14.| Rencana Penyusup

80 33 40
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Tidak, semua ini bahkan baru saja di mulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak, semua ini bahkan baru saja di mulai."

A story by Ade Bintang 🌟

___________________________


Di tengah dataran yang luas dan tandus, terlihat istana tua berdiri kokoh istana yang terbuat dari batu-batu hitam yang dingin dan keras dengan menara-menara menjulang tinggi ke langit, dindingnya yang tebal dan kuat tampak seperti benteng tak tergoyahkan.

  Alcira, kerajaan yang dikenal sebagai tempat perhimpunan orang-orang kejam dan biadab. Taman-taman yang pernah indah dan subur di sekitar kastil kini tampak layu dan mati. Pohon-pohon yang seharusnya berdiri hijau sekarang kering tanpa air.

Suasana sunyi, sepi mendominasi. Koridor-koridor panjang dan gelap terlihat lebih kosong dan hampa, hanya diisi oleh suara langkah-langkah bergema di seluruh dinding batu. Ruangan yang seharusnya megah, malah terlihat suram. Di satu sisi terlihat seorang pria dengan raut muka dingin serta tatapan tajamnya. Ia duduk di atas singgasana miliknya mengamati para pelayan yang berkerja tunggang-langgang.

“Yang Mulia…Raja Dhanmar yang agung.” Seorang pria datang lalu berlutut memberikan penghormatan. Dhanmar tak menjawab, ia hanya menautkan alisnya seraya menatap dengan arogan.

Pria yang bernama Georgie itu mulai mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan. Meski dengan nafas yang terburu-buru, ia tetap mencoba professional.

“Pangeran Jiggen… tertangkap,” ujarnya.

Dhanmar tak merespon ia hanya memberikan tatapan memaki dari dalam benaknya. Membuat Georgie selaku panglima kerajaan Alcira ini terkejut.

Bagaimana bisa Dhanmar yang merupakan ayah kandung dari Jiggen bersikap seperti itu.

“Apa kita perlu memberikan sekutu untuk penyelamatan Pangeran Jiggen, Yang Mulia?” tanya Georgie.

“Tidak usah!” ujar Dhanmar tegas.

Georgie terbelalak, “tapi, Yang Mulia… Pangeran Jiggen bisa saja terbunuh!” ujar Georgie merasa tidak enak hati. Namun, pandangan penuh tekadnya seketika berubah menjadi memelas seperti anak anjing sesaat setelah Dhanmar memberikan ia tatapan cukup mengerikan.

“Bukan salahku jika dia terlahir sebagai seorang pengecut!” sembur Dhanmar dengan nada tak bermarwah yang ia miliki.

Georgie tak bisa berkata-kata, ia tak sampai hati jika harus membiarkan Jiggen mati, namun ia lebih takut dirinya yang mati di terkam Dhanmar.

Dhanmar menyeringai seram lalu berdiri dengan wibawanya. “Lagian, jika dia sampai terbunuh, itu justru menguntungkan kita.” Dhanmar menjeda ucapannya. “Karena kita bisa menjadikan kematiannya sebagai dalih penyerangan pada Carlotte,” ujarnya lagi.

...•๑✿๑•...

Kursi kayu itu terjatuh, bersamaan dengan suara yang kontras muncul cukup keras. Terlihat dari raut mukanya, York tampak kesal, ia menarik kerah baju Jiggen seraya berteriak kasar padanya. “Katakan dengan jujur! Apa yang kalian rencanakan?! Apa tujuan mengirim mu ke sini?” tanya York.

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang