Prolog

492 29 7
                                    

Angin laut berhembus seperti badai, gulungan ombak sudah hampir memasuki sebuah pemukiman yang jauh dari dunia luar. Pulau ini hanya sebesar desa, yang hanya mempunyai penduduk sedikit yang bisa dihitung dengan jari. Dipimpin seorang pendeta tua renta yang setiap sebulan sekali berlayar menuju ibukota untuk mencairkan dana bantuan yang nantinya untuk kebutuhan penduduk di desa Hage.

"Bapa, ada mayat!, ada mayat mengapung dilaut."

seorang nelayan yang hendak pergi berlayar, mengurungkan niatnya untuk pergi karena cuaca yang tidak memungkinkan, tetapi ia melihat sosok tubuh yang sudah terseret ombak itu menuju tepi pantai, karena takut, nelayan itu segera melapor pada bapa pendeta.

"Mayat?!"

Bapa pendeta bangkit dari kursi, lalu mengambil mantel dan topi, ia jalan sedikit tergopoh gopoh,karena sakit pinggang yang juga tak kunjung sembuh.

"Bapa! Segera lah.. mengapa anda lambat sekali, sudah tahu ada mayat!" kata wanita nelayan itu tak sabar.

Bapa pendeta mengambil tongkat berjalan sambil berusaha menegakkan tubuhnya ditengah angin badai.

Pulau hage sudah memasuki musim penghujan, kalau sudah begini badai angin dan petir dari sore hingga malam hari selalu menyertai.

Begitu sampai di lokasi, bapa pendeta terkejut melihat sosok pria yang sudah tersungkur di pasir. Dengan hati hati pendeta tersebut, menyentuh tubuh yang seperti orang mati.

"Bapa, bagaimana ini.. ? jangan jangan dia sudah mati."

"Tunggu dulu.."
Bapa, segera mengecek nadi pria itu disekitar lengan.

"Dia masih hidup.." ujarnya ragu.

Bapa Orsi, merasakan adanya denyut yang samar samar bisa ia rasakan.
"Ya, dia masih hidup." serunya semakin yakin.

"Panggil orang lain, kita bawa pria ini ke gereja"

***

Charlotte menutup pintu pintu dan jendela gereja. Badai musim ini terasa lebih dasyat dibandingkan musim musim sebelumnya, beberapa rumah hancur dan mereka terpaksa mengungsi, sebagian di gereja, sebagian lagi di rumah pendeta.

Charlotte segera menyalakan lilin disemua sudut ruangan sambil memastikan keadaan dan melihat langit langit jika terjadi kebocoran.

Jika saat badai seperti ini, Charlotte sedikit khawatir, digereja ini ia tinggal sendiri, ia cukup takut akan makhluk halus, belum lagi kondisi gereja dengan kayu kayu yang sudah lapuk.

bruuuk

Charlotte terkejut mendengar suara pintu depan gereja yang terbuka.

"Ada apa?"

"Ada orang asing hanyut di laut, kami membawanya kemari karena sepertinya dia masih hidup, sister Charlotte tolong bantu orang ini"

"Baik"

Charlotte segera melepas baju yang dipakai pria itu, tubuhnya kedinginan dan wajahnya membiru.

"Bawa dia dekat perapian" ujar Charlotte, butuh 4 orang pria untuk mengangkat sosok yang kini sedang pingsan, pria ini memiliki perawakan yang besar.

Charlotte memeriksa jantung, sambil mendekatkan telinganya di dada pria itu, ia merasakan detak jantung yang lemah.
sebagai seorang perawat Charlotte tahu apa yang harus ia lakukan,

Charlotte segera melakukan CPR dengan menekan dada pria itu.

ohoookk

pria itu mengeluarkan air dari mulutnya, masih dalam keadaan tidak sadar.

Charlotte kembali melakukan CPR, namun baru saja tangannya menyentuh tubuh, pria itu langsung menepisnya kasar, secara tiba tiba  pria itu menarik lengan Charlotte, entah karena insting bertahan hidupnya tinggi, pria itu membalikkan tubuh Charlotte, hingga posisi wanita itu kini berada dibawahnya.

"Apa yang kau coba lakukan?!" bentak pria itu.

Charlotte terlalu terkejut dengan respon orang yang baru saja ia selamatkan. Suara pria itu terdengar mengerikan sama dengan raut wajahnya yang kini setengah mengancam.

Selain itu posisi keduanya sangatlah intim, Charlotte ingin sekali berteriak lalu mendorong pria itu, tapi Charlotte sadar ia tidak mampu.

Sorot Mata pria yang mengerikan itu berangsur melemah, lalu pria itu kembali tak sadarkan diri dan ambruk menindih tubuh Charlotte.

TBC



UnhollyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang