Sudah berbulan-bulan lamanya semenjak hari dimana Revan memperkelankan dirinya kepada Shania. Sebenarnya, secara teknis itu bukan perkenalan. Kedua orang itu bahkan tidak saling menyebutkan nama mereka masing-masing.
Semenjak saat itu, keduanya mulai bersaing dalam pelajaran. Kalau ulangan kali ini Revan mendapatkan nilai 100, Shania pasti nilainya 98. Dan, kalau ulangan berikutnya Shania mendapatkan nilai 100, Revan pasti mendapat 96. Selalu seperti itu. Seperti sudah direncanakan terlebih dahulu.
Mungkin, sekarang guru-guru bingung ingin menempatkan nama siapa di peringkat pertama dalam angkatan. Secara, kedua orang itu selalu kejar-kejaran dan tidak selamanya Shania yang menang, begitu juga sebaliknya.
Hari ini, dalam pelajaran Biologi, akan dibagi kelompok dua orang-dua orang untuk ujian praktek membelah katak. Shania hanya diam dan melipat kedua tangannya di depan dada. Kalau seperti ini, dia pasti akan bersama Rachel!
"Kelompoknya Bapak yang pilih. Nanti ada cewek-cewek, cowok-cowok, dan juga cowok-cewek. Tugasnya adalah, kalian harus membelah katak dan mencatat apa yang kalian lihat dibagian dalam setelah kalian membelah perutnya beserta fungsinya. Lalu, kalian harus mendokumentasikan saat kalian sedang membelah si katak tersebut.
"Katak yang kalian pakai harus yang masih hidup, dan, di dalam dokumentasinya harus ada saat-saat kalian membunuhnya. Entah bagaimana caranya, Bapak tida peduli.
"Tugas ini Bapak kasih waktu satu minggu. Mengingat bulan depan sudah masuk bulan Maret, kita harus menyelesaikan proyek ini dengan cepat. Setelah itu, ada proyek lagi untuk kalian dan dikerjakan secara perorangan," cerocos Pak Rahmat panjang lebar. Shania hanya mendengus dan kembali membaca buku paketnya.
"Pasangan pertama, yaitu Shania dan Revan. Bapak sangat berharap banyak kepada kalian yang selalu menjadi anak kesayangan Bapak. Melihat nilai kalian yang tidak pernah dibawah 95, Bapak berharap tugas ini kalian selesaikan dengan baik. Jangan mengecewakan Bapak, ya," ucap Pak Rahmat yang sukses membuat Shania tersedak karna saat itu dia sedang meminum minumannya.
Apa tadi katanya? Dia berpasangan dengan Revan? Si cowok dingin nan aneh yang bahkan tidak pernah bicara padanya? -Well, bukan tidak pernah, tapi jarang- cowok misterius yang dapat membuat orang mati kutu hanya dengan pandangan datarnya? Oh Tuhan!
Shania tidak fokus mendengarkan omongan Pak Rahmat yang sedang memasangkan murid-muridnya. Kenapa Shania harus berpasangan dengan Revan? Tadi kan kata Pak Rahmat, bisa cewek-cewek. Tapi, kenapa dia sekarang dipasangkan dengan saingannya sendiri?
Ya Tuhan, kalau seperti ini, mungkin Shania tidak bisa mengerjakan ujian praktek dengan serius. Cowok itu pasti akan diam terus-menerus dan membuat Shania ingin mati saat itu juga! Oh, tidak! Ini tidak boleh terjadi! Tidak!
"ENGGAK!" ceplos Shania dengan sangat kencang, sampai-sampai membuat seisi kelas hening seketika.
Shania menyapu pandangannya keseluruh teman sekelasnya dan tersenyum kecut sembari mengucapkan kata maaf. Mau ditaruh dimana mukanya kalau sudah seperti ini! Gadis itu memukul mulutnya dengan emosi. Kenapa mulutnya tidak bisa di jaga?! Untung saja Pak Rahmat sedang mengambil soal di ruang guru, jadi dirinya tidak dikeluarkan dari kelas!
"Enak banget sih, lo, sekelompok sama Revan! Sedangkan gue, harus sekelompok sama si Dika yang ngocolnya minta ampun!" ujar Rachel sembari bertumpu pada salah satu tangannya dan melihat kearah Shania dengan tatapan memelas
"Kalau bisa tukeran, gue juga mau, Chel! Males banget kali sekelompok sama patung arca nan sok tau kayak dia! Rasanya pengen gue jedorin kepala dia pake pistol biar mati sekalian!" jelas Shania dan tanpa sadar tangannya terkepal diatas rok abu-abunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Mask
Teen FictionHidup Shania sudah hancur. Berawal dari kematian Ibunya, Papanya yang tidak berharap dia dilahirkan di muka bumi, hingga dibenci oleh Adiknya sendiri, Calvin. Shania yang hilang arah, akhirnya berubah menjadi bad girl. Menutup kenangan yang bisa mel...