Prolog

226 21 37
                                    

Langkah kaki terdengar memasuki lorong yang dingin. Lorong bernuansa putih itu ricuh dengan kehadiran orang-orang yang sedang berlarian. Terdengar suara roda yang di dorong, itu adalah Kasur rumah sakit, yang terisi seseorang yang tengah terbaring dengan darah dimana-mana.

"Dokter tolongin!" seru beberapa keluarga yang ikut mendorong Kasur itu menuju IGD.

"Maaf Bapak dan Ibu keluarga di larang masuk. Tenang ya, dokter kita udah yang terbaik, dan akan melakukan yang terbaik," ujar Suster sambil menutup ruang IGD.

Rasanya hancur, semuanya sakit. Terutama melihat keluarga yang terbaring dengan seluruh luka yang berada di tubuhnya. Kecelakaan itu cukup fatal, hingga tidak sadarkan diri.

Di dalam ruang penuh dengan alat medis itu, terdapat beberapa orang yang berdiri. Disana ada satu dokter dan 3 Suster yang membantu. Debaran jantung menyatu dengan jarum jam yang terus bergerak.

"Dok, pasien kehilangan banyak sekali darah," ujar salah satu Suster.

"Ambil kantong darah di Bank Darah," tutur sang dokter masih sibuk dengan tugasnya.

"Dok, pasien memiliki golongan darah B+, itu golongan darah yang langka. Rumah Sakit kehabisan stok darah B+," ujar Suster yang membuat tangan nya terhenti.

"Urus ini sebentar, saya akan keluar menemui keluarganya," ujar dokter yang di angguki oleh Suster yang berada di sana.

Langkahnya menuju pintu IGD, nafasnya terdengar bergemuruh. Tangannya terangkat menuju gagang pintu. Seluruh keluarga berdiri mengelilingi sang dokter.

"Maaf keluarga pasien? Pasien sedang mengalami kekurangan darah sedangkan, Rumah Sakit telah kehabisan darah golongan B+, karena golongan darah nya cukup langka, di berbagai Rumah Sakit terdekat telah kehabisan. Bagaimana keluarga apa kah ada golongan darah B+?" tanya nya dalam sekali tarikan nafas.

Keluarga saling melihat satu sama lain, tunggu, ada hal yang aneh. Bagaimana bisa satu keluarga tidak memiliki golongan darah yang sama dengan pasien?

Setelah gelengan yang di lontarkan oleh keluarga kepada sang dokter. Ia terdiam, bingung itu lah yang sedang ia rasakan. "Mungkin keluarga bisa meminta teman atau siapa yang di kenal untuk mendonorkan darah nya?" tanya nya lagi.

"Maaf dokter, kami sekeluarga tidak memiliki golongan darah B+, kami juga tidak memiliki teman atau saudara yang memiliki golongan darah B+," ujar salah satu dari mereka.

"Dokter, tolong cepat. Pasien sudah kehilangan kesadarannya, transfusi darah sangat di perlukan," ujar Suster yang berlari menuju mereka semua.

Tangisan kian pecah mendengar penuturan dari pihak Rumah Sakit. Sang dokter berlari menuju ruangan donor darah. Langkah kakinya terhenti mengingat dirinya juga memiliki golongan darah B+, akan tetapi dirinya memiliki penyakit Anemia.

"Dokter ada apa kesini, maaf tadi saya sudah bilang jika kantong darah B+ sudah habis," ujar salah satu staf disana.

"Tidak, saya ingin mendonorkan darah saya. Karena saya memiliki golongan darah B+," ujar sang dokter.

"Maaf dok, bukan nya dokter memiliki riwayat Anemia? Itu sangat berbahaya dok," ujar staf.

"Sudah, saya tidak apa-apa. Cepat ambil beberapa kantong darah, agar tranfusi bisa berlangsung," paksa nya.

Akhirnya setelah mendapatkan beberapa kantong darah, mereka pun melakukan transfusi terhadap pasien yang sedang mengalami masa kritis nya tersebut.

Dokter Pilihan UmiWhere stories live. Discover now