bab 1

1K 86 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


.
.
.
.
.
.
.

Di jalanan, tepatnya di dekat sebuah toko, ada seorang anak laki-laki yang melihat berbagai makanan terpampang di dalam tokonya. Ia hanya bisa melihat saja dari balik jendela kaca. Anak tersebut ingin membeli makanan yang ada di hadapannya, tapi ia tidak mampu untuk membelinya.

Saat ini, dirinya tidak memiliki uang sepeser pun untuk membeli makanan tersebut. Ia hanya bisa menghela nafas. Perutnya berbunyi, ia memegang perutnya yang terus berbunyi, mencoba menahan rasa laparnya.

"Perut, jangan berbunyi terus ya, Jio tidak punya uang untuk mengisi perut dengan makanan," ucapnya sambil mengusap perutnya dengan pelan, sambil menunduk dan menatap perutnya.

Anak laki-laki itu bernama Jio, berusia 7 tahun, yang terus melihat makanan dari jendela kaca.

"Perut, tolong kerja samanya ya! Nanti, kalau koran-koran Jio sudah terjual habis, Jio janji akan mengisi perut dengan makanan enak," celotehnya sambil masih berbicara dengan perutnya.

"Uangnya sudah diambil semua oleh bibi, jadi perut, coba tahan sebentar hingga koran-koran Jio terjual. Oh, apa karena Jio melihat makanan di sini, jadi perut mulai berbunyi," ucapnya sambil mulai berpikir.

"Daripada perut terus berbunyi gara-gara melihat makanan, mending kita jualan koran lagi sebelum bibi makin marah karena Jio tidak membawa uang yang banyak pulang," ucapnya lagi sambil mulai berjalan pergi bersama koran-koran yang dipegangnya menjauh dari toko makanan.

sebelumnya

"Kenapa cuma dapat 20.000 uang yang kamu bawa, Jio? Dimana sisanya?" Teriakannya sambil melemparkan barang ke arah Jio. Untung saja barang tersebut meleset dan tidak mengenai tubuhnya.

Jio menggigit bagian bawah bibirnya, berusaha mengatakan sesuatu.

"Jio sudah berusaha, Jio hanya dapat uang segitu," jawabnya.

"Ah, pasti kamu menyembunyikan uangnya kan? Enggak mungkin dari pagi kamu cuma dapat segini. JAWAB, DIMANA KAMU SEMBUNYIKAN UANGNYA!" teriakannya lagi, sambil menatap tajam ke arah Jio, menarik lengan anak itu yang telah membuatnya menderita selama ini.

Jio yang ditarik pun meringis, berusaha menahan tangisnya. Pergelangan tangannya saat ini sangat sakit karena bibinya menariknya tanpa ampun, hingga menyebabkan pergelangan tangannya sedikit memerah.

"Bibi, Jio tidak menyembunyikan uangnya lagi. Uang yang Jio berikan ke bibi sudah semuanya," jawabnya sambil menatap bibinya.

"Berani-beraninya anak sialan sepertimu mulai berani menatapku seperti itu. Sudah enak-enaknya menumpang di rumahku tanpa tahu diri. Kau tidak tahu berterimakasih," katanya sambil menghempaskan lengan Jio hingga Jio terjatuh dan tubuhnya mengenai lantai.

Untung saja lantai ini dilapisi oleh karpet berbulu halus, sehingga rasa sakitnya hanya sedikit.

Jio mengusap bokongnya yang terasa sedikit sakit, lalu dengan berani mengatakan, "Ini bukan rumah bibi, tapi rumah ibu dan ayahku."

baby are you oky?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang