DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!______
Mereka sampai di kediaman Adira, Arga memarkirkan motornya di halaman rumah lalu Adira turun dengan sedikit sempoyongan. Kepalanya terasa sakit akibat dirinya dihempaskan di tembok dan terasa lemas.
Saat Adira akan jatuh dengan sigap Arga menangkapnya. "Eh eh Ra lu nggak papa kan?" Adira memegang kepala yang semakin sakit.
"Gue tuntun ya sampe dalam rumah," tawar Arga, Adira mengangguk. Arga mengalungkan tangan Adira ke bahunya.
Saat sudah memasuki kediaman Adira. Walaupun rumah Adira minimalis tetapi tampak bersih dan rapih sehingga siapapun yang berada di sana pasti betah. "Kamar lu di sebelah mana?"
"Di situ." Adira menunjuk kamar yang bercat biru. Adira sudah tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Ia jatuh membuat Arga yang tak siap juga ikut terjatuh.
"Ra bangun." Arga menepuk-nepuk pipi Adira yang terasa dingin. Wajahnya pucat dan perlahan darah keluar dari hidungnya. Arga langsung menggendong Adira ala bridal style dan merebahkannya di kasur.
Arga melihat tisu di meja belajar Adira, ia langsung mengambil beberapa helai dan membersihkan darah yang sudah terlanjur mengalir mengotori pipinya.
Arga memperkecil lipatan tisu lalu menyumpalnya di hidung Adira. Arga melepaskan sepatu yang masih menempel di kaki Adira lalu menyelimutinya sampai dada.
"Ra bangun dong," panggil Arga sedikit mengguncangkan bahu Adira lalu menangkup wajah Adira.
"Dingin banget," gumam Arga.
"Ra gue keluar bentar ya." Tidak ada jawaban dari Adira, ia masih menutup matanya.
"Jangan pergi," lirih Adira masih menutup mata.
"Nggak kok sebentar doang nanti balik lagi." Arga mengusap lembut rambut hitam Adira. Setelah itu Arga keluar dari kamar lalu menuju dapur, merebus air untuk membuat teh hangat.
Sambil menunggu air matang, ia mengambil gelas lalu mencari gula. Setelah membuka beberapa laci di dapur akhirnya ia menemukan gula. Arga mengambil sendok lalu menakar gula menggunakan sendok secukupnya serta menuangkannya ke gelas yang masih kosong.
Tak lupa ia mengambil satu teh celup. Setelah beberapa menit air sudah mendidih, Arga menuangkan ke gelas yang sudah berisi gula dan teh. Tak lupa mengaduk dengan sendok supaya tercampur rata.
Arga kembali ke kamar Adira lalu meletakkan teh hangat yang ia buat ke nakas yang ada di samping tempat tidurnya, sedangkan Adira masih menutup mata.
"Yahh gerimis," gumam Arga ketika mendengar rintikan air hujan turun membasahi bumi.
"Udah nggak mimisan kali ya," monolognya lalu melepas tisu dan membuangnya di tong sampah kecil yang terletak di samping nakas.
"Nah udah berhenti," monolognya lagi ketika melihat hidung Adira yang sudah tidak mengeluarkan darah.
Arga duduk di samping Adira yang masih berbaring. Mengamati setiap inci wajah Adira. "Nggak, Adira bukan dia," gumamnya menepis pikiran yang mengarahkan jika Adira adalah seseorang yang dulu pernah mengulurkan tangannya di saat tidak ada seorangpun yang mau membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Semesta✔️
Teen Fiction#1-traumatic (19 November 2022) #1-astrophile (23 November 2022) ^•^ Adira Aurora, remaja berusia 17 tahun yang selalu dihantui mimpi buruk. Menemani tidurnya dan mengusik raganya yang sudah rapuh. Akankah Adira tetap bertahan? Walaupun raganya tak...