Setelah selesai drama ulang tahun bumil seminggu yang lalu, kini Name dan Rindou sama-sama mengambil cuti selama sebulan.
Buat apa? Buat mikirin anak yang katanya Rindou udah siap tinggal bikin(padahal aslinya masih pada bingung tapi kadung ngomong sama bapak).
"Jadi, apa mau lo?" tanya Name setelah sekian menit berdiam dengan Rindou yang mengeringkan rambutnya.
"Aku... eum... Ayo bikin bayi." ucap Rindou setelah mempersiapkan diri dengan segala reaksi Name.
"Uh? Orang orang gila di rumah gue juga pada nanyain bayi. Stres emang." jawab Name yang ternyata sangat diluar bayangan Rindou.
"So?" balas Rindou seraya menggantungkan kalimatnya dengan nada yang umm.... sus.
"Apa? Mau nganu? Gue haid gblg!" cerca Name yang tampaknya sudah tertekan dengan segala kelakuan Rindou padanya akhir akhir ini.
Karena balasan yang Name berikan, Rindou langsung mematikan hair driyer yang digunakannya untuk mengeringkan rambut Name tadi.
"Kok gitu si mbak?" rengek Rindou sebelum dia menenggelamkan kepalanya di dada Name [enak banget lu bujang].
"Ngapain sih? Jauh jauh! Males gue deket deket sama lo. Bau mayit tau nggak!" cerca Name sekali lagi yang tetap tidak membuat Rindou mengalah dan pergi dari dada Name. "Kuping lo masih lubang kan? Pergii, ih baby[dibacanya babi ya teman teman]! Rin! Gue bil-"
"Shuut! Diem dulu ato gue tikem lo sekarang." jawab Rindou yang membuat Name termenung.
'... sumpah?'
"Dih. Kek anjing lo lembek gini. Mana coba sisi pemimpin lo pas lagi bareng bawahan lo?" ejek Name melihat Rindou yang tak memiliki semangat hidup sejak pagi.
"Kalo gue anjing berarti lo bininya anjing dong." jawab Rindou setelah Name mengejeknya.
"Dih anjir." pungkas Name setelah tersadar bahwa ia terkena skak dari orang yang menurutnya memiliki gangguan jiwa.
2.00 pm
Akashi Haruchiyo private room"Chi, lo ga mau mesenin apa gitu buat gue? Gue tamu loh di sini." ucap Kaichi yang merasa dirinya diasingkan di ruangan ini.
Jengah dengan perkataan Kaichi, Akashi pun memutuskan untuk menghubungi pelayan dari telepon rumah yang memang tersedia di ruangan kerjanya.
"Konichiwa, tolong bawakan 2 porsi pancake madu ke ruang pribadiku." ucap Akashi tanpa jeda.
"Wa-wait? Lo? Lo itu nyuruh ato pesen di cafe si bro? Gampang amet?" heran Kaichi karena Akashi bisa memerintah pekerja di rumahnya sesuai kehendaknya.
"Ngapain lo kaget? Dia kerja di gue dan gue bayar dia sesuai kerjanya. Lo ada masalah apa?" sahut Akashi mengerjakan laporan yang setinggi harapan orang tua di mejanya.
"Ya... ngga salah, sih. Yaudah deh gue balik." final Kaichi setelah merasa tidak ada lagi yang diurusnya.
"Kai."
"Hm? Apa?" tanya Kaichi. Sungguh! Emosi jengah Akashi dirasa berpindah ke dia.
"Lo ngapain?" tanya balik Akashi.
"Turu. Ya gue ngerjain laporan lah. Pemasukan, pengeluaran, check, sama siapa aja yang perlu di data di sini. Lo pikir sekertaris organisasi kaya gue ngapain?" jujur, Kaichi jengah dengan sikap kepoan sobatnya itu.
Tapi jika dia mengutarakannya, maka sama saja dengan menggali kuburan sendiri.
"Oh. Tolong cek dokumen ini. Isinya data-data keluarga dari orang yang nge hack keamanan kita. Darren ga bisa buat sementara waktu." sahut Akashi.
"Lo kira kerjaan kita cuma ini, Kash? Engga! Kita tinggal suruh orang yang udah disiapin sama Mikey buat cek ulang datanya. Kerjaan gue sama kerjaan D507 beda, Kash. Gue sekertaris organisasi, D507 hacker pribadi organisasi.
Kerjaan kita udah jelas beda kalo lo lupa. Kita orang yang di sebut-sebut petinggi. Kita orang yang diamanahin organisasi kalo Mikey tetiba kenapa-napa. Siapa yang ngurusin data, kerjaan, bahkan keluarga petinggi di Bonten pas kepala keluarga mereka ada di misi yang ngga memungkinkan mereka untuk pulang, Kash? Gue! Gue yang dapet peran paling sibuk diantara semua petinggi Bonten, Kash.
Tapi gue ga akan pernah ngelakuin semua tindakan yang menurut gue ga harus gue lakuin. Gue punya keluarga, punya istri yang harus gue lindungin kalo ada apa-apa. Dan lo nyuruh gue buat ngelakuin kerjaan Darren? Lo lupa gue yang ngerjain semua dokumen mingguan lo? Lo lupa gue yang ngurus kalo misal ada petinggi yang keteteran ato project yang gagal di kita? Gue.
Lo gausah nambahin beban pikiran gue, Akashi. Mending lo cari Senju, dia adek lo, Kash." serobot Kaichi tanpa sadar. "Gue bakal kerjain semua ini dj rumah. Gue pamit, assalamu alaikum." sambung Kaichi seraya mempersiapkan berkas-berkas yang akan dikerkajannya dirumah.
"Wa'alaikum salam.
Huft... ada ada aja, tuh anak."
2.45 pm
Ran private room"Baik, terima kasih atas kerja samanya, tuan Aizaki."
"Sama-sama, tuan Haitani. Baiklah. Jika sekiranya tidak ada yang dibicarakan lagi, maka saya permisi, selamat siang." jawab rekan diskusi Ran.
3.50 pm
Haitani Ran mansionKayana pov
Sudah dua hari. Aku awalnya berfikir jika Ran hanya lembur, tapi ternyata tidak. Ran sama sekali tidak pulang selama dua hari. Kemana saja?
Sudah berulang kali aku mencoba menelfon Ran, tapi nihil. Hanya panggilan tak terjawab yang aku dapatkan.
Entah mengapa, rasanya sakit. Selama 25 tahun aku hidup di dunia ini, belum pernah sekalipun aku merasakan yang namanya ditinggal tanpa kepastian. Tapi, aku berfikir. Apa ini normal untuk sepasang orang yang menikah karena perjodohan?
Aku tak pernah menemukan jawaban dari pertanyaanku sendiri. Meskipun berkali kali aku mencarinya, aku sama sekali tak pernah menemukannya.
Oh Tuhan, mengapa engkau memberikanku harapan jika harapan itu sendiri yang akan menghancurkanku dengan keindahannya? Mengapa engkau berikan luka jika luka itu sendiri yang membahagiakanku dengan kepahitannya?
Astaga, ini saya sok puitis banget ya?
Eh gpp deng latihan bikin puisi kalo sewaktu waktu ada pentas seni, eheq.author pov
Terlalu lama Kayana terbuai dalam lamunan nya, hingga tak sadar jika sang suami yang dinantikannya berada tepat di belakangnya.
"Kayana? Sayang? Kamu mikirin apa?" satu kalimat. Hanya satu kalimat namun dapat membangkitkan semangat yang ada di dalam diri Kayana.
"Ran? Kamu udah pulang?" tanya Kayana yang membuat Ran kaget.
Ya iyalah kaget. Dia udah pulang dari sejam yang lalu. Trus udah ganteng gini pake stelan rumahan malah dikira baru pulang. Ini istrinya ngipi apa gimana?
"Aku udah dari tadi, Kayana. Kamu ngelindur?" tanya Ran yang masih shock atas ketidak ngedong an istrinya.
"Eh? Bukannya kamu barusan pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Paksaan||Haitani Rindou × Reader
Teen FictionPIHAK PENULISAN MEMINTA MAAF SEBESAR BESARNYA, KARENA ALASAN PRIBADI, BOOK CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN. Lokal fanfic "Saya terima nikah dan kawin nya (Name) binti Edogawa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" •Cerita ini murni dari imajinasi sa...