Callum adalah kekasih Alea sejak dua tahun yang lalu. Callum Clark, yang awalnya merupakan seniornya di kampus adalah sosok yang diam-diam Alea kagumi saat pertama kali dirinya masuk ke Universitas Stornforks, di New York. Saat itu, Alea yang begitu menyukai seni musik, memilih ikut bergabung di club music yang ternyata dibimbing oleh Callum. Karena seringnya mereka bertemu, memiliki kesamaan yang sama-sama menyukai musik, membuat keterdekatan mereka semakin melekat hingga tanpa sadar rasa tertarik akan satu sama lain tumbuh begitu saja. Belum sempat menyelesaikan S1-nya, Alea memang pindah ke Indonesia dan melanjutkan study-nya, di negars tempat kedua orang tuanya tinggal, membuat keduanya jarang bertemu tatap. Tapi siapa sangka, dua bulan, setelah itu Callum menyusulnya, menyatakan perasaannya tepat saat Valentine's day. Tentu saja kejutan kecil berbau romantis tidak jauh-jauh dari rencana yang Callum susun demi menyatakan perasaannya pada Alea. Alea yang memang juga memiliki rasa ketertarikan yang sama, langsung menerima pernyataan cinta Callum, dan sejak saat itu hubungan mereka terjalin. Bahkan kini Callum tinggal dan menetap di Indonesia mengurus perusahaan cabang milik ayahnya.
Satu minggu tidak bertemu, membuat Alea merindukan Callum. Alea berniat mengunjungi Callum dan di jam seperti ini, Alea sangat tau dimana Callum berada.
Dengan langkah ringan, Alea mendorong pintu kaca dan memasuki sebuah ruangan yang memiliki kedap suara. Senyumnya perlahan mengembang ketika mata hazelnya menemukan sosok yang ia cari kini tengah duduk di depan grand piano dengan tangan yang menekan-nekan tuts-nya membentuk nada merdua yang sangat familliar di telinga Alea.
Alea melangkah sepelan mungkin tanpa menimbulkan suara. Tidak ingin mengganggu konsentrasi kekasihnya yang sepertinya begitu menghayati permainan pianonya.
Alea mengenal lagu yang Callum nyanyikan. Lost Stars, milik salah satu musisi terkenal, Adam Levine.
Cukup lama Alea berdiri di belakang Callum tanpa berniat mengintrerupsinya, sampai nada terakhir dan lagu berakhir, Alea tetap diam.
"Aku tau kalau aku memang tampan, Le"
Senyum Alea semakin mengembang. Callum membalikkan badannya menghadap Alea. Dengan seringai penuh percaya diri. Callum menyisir rambut hitam kecoklatannya yang berantakkan.
"Bahkan kamu tidak berkedip barang sedetik" Alea mendengus mendengar ucapan penuh percaya diri Callum. Alea tidak menampik. Callum memang tampan. Memiliki wajah tegas sekaligus penyayang. Callum termasuk lelaki yang di kejar-kejar kaum hawa. Selain wajah tampannya yang sangat khas, serta karir yang cemerlang di usia muda. Callum begitu ramah, pandai berteman. Bahkan ia tidak memilih. Hal itulah yang menjadi nilai plus di diri Callum, dan Alea sangat mencintainya. Mata hijau laut Callum menyipit saat Alea hanya mendengus tanpa memberikan jawaban yang sebenarnya tidak perlu.
"Kenapa? bukankah itu benar?" tanyanya. Alea bersidekap.
"Kamu terlalu percaya diri, Call. Aku tidak berkedip melihatmu karena permainan piano-mu, bukan ketampanan-mu" jelas Alea yang menekankan maksudnya. Callum terkekeh, beberada detik kemudian dia meraih tubuh mungil Alea ke dalam dekapannya. Alea tanpa menolak, dengan senang hati membalas pelukan Callum, walaupun posisi mereka terasa aneh menurutnya.
"I miss you. I miss you so bad" bisik Callum yang membenamkan wajahnya semakin dalam pada perut Alea. Dia mengencangkan pelukannya di sekitar tubuh Alea, menghirup dalam-dalam aroma yang sudah sangat ia rindukan semingguan ini.
Alea terkekeh sekaligus merasakan geli di perutnya akibat ulah Callum. "You know, i miss you to" balas Alea yang mulai mengelus kepala Callum lembut. Senyum Callum mengembang dalam dekapan Alea. Tanpa mengubah posisi, mereka berdua hanyut dalam dekapan yang mereka rindukan. Menikmati moment kebersamaan mereka yang terputus selama satu minggu di karenakan Callum harus mengurus pekerjaannya di Kanada, tempat kantor pusat miliknya berada. Alea tidak heran memang, ketika Callum akhir-akhir ini di sibukkan dengan pekerjaan sehingga mereka jarang bertemu untuk sekedar makan siang. Mengingat Callum adalah anak sulung dari tiga bersaudara serta satu-satunya keturunan laki-laki yang keluarga Ayah-nya miliki. Ayahnya yang berasal dari Kanada dan Ibu-nya dari Indonesia. Awalnya kedua orang tuanya tinggal di New York, namun setelah kematian Ayahnya, keluarganya lebih memilih kembali dan menetap di Kanada untuk mengenang mendiang sang Ayah, dan juga karena itulah, perusahaan pusat yang awalnya berada di New York, dipindah menjadi di Kanada. Dan hanya dirinya yang menjadi satu-satunya harapan keluarga untuk meneruskan perusahaan itu, mau tidak mau Callum harus bekerja lebih ekstra dari sebelumnya. Selain karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya, perusahaan juga saat ini berada pada massa berkembang pesat. Hal itulah yang membuat Callum di tuntut bolak-balik Indonesia-Kanada. Alea sebagai kekasih, tentu sangat mengerti keadaan Callum. Memberikan lelaki itu semangat tanpa hentinya.