Akhirnya hari itu aku berhasil memindahkan semua barang-barangku dari rumah, rasanya aku masih ingin tinggal lebih lama dirumah dan menikmati waktu hanya dengan bermain game dan nongkrong bareng Daus dan Rizky. Tapi mereka juga pada akhirnya tidak ada waktu lagi untuk ngumpul bareng, setelah bekerja. Daus pergi merantau dengan adik dari ayah tirinya ke Kalimantan, katanya ada proyek besar dan akan bisa mendapat banyak uang nantinya. Sementara Rizky, dia memilih untuk mengambil pelatihan Pramugara. Katanya dia ingin bekerja dipesawat dan terlihat ganteng maksimal.
Aku setelah lulus kuliah design graphis, memutuskan untuk mencari pelarian hidup. Kupikir seharusnya aku menjadi anak seni rupa atau lebih banyak bergaul dengan para pemain theater. Ternyata setelah sekian lama aku lebih suka merenung dan menikmati kata-kata puitis yang kubaca dari twitter dan ku salin ulang untuk postingan caption di instagram. Namun karena kebutuhan rokok dan kopi, aku rasa tidak baik jika terus menerus minta pada ibu atau kakak. tidak mungkin juga aku harus berhutang ke warung Bu Indah. Sehingga aku dengan terpaksa meninggalkan kenikmatan hidup dan kesederhanaanku ini untuk bekerja di Jakarta.
Apakah pernah terpikir aku harus hidup seperti ini? maksudku bukan hidup bekerja sebagai design graphis dan berkerja di ibu kota. Tetapi menjalani tiap malam di ruang tidurku dengan banyak kejutan yang tidak aku harapkan. Dimalam hari tepat aku telah berpindah ke apartemen, aku tidak memegang banyak uang untuk biaya hidupku sebelum aku mendapat gaji sebagai seorang budak perusahaan.
Ibu dan Kakak membekali aku dengan sebungkus rokok untuk satu bulan dan uang untuk gula kopi dan makan KFC seminggu sekali. Sisanya aku harus mengatur keuanganku untuk ongkos dan makan 3 kali sehari. Yang aku hitung, mungkin aku bisa mengurangi makan 1 kali dan aku bisa menambah uang rokok. Aku mengkotret uang jajan terkahirku dari ibu disebuah buku catatan kecil setelah lelah berpikir dan menggoreskan tinta bolpoin, bukan hanya catatan saja yang berhasil kubuat tetapi juga beberapa gambar wajah Nami dengan berbagai pose. Ah! aku ini!. Setelah kusadari bolpoin yang kubawa dari rumah sudah habis tetapi aku masih harus mencatat beberapa hal.
Malam itu aku memutuskan untuk turun dari lantai 12 unit kamarku menuju Alfamart tak jauh dari Lobby. Berbekal uang 35 ribu kembalian dari membeli nasi rames makan siang sebelumnya, aku membeli bolpin seharga 21 ribu isi tiga dan kratindaeng agar bisa sedikit menyegarkan badanku. Sebelum aku kembali ke kamarku, aku harus membakar sebatang daun kering yang memberi kenikmatan sejati ditengah dilema hidup yang mereka sebut quarter-life crisis.
Sudah barang tentu akan kuhisap ujung lainnya yang tak terbakar dan aku menikmati hempasan asap yang keluar dari mulutku. Ia membumbung semakin tinggi menuju tak terbatas dan melampauinya. Hingga ia berhasil menuntun mataku melihat jendela-jendala kamar dan apa saja yang penghuninya lakukan. Rupanya stalking dari sudut ini jauh lebih menyenangkan daripada menstalking orang dari media sosial pikirku.
Aku pun semakin penasaran, apakah aku bisa melihat unit kamarku dari bawah sini. Aku berjalan sedikit lebih jauh dan mulai mencari dimana kamar tempatku berteduh itu. Sungguh aku sangat beruntung rupanya seorang gadis jelita berdaster sedang berganti baju tepat disebelah unit kamarku. Sekalipun tidak begitu jelas terlihat pemandangan itu, tetapi aku rasa ini disebut dengan rejeki anak soleh. Segera akupun ingin kembali keatas sana, sebab sepertinya gadis itu seperti bersiap akan kesuatu tempat.
Aku menaiki lift yang sepertinya sudah cukup lama menghantar para penghuni untuk turun-naik dan turun-naik. Terkadang katrolnya berbunyi beberapa kali, mungkin saja karena iapun sudah lelah bekerja seharian penuh atau setahunan penuh tanpa jeda. Tapi sudahlah, aku menarik pelajaran bahwa hidup ini diciptakan bukan harus terus bekerja seperti lift ini. Dalam lift itu ada beberapa orang lainnya, aku tidak berani bertegur sapa. Sebab mereka terlihat begitu lelah setelah mungkin menghadapi kenyataan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartemen Lantai 12
Mystery / ThrillerAku menuliskan ini sebagai petunjuk bagi siapapun yang baru saja ataupun mau memutuskan tinggal di apartemen. Awalnya aku tidak begitu menyukai untuk tinggal disebuah ruang sempit serbaguna seperti ini, tetapi mencari keamanan dan fasilitas jadi pri...