♡ 20. Bantuan tiba ♡

2 0 0
                                    


Gerbang depan kastil sudah hancur lebur. Penjaga yang menjaga kini tergeletak tidak bernapas, dengan darah menggenang. Sang pelaku berdiri tidak jauh dari tubuh tidak bernyawa itu. Tangannya memiliki kuku panjang nan runcing. Ada sisa-sisa cairan kental bewarna merah milik sang korban di sana. Ia lantas menjilati kukunya. Mecicipi cairan kental dari penjaga.

Beberapa orang berlari ke arah gerbang depan. Sekitar lima orang, termasuk Leon. Langkah mereka terhenti kala melihat sang pembunuh. Melihat sekeliling. Ketika indra penglihatan menangkap tubuh rekan mereka, refleks mereka mengepalkan tangan.

"Makanan selanjutnya sudah tiba ternyata," ujar si pelaku sambil memasang senyum lebar. Menatap satu persatu orang-orang yang baru saja tiba.

Tiba-tiba sebuah balok kristal terbuat dari es dengan ujung runcing, melesat ke arah si pelaku. Sigap ia menghindari kristal es tersebut. Namun, pipinya terkena ujung balok. Meninggalkan luka gores yang kini mengalirkan cairan kental berbau amis berwarna merah.

"Wah, wah, wah. Agresif sekali. Aku suka," ujar si pelaku sambil menyeka cairan luka di pipi.

"Benarkah? Kalau begitu.... " Leon membaca mantra dengan singkat. Seketika akar-akar raksasa muncul ke permukaan, mengelilingi si pelaku. Detik berikutnya, akar-akar tersebut menghunjam tubuh si pelaku. Mengenai setiap tubuhnya sehingga banyak cairan merah menetes.

Si pelaku tidak bergerak dengan mata terbuka lebar. Rambut panjang bewarna merah miliknya terbang seirama angin meniup. Cairan kental juga keluar dari sudut bibirnya.

Leon dan yang lain mengira si pelaku sudah tiada. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara tawa melengking. Memekakkan telinga sampai mereka semua menutup akses indra pendengaran.

Tawa tersebut milik si pelaku. Masih tertusuk oleh akar, ia menatap merendahkan orang-orang yang mengira dirinya sudah tiada. Senang rasanya melihat kebingungan mereka semua. Rasa tidak percaya bahwa ia masih hidup walau dalam kondisi mengenaskan seperti ini.

Tanpa merasa ragu, si pelaku melepaskan diri dari akar yang menatap di tubuhnya. Jika akar menancap susah di lepaskan, ia akan memotong bagian tubuh itu. Seperti di kaki kiri yang tertancap akar begitu kuat.

Kaki yang terpotong lantas beregenerasi dalam hitungan detik. Begitu juga dengan luka-luka yang lain. Tubuh si pelaku sudah kembali seperti awal pertemuan mereka. Tidak ada sama sekali luka, bahkan luka gores di pipi.

"Sambutan yang cukup menyenangkan. Karena kalian berhasil membuatku tertawa, maka akan aku beri hadiah," ucap si pelaku sambil tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang runcing.

Seketika si pelaku melesat ke depan dengan gerakan cepat. Saat sudah berada di depan seorang gadis bermata kuning, ia langsung meninju pipi kiri gadis tersebut. Tidak sampai di situ, ia melanjutkan dengan memberikan tendangan ke perut. Sehingga korbannya terpental jauh. Berakhir dengan menambarak pohon besar samai terdengar bunyi hantaman keras.

Setelah melakukan hal barusan, si pelaku kembali ke tempatnya. Tersenyum puas dengan apa yang baru saja ia lakukan. Melihat si gadis tidak sadarkan diri dengan cairan kental mengalir dari sudut bibir, belakang kepala dan pelipis, membuat ia semakin bersemangat.

"Anna!" teriak teman-teman si gadis. Salah satu dari mereka berlari menghampiri Anna. Berjongkok dengan wajah menatap khawatir keadaan Anna. Tangan sampai gemetar ketika mendekat ke denyut nadi untuk memastikan apakah si gadis masih bernapas.

Teman Anna menarik napas lega untuk sesaat. Denyut nadi Anna memang lemah, tetapi ia masih selamat. Ia lantas memberi kode kepada yang lain bahwa si gadis masih hidup.

"Pergilah lebih dulu untuk merawat Anna. Serahkan sampah itu kepada kami," ucap seorang pemuda bermata hijau.

Teman yang memastikan kondisi Anna mengangguk pelan. Dengan hati-hati ia mengendong Anna. "Kalian hati-hati," ucapnya lalu berlari menuju tempat aman.

Meet Because of the Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang