"aku akui,aku suka hujan dan malam namun untuk hujan di malam hari aku membenci nya"
Di sudut ruang kamar bernuansa serba hitam itu ada seorang laki-laki yang menundukan kepalanya ia menahan sakit dari luka nya dan menahan isak dari mata nya
Arshaka Jevais Narendra lelaki itu kini mengurung diri di dalam kamar nya sejak pulang dari pemakaman sang adik ia tidak keluar dari kamar nya
Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya, setelah seharian ia duduk di sudut ruang kamar nya
Setelah ia selesai mandi,Arshaka merebahkan tubuh nya di ranjang berukuran king size milik dirinya
Ketika hening didalam terasa, ketukan pintu membuat nya mengerang karna menggangu ketenangan nya
"bang makan dulu yuk, dari pagi abang belum makan loh" ucap Maurin sang ibu dengan suara bergetar
"nggak ma, Shaka gak laper" jawab Arshaka sekena nya
Maurin terdiam,jika Arshaka sudah menyebut nama nya ketika di panggil maka ia sedang dalam keadaan tidak ingin di ganggu
"yaudah nanti makan ya bang, jangan nangisin Zea mulu kasian dia" ucap Maurin lagi
Arshaka mengeras kan rahang nya, bagaimana bisa dia berhenti memikirkan Zea sedang ia yang selalu bersama nya
"iya nanti Shaka makan" ucap nya dengan nada malas
Arshaka memejamkan matanya mengingat kejadian beberapa minggu lalu
Terlalu banyak hal yang ia pikirkan membuat nya pusing hingga tanpa di sadari ia telah terlelap menuju alam bawah sadar
"bang tunggu Zea pulang ya bentar lagi ko, aku sama mama lagi di jalan" ucap Zea dari sambungan telephone nya
"iya abang sama papa tungguin kamu ko" jawab Arshaka dengan lembut
"bilangin sama mama hati-hati bawa mobil ny-" ucapan Bisma terhenti ketika mendengar teriakan dari sebrang sana
"aaaa" teriakan dari Zea membuat Arshaka dan Bisma tertegun
"ma, mama bangun" ucap Zea lemas namun masih bisa di dengar kedua nya
Tanpa berpikir panjang lebar Bisma dan Arshaka langsung mencari keberadaan Zea dan Maurin
Mereka tergesa-gesa membawa dua malaikat dalam hidup nya menuju ruang gawat darurat
Setiba nya di ruangan bernuansa serba putih nan bau obat itu suasana menjadi sendu
Kelam yang dirasa bagi mereka berdua, rencana awal ingin berlibur merayakan kelulusan Zea dan Arshaka namun semua berubah menjadi tragedi paling mengerikan bagi mereka
Arshaka kini menunggu di ruangan Zea sedangkan Bisma ia berada di ruangan sang istri
Dalam ruangan yang ditempati Zea dan Arshaka itu kini hanya hening, Arshaka tidak bisa menahan rasa sakit nya
Ia mulai menangis tanpa suara sembari memegang tangan Zea yang dingin ia mengusap pelan agar tidak mengganggu istirahat nya
"sorry dek, abang belum bisa jadi abang yang baik buat kamu"
"abang gak tau harus ngomong apa kalo nanti kamu sadar dan kamu gak bisa liat apa apa lagi selain hitam"
Arshaka tertunduk merasakan nyeri dari dada nya, ia tidak pernah membayangkan jika Zea Seraphina sang adik akan mengalami buta secara permanen
Air mata nya terus menerus menetes tanpa di perintah oleh nya, ia tidak bisa berbuat banyak untuk adik nya sekarang
Ia melihat wajah teduh milik adik nya dengan penuh rasa bersalah, dan untaian kata andai kini memenuhi relung hati nya
'andai aku tak mengijinkan mereka pergi'
'andai aku ikut bersama mereka mungkin sedikit kemungkinan mereka terluka parah'
'andai aku tidak memberikan mobil milik ku untuk mereka kendarai'
'andai aku tidak menyuruh mereka lebih cepat pulang'
Dan andai lain nya terus mengisi hati nya, sungguh penyesalan yang mendalam yang kini ia rasakan