~Happy Reading~
•
•
•
(ʘᴗʘ)
Salsa mengangguk pelan, sedikit tersenyum. Walaupun kegelisahan masih ada di dalam hatinya, kehadiran teman-temannya sedikit mengalihkan perhatiannya....
Di kantin...
Salsa sebenarnya masih merasa takut, tapi ia sudah memutuskan dalam hatinya untuk tetap kuat. Bagaimanapun, melihat sosok tak kasat mata sudah pernah ia alami sejak kecil. Dia hanya perlu kembali membiasakan diri, atau setidaknya meyakinkan dirinya bahwa ia bisa menghadapinya.
"Sa?" suara Nana memanggilnya, namun tak kunjung mendapatkan respon.
Nana memperhatikan Salsa yang sedang melamun, matanya kosong menatap ke arah meja kantin yang penuh dengan siswa lain. Tanpa pikir panjang, Nana menepuk pelan pundak Salsa. "Woi, ngelamun aja lo."
Salsa tersentak, seketika tersadar dari lamunannya. Ia menatap Nana dengan canggung. "Kenapa?" tanyanya, mencoba bersikap biasa meski hatinya masih gelisah.
Nana menghela napas panjang, terlihat sedikit kesal. "Hadeh, Sa. Lo dari tadi gue panggil-panggil nggak nyaut. Lo mau makan apa? Gue sama Nurul mau pergi mesan," ujarnya sambil menunjuk ke arah antrean di kantin yang mulai ramai.
Salsa mengerjap beberapa kali, berusaha memproses ucapan Nana. "Oh... iya, gue pesan bakso aja, deh" jawabnya akhirnya, berusaha mengalihkan pikirannya yang sempat terganggu oleh hal lain.
Nana mengangguk. "Oke, tunggu di sini, ya. Jangan ngelamun lagi, entar kesurupan" ujarnya sambil tertawa kecil.
Salsa hanya tersenyum tipis. Namun, saat Nana dan Nurul beranjak pergi, pandangan Salsa tak sengaja terpaku pada salah satu sudut kantin. Di sana, di antara keramaian siswa yang tertawa dan berbicara, ada sosok yang berdiri kaku, tidak bergerak sama sekali.
Jantung Salsa kembali berdegup kencang. Ia memalingkan wajah, berusaha terlihat biasa saja seolah tidak melihat apa-apa.
T
ak lama kemudian, Nana dan Nurul kembali, membawa masing-masing sebuah nampan berisi empat mangkuk bakso dan empat gelas es teh. Wajah mereka terlihat puas, mungkin karena berhasil menyelamatkan diri dari antrean panjang di kantin.
"Nih, pesenan kalian" kata Nurul sambil meletakkan nampan di meja.
"Thanks ya, Rul, Na" ucap Dila sambil tersenyum lebar.
"Yoi" balas Nana singkat.
Salsa mengangguk kecil sambil mengambil mangkuknya."Makasih, guys" katanya.
Mereka mulai makan sambil sesekali bercanda dan membicarakan hal-hal ringan. Seperti biasa, sesi makan tidak lengkap tanpa adanya ghibah, suasana pun menjadi hangat dan penuh tawa.
Namun, tawa mereka terhenti saat segerombolan laki-laki tiba-tiba mendekati meja mereka. Salah satu dari mereka, Nando, langsung duduk di sebelah Nana dengan sikap percaya diri khas nya.
"Hai cantik, kalian lagi apa?"sapanya, memasang senyum yang menurutnya memikat, tapi lebih mirip senyuman monyet di mata Nana.
Nana mengangkat sebelah alisnya, tatapannya sinis. "Buta mata lo? Gak liat kita lagi makan, hah?" balasnya, sambil melanjutkan menyuap baksonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI LORONG SEKOLAH [PROSES REVISI]
Horror❗WARNING ❗ Cerita ini sedang proses Revisi jadi agak berantakan!! Salsa Razella Winata atau yang akrab di sapa Salsa, seorang gadis dengan kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu dapat melihat sesuatu yang tak kasat mata. Saat berusia...