#15 : Firasat

34 12 0
                                    

Ucapan memang bisa saja berbohong, tetapi firasat seseorang tidak bisa di bohongi. Entah hanya intuisi belaka atau memang benar terjadi.

(Anonim)

DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____


Di kamar yang bernuansa abu-abu itu Arga bersandar ke headboard kasur. Malam ini ia hanya duduk di kasur, mengotak-atik ponselnya bosan.

Ia menghela napas panjang. Membuka kontak di ponselnya menampakkan nama-nama temannya. Ia memutuskan untuk menghubungi Niko, siapa tahu Niko bisa keluar menemani kebosanan yang melanda Arga.

"Halo, apaan Ar?" Terdengar sahutan dari Niko.

"Kafe yuk bosan gue di rumah."

"Yah sorry Ar gue nggak bisa, gue lagi sama curut nemenin belanja."

Arga tahu siapa yang dimaksud 'curut' yaitu Adik perempuan Niko yang berusia 15 tahun.

"Bang aku ambil ini yah." Suara cempreng Gemi terdengar sampai telinga Arga.

"Ya ampun udah banyak begini loh dek masih mau ngambil yang lain. Mripate kui loh weruhan (matanya itu loh jeli)," gerutu Niko yang kini sudah susah membawa barang-barang Adik perempuannya itu.

"Yaudah lu lanjut aja, bye." Arga mematikan panggilan sepihak. Niko sedang sibuk menemani Adiknya.

"Andai gue punya Adik, pasti hidup gue nggak akan sepi gini," monolognya. Tiba-tiba ia teringat dengan Rima yang sedang mengandung.

"Tapi gue cuma pengin Adik dari rahim Bunda." Ia menatap langit-langit kamar.

"Gue ke kedai Adira aja ah, belum tutup kali ya jam segini." Arga bangkit lalu mengambil hoodie di lemarinya dan keluar dari kamarnya.

"Mau kemana kamu?" Baru saja ia hendak membuka pintu, pertanyaan Rima membuatnya menghentikan langkah.

"Cari angin," jawab Arga singkat lalu membuka pintu dan mengendarai motornya menuju kedai Adira yang terletak di pusat kota.

Sedangkan di tempat yang berbeda, Adira sedang melayani pembeli yang silih berdatangan. Jika orang lain bertanya apakah melelahkan? Tentu lelah tetapi ia sudah biasa.

Kring kring...

Pintu kedai terbuka menampakkan Arga yang tersenyum ke arahnya. Arga duduk di kursi yang terletak di samping kaca transparan jadi ia bisa melihat lalu lalang orang lewat melalui kaca.

"Mau pesan apa masnya?" tanya Adira yang kini sudah berdiri di samping Arga, Adira memang selalu memanggil pelanggan yang datang dengan sebutan mas atau mbak sekalipun dengan teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau pesan apa masnya?" tanya Adira yang kini sudah berdiri di samping Arga, Adira memang selalu memanggil pelanggan yang datang dengan sebutan mas atau mbak sekalipun dengan teman. Ia membawa buku kecil serta pulpen untuk menulis daftar pesanan pelanggan.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang