33 : Seleksi Alam

502 73 12
                                    

"Brengsek!"

"What the fuck! Maksud lo apa?!"

Nesya datang dengan membawa amarahnya. Rasanya kalau mampu, dia ingin sekali melenyapkan seseorang di depannya ini, meskipun semua orang bertanya-tanya sebabnya apa. Padahal terakhir kali mereka bertemu masih baik-baik saja, pada saat pengumuman hasil try out hari itu. Tapi hari ini semuanya berubah tanpa alasan yang jelas.

"Dia bilang kejadiannya di sini! Siapa lagi kalau bukan lo, Arash!" Nesya berteriak, dia menuduhkan sesuatu yang Arash pun tidak mengerti.

Teman-teman jadi ikut tegang. Mereka terkejut. Atau ini pertama kalinya mereka melihat Nesya semarah itu.

"Nes, lo kenapa, sih? Dia siapa yang lo maksud?"

"Lo tuh nggak usah pura-pura nggak ngerti!" Gadis itu mendorongnya. "She's pregnant. Dia bilang di rumah ini. Lo bajingan, Arash!"

Gadis itu menamparnya lagi. Kali ini lebih keras. Tapi semuanya juga tidak mengerti mengapa bisa Nesya tak terkontrol. Dan dia siapa yang dimaksud?

"Shake my head!"

"How do you mean? Who is she?"

"Lo ngent*t, Rash?"

Semua jadi bertanya-tanya. Arash pun tidak mengerti dengan semua ini. Katakan, kalau ini tidak benar, Rash.

"This is not true! I did not do anything!" Laki-laki itu menegaskan, di depan Nesya. "Listen carefully, Nesya. Pertama, gue nggak tahu siapa yang lo maksud. Kedua, gue nggak pernah ngelakuin hal aneh di rumah ini. Dan ketiga, gue cuma cinta sama Sela, jadi nggak mungkin gue ngelakuin itu sama orang lain. Keempat, lo bikin gue bingung karena nggak jelasin titik koordinatnya."

Itu benar. Nesya tidak menjelaskan titik koordinat dari masalah ini. Dia bahkan menuduh tanpa bukti.

Gadis itu tertunduk lesu. Dia merintih. Untuk kali ini dia tidak berani lagi menatap mata orang di depannya itu. Bahkan semuanya terasa menakutkan untuk dia lihat.

"Calm down, Nesya. Sini duduk. Lo jelasin masalahnya apa. Dan siapa yang lo maksud?" Sofia mencoba menenangkan. Memintanya untuk duduk.

Namun dari kejadian barusan, satu-satunya orang yang tidak bersuara adalah Raihan. Wajahnya menujukkan sikap tak acuh. Atau dia memang tidak ingin ikut campur apa pun.

"Pagi tadi, dia bilang...." Dia menyeka air matanya. "Dia hamil, Sof. Kejadiannya di sini waktu terakhir kali kita stop penyelidikan ini." Bibir Nesya bergetar. Demi Tuhan, dia tidak sanggup menceritakan ini.

"Wait! Maksud lo Farida?"

Nesya menjawabnya dengan anggukan berat. "Dan dia bakal ke Jepang, Sof. Pagi ini. Orang tuanya malu karena dia---"

"Jadi selama ini dia menghilang karena itu?"

Tidak ada yang tahu apa pun. Tidak ada yang mengerti tentang kejadian itu. Sama sekali.

"Di sini yang laki-laki cuma ada kalian bertiga. Dan kesimpulannya udah jelas, siapa yang kemungkinan melakukan itu. Lo nggak bisa ngelak, Arash!" Dengan kekeh Nesya tetap mencurigainya. Atau mungkin tamparan ketiga akan kembali mendarat di pipi laki-laki itu.

Plak!

Perih. Kali ini lebih perih. Hingga pipi itu memerah.

"Sialan!" Laki-laki itu mengumpat. Dia menarik tubuh Nesya dan menegaskan, "GUE UDAH BILANG BUKAN GUE! DON'T ACCUSE ME!"

"KALAU BUKAN LO SIAPA LAGI? INI RUMAH LO DAN LO YANG BERKUASA DI SINI! SEMUA UDAH JELAS TANPA LO JELASIN!"

Itu tidak benar. Sama sekali tidak, Nesya.

UTBK : Misteri di Balik LayarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang