FARAZKA 01

16 5 1
                                    


"FARA!"

Teriakan bagaikan terompet itu menggema di seluruh ruangan. Gadis yang sedang tertidur lelap di kasur empuknya langsung tergelonjak kaget, membuatnya langsung duduk dengan mata melotot.

"Dooh ...! Bang, lo kalo sehari aja gak bikin gue emosi kayaknya sekarat hidup lo!"teriak gadis cantik dengan rambut berantakan karena baru bangun dari tidurnya. Dia adalah Fara, lebih tepatnya Fara Ledisa Quenza.

Tingginya di atas rata-rata tapi selalu di bilang boncel, cantik dan memiliki mata tajam seperti pedang. Gadis itu berusia 17 tahun, dulu dia bersekolah di bandung tapi pindah karena keinginan sang kakak. Fara sekolah di SMA yang sama dengan kakaknya yaitu SMA Draxion.

Gadis itu berasal dari keluarga konglomerat, semua keluarganya bermarga Quenza, marga sang Nenek. Kenapa tidak memakai marga papanya saja? Ya itu karena keinginan terakhir sang Nenek agar marga semua keluarganya adalah namanya sendiri.

"Keluar lo cepet! Temen-temen gue bakal dateng bentar lagi"ucap Refan, menahan tawa saat mendengar adiknya marah. Refan, kakak Fara satu-satunya menyahut di depan kamar gadis itu dengan terus menggedor pintu agar adiknya semakin kesal. Refan Dirgantara Quenza yang terpaut hanya 1 tahun dengan Fara, hobinya tentu saja membuat adiknya kesal setengah mati dengan kelakuannya.

Refan juga mempunyai 4 sahabat yang selalu menemaninya di saat senang saja. Dia juga sangat menyayangi Fara, hingga sampai sekarang Fara masih jomblo di karenakan larangan sang kakak yang melarangnya mempunyai teman pria.

Refan adalah pria dewasa tapi memiliki sifat kekanakan yang masih setia menempel di hatinya. Refan mendapat tugas dari papanya untuk menjaga Fara, karena papa dan mamanya akan pergi ke luar kota untuk mengurus perusahaan mereka. Dia juga mempunyai sifat yang dingin terhadap wanita kecuali adik dan mamanya.

"Lah temen lo yang dateng, kenapa ngusik ketenangan gue sih?!"marahnya masih pada posisi semula.

"Ya lo sebagai adek gue seharusnya siapin makanan kek buat mereka makan nanti, masa gue gak ngasih mereka apa-apa?"

Masih di depan pintu kamar Fara sambil terus menggedornya."Kalo seandainya mama ada di rumah gak bakalan gue nyuruh lo buat masak."sambungnya.

"Lo kalo ngomong. Itu tangan bisa diem gak?"tanya Fara dengan perasaan jengkel, tapi Refan malah semakin menjadi-jadi membuat kekesalan Fara semakin meningkat."Tros ... gedor aja terus itu pintu, kalo rusak mati' lo di tangan papa!" Ucapnya dengan menekan kata 'mati'.

"Yaudah makanya lo keluar"

"Males gue"

Mendengar jawaban adiknya, Refan malah kesal sendiri hingga timbul lah ide cemerlang di otaknya, yang selalu menjadi andalan untuk membuat adiknya menuruti segala perintahnya."Lo kalo gak keluar gue kasi tau papa ya kalo lo sering nginep di rumah Viona sampe berhari-hari"

Mendengar ancaman dari Refan, mata Fara langsung membola kemudian menatap tajam ke arah pintu kamarnya.

"Alah bicut lo bang, ngancemnya itu mulu"jawabnya kesal, sambil berjalan ke arah pintu untuk membukanya, dengan kaki yang terus dihentak-hentakkan ke lantai.

Setelah pintu terbuka, tampaklah seorang pria tinggi dengan rambut lurus belah dua seperti oppa-oppa korea. Dilihatnya kakak tidak berdosanya hanya cengengesan menatap wajahnya lalu berkata.

"Nah gitu dong, kalo gini kan kita gak berantem"

Sekarang dia merasa sangat bahagia di atas penderitaan adiknya, karena sudah membuat adiknya tunduk kepadanya tanpa adanya penolakan. Fara yang melihat wajah Refan dengan senyum kemenangannya hanya bisa menahan diri untuk tidak mencakarnya sekarang juga. Pria itu masih lengkap dengan pakaian sekolahnya dan tas yang setia di bahunya.

"Nih giti ding" ucap Fara mengulang ucapan Refan dengan nada jengkel, kemudian berjalan menuruni anak tangga menuju dapur.

"Lopyu adeku ...! Muah!"teriak Refan yang langsung mendapat tatapan sinis dari Fara. Sedangkan dirinya langsung lari terbirt-birit menuju kamarnya.

****

Sekarang bertepatan jam 3:23 sore, rumahnya sudah seramai pasar jakarta.
Refan yang mendengar kebisingan dari arah ruang tamu, sudah tau siapa yang membuat rumahnya seramai ini, itu pasti ulah dari teman-temannya.

Selepas mengganti bajunya dengan kaos oblong berwarna putih polos dan juga celana training berwarna peach, dia langsung keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga untuk bergabung dengan mereka.

"Wih udah dateng aja lo pada" sapa Refan kemudian langsung menjatuhkan bokongnya di tengah-tengah mereka yang sudah duduk anteng di sofa sambil bercanda.

"Iya lah kalo soal makan gratis Arkan paling cepet" ucap salah satu dari mereka yang bernama Alegra Grasyaputra, sering di panggil Ale.

Ale adalah pria yang tak kalah tinggi dari Refan, memiliki sifat receh dan lebay kalau di hadapan teman dekatnya. Beda lagi ketika dia ada di hadapan para gadis yang menyukainnya dia pasti akan bersikap sok cool dan cuek. Ale juga memiliki paras yang tampan, dengan gaya rambut ala jamet tik tok.

"Definisi gak sadar diri"sindir Refan, yang mendapat cengengesan dari Ale.

"eh lo sendirian di rumah? Si boncel kemana? Tumben gak keliatan" Tanya pria yang bernama Arkan sarega zola, lebih tepatnya Arkan. Arkan adalah pemuda tegas, memiliki paras 11/12 dari Ale dan juga Refan. Bisa di bilang dia yang paling cerewet di antara temannya yang lain, apalagi jika menyangkut kesehatan dan keselamatan mereka semua, termasuk si boncel(Fara)

"Lagi di dapur noh, nyiapin makanan buat lo pada" jawab Refan sambil menunjuk ke arah dapaur dengan dagunya, dan terlihatlah Fara yang asik berkutat dengan alat dapur.

"Asik! Gue bisa makan masakan calon bini gue lagi" Arkan langsung mengacungkan tinjunya ke atas, tidak perduli dengan tatapan tajam dari Refan.

"Eh si Zidan kemana tumben gak ikut tuh bocah, biasanya kan dia yang paling semangat kalo dateng ke rumah gue"

"Biasa lagi ngurus si doi lagi ngambek katanya gara-gara gak di beliin Seblak. Tapi katanya dia nyusul belakangan"cerocos Ale, tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Hadeh ... kasian gue lama-lama sama itu bocah"Refan menghela napas panjang, kemudian menoleh ke arah Arkan."Lo besok jangan gak masuk sekolah, temen kita bakalan balik dari London. Inget itu."

"Iya, iya"

Dengan menghela napas panjang, Arkan menatap ke arah Fara yang masih sibuk dengan alat dapur."Adek lo cantik banget, Pengen gue jadiin bini, tapi pawangnya kayak singa" sindir Arkan melirik ke arah Refan yang hanya memutar bola mata, malas mendengar ocehan tidak berfaedah itu.

"Arkan?" Panggil Ale, sambil menatap Arkan dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Apa?"

"Kamu nanya?" Tanya Ale dengan nada mengejek. Tadi saat dia sibuk dengan ponselnya, dia tidak sengaja melihat fyp di tik tok tentang dilan, yang merekomendasikan gaya rambutnya.

"Apaan nyet?!" Tanya Arkan lagi, tapi di balas dengan kata yang sama oleh Ale, yang membuatnya langsung naik pitam. Arkan langsung menggeplak kepala Ale saking kesalanya.

"Aduh sakit njir"

"Lu sih gak ada kerjaan" tukas Refan pada Ale yang cengengesan.

"BANG! MAKANANNYA UDAH SIAP NIH!"

_ºz0zº_

FARAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang