• Chapter 2 •

15 1 0
                                    

[Flummox]

"Si...siapa kamu?!" Tanya Elliott dengan panik serta gemetaran, Elliott pun mundur beberapa langkah.

Sang pria hanya diam sembari menunjuk ke sebuah meja dengan patung Phoenix diatasnya.

"Kau menggunakan kesempatan emas mu dengan tepat." Pria itu akhirnya membuka percakapan.

"Apa maksudnya?" Tanya Elliott kembali.

"Penolong mu." Balas pria itu dengan singkat.

Pria dengan perawakan tinggi, rambut merah api sampai sebahu, memakai setelan jas pengadilan, sejenak Elliott mengira bahwa pria itu berumur 30 tahunan. Lalu Elliott tersadar.

"Ahh... Kertas skenario ini..." Elliott mengeluarkan kertas skenario nya.

Pria itu hanya mengangguk. "Kau menggunakan hak istimewa, keuntungan bagimu dengan tepat menggunakannya." Jelas pria itu.

"Menggunakan?" Elliott terdiam, ia tak tahu bagaimana cara menggunakan nya, apalagi memakainya.

Pria itu hanya berdecak sembari mengulurkan tangannya pada Elliott supaya Elliott bisa berdiri, Elliott tanpa pikir panjang menerima uluran tangan pria itu dan berdiri walaupun tak seimbang dikarenakan sekujur tubuh Elliott masih sakit.

Pria itu hanya melengos pergi, Elliott yang menduga bahwa pria itu menyuruhnya untuk mengikuti dirinya tanpa berbicara sedikit pun mengetahui dan paham. Tetapi kondisi Elliott yang tidak baik untuk berjalan pun kesusahan menyusul pria itu.

"Tuan, tunggu! Jangan terlalu cepat berjalan!" Pinta Elliott yang terpaksa berjalan cepat.

"Dirimu yang jalan nya lambat, salahkan dirimu kau bisa terluka." Dengan entengnya pria itu berbicara, berpikir kejadian Elliott itu bisa dihindari dengan mudah.

"Pria ini sama gilanya dan ringan mulut seperti Pustakawan!" Batin Elliott yang kesal dengan perlakuan orang-orang terhadapnya.

Setelah berhasil menyusul pria itu dengan rasa sakit yang luar biasa serta beberapa kali hampir terjatuh, akhirnya Elliott mengetahui kenapa pria itu berjalan dengan cepat. Sang pria menunjuk ke arah jendela, Elliott pun reflek melihat dari balik jendela dan terkejut lah dirinya bahwa waktu permainan skenario hampir selesai, matahari hampir sepenuhnya terbit. Dan Elliott berhasil tetap hidup walaupun hampir saja bertemu malaikat kematian berulang kali.

"Sudah di penghujung permainan awal ini, kau sudah seterpuruk ini walaupun yang lain sudah di diskualifikasi. Bisa dikatakan kau ini beruntung tapi juga sial secara....bersamaan?" Ucap sang pria dengan ekspresi dan kata-kata yang tak bisa di deksripsikan .

"....aku... berulangkali hampir akan bertemu malaikat kematian, aku tidak tahu apa motivasi ku bisa tetap bisa hidup disini." Jawab Elliott seadanya serta pasrah.

Pria itu hanya mengangguk. Melihat Elliott dari atas hingga bawah, menganalisa Elliott dengan datar lalu kembali bertanya. "Siapa saja yang menolong mu?"

"Hah?"

"Aku bilang, siapa yang membantumu hingga sampai ke titik ini. Untuk mencapai titik ini tidak mudah orang seperti mu bisa mencapai penyelesaian tertinggi dalam babak ini."

"Memangnya tidak ada?" Tanya Elliott.

"Sejak pertama kali masuk, tidak ada satupun yang bisa hingga akhir. Padahal masih di awal permainan atau mungkin... pemanasan? Mereka mati semudah itu." Ucap sang pria menjelaskan dengan enteng.

"Pemanasan dari mana!"

"Kata ku." Jawab pria itu singkat.

Elliott merasa kesal dengan pria ini, tak lama dia merasa kesal tiba-tiba dia teringat tentang mutant yang menyerangnya.

[The Red Opera]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang