6. Katanya Aku Udik

114 26 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Park Haejin, Kambing, bukan Pak Haji!" Seokjin bersungut-sungut sambil mengunci layar lalu memasukkan ponselnya ke saku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Park Haejin, Kambing, bukan Pak Haji!" Seokjin bersungut-sungut sambil mengunci layar lalu memasukkan ponselnya ke saku. Detik berikutnya pria itu bergegas meninggalkan ruang TV, batal main gim sebab ada hal yang jauh lebih penting. Menyelamatkan ibu hamil dari hasrat aneh-anehnya yang dibungkus dengan alasan ngidam.

Padahal, awalnya Seokjin sudah senang, malam Minggu, Sojung bilang ingin tidur di rumah orang tuanya, kangen Mama katanya, dan Seokjin tidak perlu ikut. pria itu istirahat atau menyenangkan diri saja di rumah. Alhasil, Seokjin memilih bermain gim untuk mengusir penat yang bukan hanya didapat karena pekerjaan menumpuk, tetapi juga karena permintaan aneh bin ajaib sang istri selama beberapa waktu terakhir.

Baru seperempat perjalanan, ponsel Seokjin berdering, seseorang menelepon.

"Lo ke sini, nggak, Bang?"

"Iya, ini lagi di jalan. Lagian lo kenapa, sih, nurut-nurut aja kemauan bini gue? Kalo yang lain nggak apa-apa, ini ke klub, yang bener aja!"

"Bang, lo pikir mudah nolak mbak gue kalo dia sudah berkehendak? Ke lo, sih, enak, dia manja-manjaan, ke gue, rambut gue dijambak kalo nggak nurut!"

"Pfft!" Seokjin tidak bisa menahan tawa saat otaknya refleks membayangkan betapa menderitanya Jungkook karena Sojung yang memaksa.

"Harusnya, sih, lo nggak tahu, tapi ya gimana ya, kalo ada apa-apa gue males tanggung jawab."

"Lo di mana sekarang? Kok nggak berisik?"

"Toilet."

"Lah, Sojung sama siapa jadi?" Suara Seokjin meninggi, seiring dengan laju mobil yang bertambah.

"Sama Yewon."

"Yewon? Oh, syuk—hah? Yewon? Yewon divisi kita? Jangan bohong lo, mana mungkin dia—"

"Dahlah, gue tutup dulu teleponnya. Lo buruan ke sini. Gue nggak bisa ngapa-ngapain kalo bini lo masih di sini. Bye!"

Sesuai perintah Jungkook, Seokjin bergegas. sepuluh menit kemudian, mobil pria itu sudah terparkir rapi di dekat klub.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Seokjin menginjakkan kaki di tempat bernama klub, bukan untuk bersenang-senang, melainkan mengemban misi membawa pulang sang istri.

Suara Hati Pak SuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang