03. Who's Ivana?

36 7 1
                                    

"gue, ngga akan ngebiarin orang-orang yang masih satu darah sama bajingan itu hidup tenang." Ancam Ailu yang masih menahan kerah baju seseorang agar tidak terjun ke bawah sana.

Orang itu sudah gelagapan, tangannya yang dingin mencekal lengan Ailu dan meraung-raung agar tidak diloloskan begitu saja.

"Van, please... Biarin gue hidup, gue janji bakal bantuin Lo buat-"

"Janji seseorang yang sedang ketakutan dan tertekan itu bullshit!!! Gue ngga akan berubah pikiran!" Tekan Ailu tajam.

Seringai Ailu tercetak jelas beriringan dengan raut wajah pucat ketakutan dari seseorang yang ia benci seumur hidupnya.

"Selamat tinggal, Endita." Saat itu cekalan tangan Ailu pada kerah baju gadis itu terlepas.

Membiarkan orang yang ia benci, mati dengan tragis.

Terdengar suara samar benda jatuh dari ketinggian, ia pun melihat ke bawah untuk memastikan. Ailu dapat melihat seseorang memekik kemudian menghampiri Endita yang sudah tak bernyawa dengan darah yang mengalir deras dari tubuh terutama kepala gadis itu.

Seringai Ailu semakin melebar "Tidur yang nyenyak, semoga mimpi indah."

Telapak tangannya saling beradu menyapu bekas Endita, tubuhnya berbalik arah untuk menuruni gedung pencakar langit. Sebenarnya Ailu ingin duduk sejenak untuk menikmati malam yang indah ini, menatap pemandangan lampu kota dari atas sangat menyenangkan.

Tapi sepertinya ia tak ada niatan untuk melakukannya sekarang.

Todongan senjata api sudah menjerumus tepat di depan wajahnya, bergerak sedikit saja bisa jadi nyawanya hilang seperti Endita beberapa menit lalu.

Ailu menatap seorang lelaki itu dengan santai, tidak ada ketakutan yang tercetak di wajahnya.

Ailu terkekeh hambar, lalu mengangkat tangannya ke langit tak lupa dengan tatapan tajamnya.
"Well, gue ikut Lo."

•••

"Seorang Ivana kalah cepat, hahaha..."

BBRRAAKK!

PRANG!

Ailu menendang meja di hadapannya hingga benda kaca yang terletak di permukaan ikut jatuh. Ia berdiri tegak dengan nafas memburu serta sorot mata yang menjerumus tajam, tangannya tak bisa leluasa bergerak karen di borgol oleh pihak kepolisian.

Sebenarnya yang ia hadapi ini bukan inti pihak kepolisian, tapi orang dalam dari kantor polisi.

Seseorang yang bersamanya di ruangan itu kaget dengan kelakuan Ailu yang brutal, sangat tidak cocok dengan paras cantik yang dimiliki oleh gadis itu.

"Hey, calm down sist. You can be free, aku tidak akan menjebloskan mu ke dalam penjara."

"Setelah kamu membunuh beberapa keluarga ibu tiri mu, baru kali ini aku melihat mu tertangkap."

Lelaki itu tersenyum tipis menatap Ailu "balas dendam itu boleh, tapi jangan sampai menghabiskan keturunannya. Kamu pikir tidak lelah membuatnya-"

"PERSETAN LO AKSEL!" Murka Ailu.

Aksel, lelaki itu lantas menunduk dan tertawa hambar tanpa suara. Selang beberapa detik kemudian  pandangannya kembali lurus, menatap Ailu yang tak jauh darinya.

"Ivana, kamu adalah monster yang sesungguhnya."

•••

"Apa? Di kantor Lo?"

"Oke oke, gue jemput sekarang."

Asrar menyimpan ponselnya dengan segera, ia terburu-buru berlari ke garasi mobil miliknya. Barusan ia mendapatkan telfon dari sahabat karibnya, Aksel.

REVENGE|NI-KITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang