpa berucap satu kata pun. Kia membuka jendela agar udara yang masuk bisa sedikit memperbaiki keadaan. Namun, ia menyesal melakukan itu bukannya angin segar justru asap kendaraan terhirup.

Kia terbatuk-batuk akibat asap kendaraan yang sangat tidak sopan menyusup ke rongga dadanya. Kai menoleh dan seketika menutup jendela secara otomatis. Pria itu menepuk-nepuk punggung Kia lalu menepikan mobilnya ke pinggir jalan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kai yang masih terus menepuk punggung Kia. Ia membuka sabuk pengamannya lalu mengambil minuman yang berada di kursi belakang.

"Minum dulu." Kai menyodorkan minuman rasa apel yang dengan cepat ditenggak oleh Kia.

Kia mengusap dadanya mengatur napas yang mulai terasa lebih baik. Air bening menyembul di sudut mata Kia karena batuk yang terus-menerus. Kai yang melihat segera mengusap kedua mata Kia.

Kia terpaku melihat apa yang Kai lakukan. Ini dia yang membuatnya ingin memiliki hubungan yang pasti dengan Kai. Ia tak ingin terus jatuh ke dalam pesona Kai tetapi pria itu hanya biasa saja kepadanya.

"Ah, maafkan aku. Terima kasih Kai." ucap Kia lalu mengambil tisu dan mengusap sudut matanya. 

"Kau sudah tidak apa-apa?" tanya Kai yang hanya dibalas Kai anggukan.

"Maaf. Kau pasti terkejut," ucap Kia. Kai memandangi Kia tanpa berkedip. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu. Hal ini membuat Kia tidak nyaman.

"Kai, ada apa?" tanya Kia memberanikan diri membalas tatapan pria itu.

"Kita bukan teman. Aku juga tidak ingin berteman denganmu. Aku ingin kau lebih daripada itu. Aku mohon kepadamu, tunggu aku."

***
Olivia menghampiri dua orang yang tengah makan malam. Mereka adalah Cassandra dan Kai. Olivia menyapa kemudian menghampiri Cassandra mengecup pipi wanita tua itu. Lalu kakinya melangkah ke sebelah kursi Kai lalu duduk di sana.

Olivia membuka box berisi kue kesukaan Cassandra juga ada beberapa kue kecil yang Olivia susun di meja besar itu.
Kai memandangi pergerakan Olivia dalam diam sambil terus menikmati makanannya.

"Kau tidak perlu repot membawakan sesuatu Olivia," ucap Cassandra dengan senyum lebar terukir di bibirnya.

"Tidak apa-apa, Granny. Aku memang sengaja membeli ini karena Granny suka cemilan manis setelah makan malam," jawab Olivia semringah.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang