Bakugou menggigit bibirnya kuat-kuat, tapi tetap saja suara desahannya yang seperti terjepit itu lolos. Pahanya gemetar tapi ototnya terlihat mengejang. Sesaat mata pemuda itu hanya mampu melihat warna putih saja di sekelilingnya. Orgasmenya terasa begitu nikmat meski ia hanya mengandalkan tangannya. Sejauh ini pemuda itu hanya berani melakukan onani meskipun terkadang tubuhnya menginginkan sentuhan lebih. Bakugou lelaki, ia sadar akan hal itu. Usianya 21 tahun, ia tahu itu. Sudah legal dan ketika ia ingin melakukan hubungan seks, ia bisa dengan mudah jajan di hotel. Bayaran perjam, ia bisa memakai pekerja seks mana saja, malah beberapa wanita mau saja melayaninya tanpa bayaran. Ukuran penisnya memang lumayan dan Bakugou cukup bangga akan hal itu. Tapi, akhir-akhir ini ia tidak pernah merasa puas. Hasratnya ingin dipuaskan oleh sesuatu yang lain dan itu bukan dengan cara menusuk.
Bakugou tidak bilang ia ingin ditusuk. Namun, semuanya berubah.
Semuanya berubah saat ia melihat seorang dosen muda baru yang mengisi kelas di salah satu mata kuliah yang ia ikuti. Rambutnya sedikit aneh yaitu merah dan putih, badannya tegap dan Bakugou tahu pria itu lebih tinggi darinya. Matanya menyorot tajam meski terlindung lapisan kacamata bening. Rambutnya yang disisir ke belakang memperlihatkan dahi, mempertegas penampilannya.
"Kenalkan, namaku Todoroki Shoto. Aku dosen untuk mata kuliah sastra Inggris disini."
Todoroki Shoto. Melihat tubuh pria itu sekujur tubuh Bakugou mendadak merinding. Sesuatu dalam dirinya bergolak membuat perutnya kembung. Bakugou tidak tahu saja kalau Todoroki juga meliriknya saat itu.
..........
"Baiklah, sekian untuk pertemuan hari ini."
Semua mahasiswa langsung merapikan peralatan mereka dan bersiap-siap pindah ke kelas yang lain. Bakugou tidak langsung beranjak, melainkan masih memperhatikan dosen muda dengan setelan kasual yang begitu cocok. Suasana kelas sangat hening sampai akhirnya Todoroki membuka suara,"Kau terus memperhatikanku sejak tadi, kau bahkan tidak fokus pada materi yang aku ajarkan." Todoroki sudah menenteng tasnya lalu memainkan kunci kelas dengan ujung-ujung jarinya, "Jika kau tidak keberatan silahkan keluar sekarang juga karena aku ingin mengunci kelas ini."
"Wah, bapak galak juga ya." Bakugou menyeringai, "Sejujurnya aku tidak keberatan terkunci disini bersamamu." Setan mana yang sudah merasukimu, Bakugou? Hanya dua jam memperhatikan dosen itu kau sudah berubah menjadi gay? Todoroki melirik dari balik kacamata. Kemudian ia melepas kacamata itu dan sedikit mengacak rambutnya,"Sial sekali, anak muda. Kau salah karena sudah mengatakan hal itu padaku. Kau masih sangat naif dan berapi-api." Bakugou sendiri tidak tahu kenapa ia begitu berani sampai melangkah mendekati Todoroki dan mengecup leher pria itu dengan cepat. Jemarinya liar meraih tangan Todoroki yang membawa kunci lalu mengecupnya dengan nakal. Sentuhan itu tanpa sadar membuat ceruk di lembahnya berkedut,"Kunci aku bersamamu dan buktikan bahwa aku memang salah." Tantang Bakugou.
Keringat Bakugou menitik. Ia tidak pernah merayu sebelumnya dan ia sangat ragu juga takut pada reaksi Todoroki selanjutnya. Mereka baru bertemu hari ini dan Bakugou sudah merayunya karena merasa gila dengan dirinya sendiri. Todoroki melepaskan tangannya dari genggaman Bakugou, membuat Bakugou merasakan betapa malunya ketika ditolak. Todoroki berjalan ke arah pintu keluar tanpa menatap padanya lagi. Bakugou menyadari suara klik dikunci lalu mengangkat wajahnya. Todoroki masih ada di depannya. Pintu tertutup rapat. Terkunci. Pria itu balik berjalan kepada Bakugou yang sekarang malah lebih takut disbanding sebelumnya. Todoroki memeluknya begitu erat dan menciumnya dengan ganas. Bakugou kehilangan nafasnya lebih cepat dari yang ia duga padahal ia tidak melakukan apa-apa (maupun membalas ciuman Todoroki). Bakugou menyerah. Nafas terengah dan wajah memerah kebelet nafsu. Todoroki punya wajah yang lebih tenang tapi matanya menggelap buas. Selagi Bakugou berusaha mengembalikan kestabilan nafasnya, Todoroki sudah sigap menggarap leher Bakugou,"Siapa namamu?" tanyanya.