#13 : Trauma

37 13 0
                                    


DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____

"Sakit yang aku rasakan saat ini nggak sebanding sama hal pahit yang aku alami selama ini."

°•ADIRA•°

_____


"Nggak." Ia mengigau. Mimpi itu datang lagi seakan ingin menetap dan tidak ingin pergi dari ingatan Adira.

"Adira anak aneh."
"Adira anak setan."
"Adira nggak normal."
"Muka Adira kaya tembok. Rata haha," gelak tawa dari teman sebaya Adira menggelar di kelas.

"Aku salah apa sama kalian? Sampai kalian tega berkata seperti itu sama aku," tanyanya. Adira menahan tangis sedari tadi.

"Jangan pura-pura nggak tau, kamu ini memang dasar aneh tau haha,"

Byurr

Salah satu anak perempuan mengguyur Adira dengan air dingin. Ia kedinginan, menggosokkan kedua tangannya di bahunya.

"Hahaha basah semua." Lagi, ketiga anak perempuan yang merundung Adira tertawa terbahak-bahak.

"Hiks... kita kan teman hikss... kenapa kalian tega hiks... sama aku?" Ia yang saat itu duduk di kelas lima SD hanya bisa menangis, batinnya bertanya-tanya salah apa dirinya sampai teman-temannya sampai tega mengolok-olok dirinya.

"Teman? Haha kamu ini gampang banget percaya, kita itu mau temenan sama kamu karna kamu pintar, supaya kita bisa nyontek ke kamu kalo ada tugas doang haha kasihan banget," jawab Nesa—anak yang di kepang dua.

Bola mata Adira melebar, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nesa. Jadi selama ini dirinya hanya dimanfaatkan oleh teman-temannya.

"Udah hujan nih yuk pulang sekarang aja, kalian bawa jas hujan kan?" ujar Oliv pada kedua temannya.

"Yuk, biarin Ara di sini sendiri."

"Dah Ra kita pulang duluan haha," ejek Nesa lalu mendorong Adira dengan sengaja membuatnya terjatuh di samping ember.

Setelah ketiga temannya pergi Adira masih berada di ruang kelas, tertunduk sambil memeluk dirinya sendiri.

"Jadi ini yang akan kalian omongin setelah pulang sekolah," batinnya.

Ia harus menelan pil pahit, teman-temannya yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri ternyata busuk.

Jika memang kenyataannya ia tidak bisa memiliki seorang teman, tidak masalah. Daripada mempunyai teman tetapi hanya untuk dimanfaatkan ia tidak sudi.

Adira bangkit, mengusap air matanya kasar. Mengepalkan tangannya kuat, ia tidak akan melupakan kejadian yang menimpanya hari ini. Ia tidak selemah yang mereka kira.

Adira memutuskan keluar dari kelas, menerobos hujan dan berjalan kaki menuju rumahnya.

^•^

Sesampainya ia di rumah, ia mendapati Ibunya yang sudah memerah wajahnya menahan amarah. Adira yang basah kuyup menelan ludahnya sendiri, mendekat menuju sang Ibu dengan kepala tertunduk takut.

"Jam segini baru pulang dari mana aja kamu hah?!!" bentak Bunga.

"Ma-af Ma." Dengan suara bergetar ia hanya bisa mengucapkan maaf.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang