Angin berhembus menembus pakaianku pada saat ini aku sedang berada di lantai atas sekolah tentu saja tanpa izin karena dari awal pintu sudah dilarang para murid untuk naik ke atas sini. Tapi yah, tidak buruk juga melihat awan putih merata menutupi langit biru seperti kain tipis. Hari ini sedang memasuki jam istirahat. Kadang aku berpikir ketika sedang berbaring menghadap angkasa, "Dibalik langit yang biru ini kenapa hanya bumi yang berpenghuni." Seperti itu, aku hanya melepaskan berbagai beban yang tidak terlalu buruk jika harus terpuruk.
Theodore menghampiriku, aku menggeserkan kepalaku karena asap dia menghalangi pemandangan yang aku lihat. "Apa kau punya waktu banyak untuk melakukan ini?" Mulai bertanya Theodore duduk di sampingku.
Lebih baik tidak perlu membalas pertanyaan itu memang aku tahu, aku sudah tidak punya banyak waktu sepertinya rehabilitasi ini memiliki sedikit batasan waktu. "Hey Theo, kenapa anak itu harus mati? Bukannya kau bisa melakukan sesuatu agar rohnya tidak keluar dari tubuh?" Tanyaku santai.
"Anak?" Theo mungkin tidak tahu karena dia menghilang. "Maksudmu adiknya Chiyo?" Ternyata dia tahu, apa dia mendengar pembicaraanku saat di pemakaman.
"Kau punya alasan kenapa sistem dunia ini harus seperti ini? Bahkan dia belum sempat merasakan yang namanya lahir." Aku merasa pusing memandang langit terus, jadi aku duduk menyender dekat pintu.
Dia semacam melakukan gerakan mondar-mandir mungkin, aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan. "Anak itu telah memenuhi syaratnya, dia ditakdirkan harus mati dalam kandungan. Tidak sepertimu— Zen yang melawan takdirnya sendiri membunuh diri sendiri dia tidak bisa kabur dari dosa begitu saja, di mana dia berada akan ditagih atas apa yang diperbuatnya." Jelasnya, dari tadi dia hanya sibuk bermain-main dengan diri sendiri.
"Berdosa karena bunuh diri... kenapa? Dia tidak merugikan orang lain bukan?" Sejenak aku memejamkan mata.
"Merugikan diri sendiri, bocah!" Dia teriak, aku kaget reflek membuka mataku. "Ingat, setiap yang bernyawa tentu akan mati, kau tahu? Yang harus dirimu lakukan adalah terus hidup di dunia ini. Tidak ada yang lebih menderita, tidak ada yang lebih bahagia dari 8 miliar manusia yang ada di bumi, berbagai macam perasaan yang tidak bisa dibendung, jika perasaan bisa mengeluarkan warna, mungkin dunia ini penuh dengan warna-warni."
"Jadi apakah mereka bahagia?" Tanyaku tentang keluarga Chiyo.
"Tentu, tentu sedih, tentu juga bahagia walau kehilangan yang ia sayangi."
"Kenapa bisa begitu?" Semakin aku bertanya tentang hal sepele, semakin aku ingin tahu semuanya dengan jelas.
"Berisik sekali, kenapa kau bertanya terus? Jika sekiranya kau khawatir kau bisa mengunjungi rumahnya." Dia menunggu jawabanku, tetapi aku tidak menjawabnya. "Sesuatu yang hilang bukan selalu soal kepedihan, contohnya; ada anjing di depan matamu, kamu ketakutkan setengah mati dan ingin pipis di celana tetapi ketika memejamkan matamu lalu membuka kembali matamu anjing itu hilang dan kau merasa lega dan senang." Sepertinya makhluk ini sangat konyol, apa benar itu sanggup dijadikan perumpamaan. "Mereka mengerti apa yang dirasakannya sesuatu yang ada akan sangat berharga jika tiada, paling tidak itu mampu menghiasi hidup dan meramaikan rumahnya, memberi pelajaran bahwa kita ini benar-benar hidup."
Apa dia sedang membicarakan hal lain atau hanya perasaanku. Semakin aku bertanya dia selalu menyinggung sesuatu yang berhubungannya denganku.
"Begitu? Karena perasaan tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa ditembus dengan harta, tidak mampu dihilangkan secara tiba-tiba, tidak sanggup ditahan meski dengan sekuat tenaga."
"Tumben kau paham, baguslah kalau kau mengerti."
Di tengah pembicaraanku dengan Theo, terdengar pintu besi didekatku terbuka. Takut ada petugas keamanan sekolah datang tetapi ternyata dia adalah ketua klub sastra. Theo entah menghilang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE LITERATURE
Teen FictionAku telah mati. Sesosok mahkluk hitam memberi tahu bahwa aku diberi kesempatan untuk hidup di dunia untuk mengingat "dosa" yang sangat besar. Dia berkata bahwa hidupku dan rohku akan hilang jika tidak menyelesaikan "dosa" yang telah kuperbuat. Rohku...