maaf?

17 14 1
                                    


Hai prennn💙

Apa kabar? Aku harap baik

setelah sekian lama, kita ketemu lagi. Biasalah penyakit kumat, jadi mundur-mundur buat update

Harap tidak plagiat, karna ini karya asli tanpa campur tangan pihak manapun. Saya selaku author Empatheia mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh atau yang lainnya. Sekali lagi karya ini tidak untuk diplagiat. Terima kasih..

Jangan lupa vote, komen cerita ini. Bantu komen disetiap paragraf nya yaaa....

Okee happy reading all💙

''Mau apa lagi lo?!'' mataku menatapnya sengit. Berbeda dengannya yang dengan santainya bersandar di motornya seolah tak terjadi apa-apa.

''Gue, cuma mau minta maaf,'' lontarnya cepat. Dapat kurasakan tatapan mata yang begitu dalam kearahku.

Aku membuang asal wajahku, ''gue cape.''

''Gue mau dari awal,'' ucapnya lembut menggenggam kedua tanganku.

Aku menghembuskan nafas kasar. ''Lo pikir Dra! Ada cewe-cewe lo, yang mau nerima lo terus kaya gue?! Jangan pikir gue gak cape dan bisa terima lo terus!''

Ia nampak menggeleng menyangkal ucapanku. ''Cuma lo, gue bisa balik Yol!'' ucapnya berkebanding balik dengan pernyataanku tadi.

''Kalo lo gini terus, lo cari orang lain aja deh. Yang bisa lo jadiin tempat pulang lo itu!'' sarkasku lagi tak menyetujui ucapannya.

''Gue cape,'' finalku lirih meninggalkan lelaki yang bertengger diatas motor kesayangannya itu.

•••
Cinta, iya menurutku hal itu adalah sebuah cuplikan rasa dari kehidupan yang sangat rumit. Kadang aku mempertanyakan perasaanku tentangmu. Apakah aku menyukaimu dengan rasa sayang?

Tulus, atau sekedar ingin memiliki atau pun hanya ingin membuatmu berbalik melihatku saja? Satu hal yang pasti bisa ada di dekatmu saja bisa membuatku senang.

Berada didekatnya, melihat senyumannya, melihat tingkah lakunya dan merasakan perhatian kecilnya membuatku melupakan sekejap beban pikiranku.

''Yola?'' terlihat tangannya melambai didepan wajahku, membuat ku tersadar dari lamunan yang cukup panjang menurutku.

''Ngelamun kelamaan gak baik,'' ujarnya memberi tahu.

Dengan memandang kosong kedepan aku menyahuti perkataanya. ''Siapa bilang?'' tolehku kearahnya.

''Gue barusan,'' khas sangat khas senyuman lebar yang terbit diwajahnya.

Aku menggeleng terkekeh, ''mana bisa gitu!''

''Bisa!!'''

''Engga, Awan.''

''Bisa, Yola!''

''Siapa bilang, bahkan orang-orang yang sering ngelamun itu. Tanda-tanda orang pinter,'' ujarku menjelaskan.

''Gitu kah?'' ia nampak polos bertanya, dan dengan anggukan ku jawab. ''Gue ngelamun aja biar pinter kalo gitu!''

''Gak gitu jamall!!'' geramku meruas wajah mulus milik Awan.

•••

Ucapan itu masih saja berputar, menyelami pikiranku. Namun, ini tak mungkin sangatlah tidak mungkin untuk aku menaruh rasa padanya.

Notifikasi berbunyi, membuat atensiku Ilene dan Riona teralihkan dari permainan yang tengah kami mainkan.

Notifikasi itu berasal dari ponselku yang Membuatku mengacuhkan. Membiarkan dering telepon terus berbunyi. Tertera dengan jelas nama penelepon dari sebrang sana. Namun, aku sedang malas meladeni lelaki itu.

empatheiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang