Setelah membawa Haechan menuju kamar, Mark mengambil kedua putranya terlebih dulu dan membawanya ke kamar juga. Selanjutnya ia membersihkan kekacauan yang dia buat di dapur tadi. Untung saja mereka tadi tidak bertelanjang bulat.
"Sudah?" tanya Taeyong yang melihat Mark mendekati ruang tengah dengan cengiran lebarnya.
"Sudah Mom" kata Mark lalu mendudukkan diri di tempat yang kosong "Kenapa pulang tidak memberi tahu terlebih dulu?" katanya menatap anggota keluarganya yang terlihat lelah sehabis liburan.
"Bagaimana Haechanie? Pasti dia sangat malu sekali" Taeyong mengabaikan pertanyaan putranya.
"Kalian ini tidak tahu tempat sekali. Apa kamar tidak membuat kalian lebih nyaman melakukannya?" kata Jaehyun hanya bisa menggeleng tidak habis pikir pada putranya.
"Parah sekali, untung yang datang aku dan Mom. Bagaimana jika orang asing?" Jeno ikut menimpali pembicaraan yang terjadi.
"Diam kau" kesal Mark kepada Jeno di sertai dengusan kesal. Sebagai tanggapan Jeno hanya mengejek hyung nya itu dengan menirukan gaya bicaranya.
"Iya Mom. Haechan sangat malu" ucapnya sembari menunjukkan senyum tipisnya, akan tetapi lebih ke senyum rasa bersalah.
"Aku dan Haechan juga tidak mengira jika kalian akan pulang hari ini. Lagi pula apa salahnya mencoba suasana baru" ucap Mark menjawab perkataan si kepala keluarga, dan suaranya mengecil di akhir kalimat.
"Kau ini. Tidak masalah kalian melakukannya dimana pun. Setidaknya pastikan sekitar" ucap Jaehyun dengan melempar bantal yang ada di dekatnya ke arah putra sulungnya.
"Maaf Dad maaf. Namanya juga tidak sengaja" jawab Mark setelah menangkap bantal yang di lempar Daddy nya.
"Tidak sengaja tapi sampai ... "
"Bisa diam tidak!!" kesal Mark yang kali ini melempar bantal yang ada di tangan nya ke arah adiknya yang menyebalkan.
"Sudah sudah. Kalian ini sudah dewasa masih saja bertengkar" sela Taeyong yang tidak habis pikir dengan kelakuan kedua putranya.
"Salahkan Jeno yang suka menyahut sembarangan" kata Mark seolah mengadu pada orangtuanya.
"Aku hanya bicara fakta" jawab Jeno lagi tidak mau mengalah.
Baik Taeyong maupun Jaehyun memijat pangkal hidungnya. Ternyata usia tidak menentukan kedewasaan seseorang, bukti nyatanya adalah anak mereka sendiri. Mark dan Jeno sama saja.
"Sudah sudah. Jeno ke kamar mu, dan kau Mark. Jangan di ulangi lagi" ucap Jaehyun menengahi keduanya.
"Hei kau .. jangan mengungkitnya lagi, apalagi di depan Haechan" ucap Mark memberi peringatan pada sang adik. Mengingat adiknya itu suka sekali menjaili istrinya.
"Ck!!" decak Jeno dan hanya berlalu tanpa memperhatikan lelaki yang menjadi kakak nya.
"Jeno ... " panggil Taeyong dengan nada peringatan nya.
"Iya Mom iya. Aku tidak akan membahas apapun" jawabnya lalu pergi meninggalkan ruang tengah dan menuju kamarnya.
Mark tersenyum bangga mendapati jawaban yang di berikan Jeno. Kasihan juga Haechan jika harus menjadi bual-bualan adiknya, meskipun ia tahu niat Jeno hanya bercanda.
"Kau juga. Kembali ke kamar dan beri Haechan pengertian. Kau ini suka sekali bertingkah" Jaehyun kembali bicara masih dengan tidak habis pikir dengan kelakuan putra sulungnya.
"Iya Dad, maafkan aku" ucap Mark lalu berdiri dari tempatnya lalu meninggalkan kedua orangtuanya untuk menuju kamar.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Ring's || Markhyuck || [Completed]
FanfictionBXB, MPREG Tepat sehari sebelum pelaksanaan pernikahannya dengan sang kekasih, Haechan mendapat berita yang mengharuskan nya untuk merelakan pernikahan nya demi sang adik kesayangan. "Bagaimana aku bisa menikah dengan orang lain sementara aku mencin...