01

5.5K 437 15
                                    

Haechan melamun, matanya memandang kosong kearah depan. Ini sudah ia lakukan berhari-hari.

Bertanya-tanya dia kenapa? Ada apa? Kenapa bisa begini? Dan hal lainnya. Terus menerus berputar dalam otak kecilnya yang tidak seberapa.

Lengannya sudah habis menjadi biru karena ia cubit berkali-kali. Haechan hanya ingin membuktikan kalau ini hanya mimpi. Namun percuma, yang ada dia malah kesakitan. Berarti itu pertanda kalau ini kenyataan.

Helaan napas terdengar panjang, bahunya kembali merosot jatuh. Haechan menatap sekeliling ruangan dengan rengutan.

Ruangan rapi dengan perabotan yang tidak seberapa. Hanya ada lemari sebatas pinggang di sisi kiri dan kanan ruangan yang berjauhan dengan tempatnya duduk. Khusus disebelah kiri ada dua yang berjajar tidak terlalu jauh.

Dibelakangnya ada sebuah tirai dari bambu yang bergambar skesta pegunungan. Haechan sendiri sedang duduk diatas kasur lipat. Mirip semacam futon berwarna kuning keemasan.

Didepannya ada sebuah meja kecil yang tidak seberapa. Mata Haechan melirik kearah kaca yang mengarah padanya diatas meja.

Masih wajahnya, benar-benar wajahnya namun lebih muda, kulit berwarna tan yang cerah tanpa adanya masalah wajah.

Berbeda dengan aslinya, Haechan berkulit putih dan wajahnya tentu saja dewasa mengingat umurnya 28 tahun. Namun wajah ini sepertinya masih 18 atau 19 tahun.

Kembali helaan napas terdengar panjang.

Ini bermula saat Haechan pulang sewaktu lembur dari kantornya. Sambil marah-marah, dia menendang apapun yang ada didepannya, tidak peduli bahwa itu akan mengenai orang ataupun yang lainnya.

Dia kesal, sangat kesal sekesal-kesalnya. Semuanya bermula ketika teman-teman satu kantornya menyerahkan berkas yang harus di laporkan besok padanya seenak jidat untuk di koreksi dan tentu saja dia mengerjakan sisanya.

Semacam babu padahal dia juga termasuk karyawan senior. Itu sangat menyebalkan, kalau bukan bonus dan dia tidak sedang mengejar target pengangkatan karyawan mana dia mau. Dan baru selesai jam 12 malam dimana bis sudah tidak ada jadwal untuk mengantarkannya pulang, dengan terpaksa Haechan harus berjalan kaki yang bisa ditempuh sekitar 25 menit lamanya.

"Sialan!" Makinya saat itu.

Lalu tendangan yang entah keberapa ini tak sengaja mengenai seekor kucing hitam, kucing itu mengeong dengan keras dan mendesis mengancam Haechan yang sudah berani menggangunya tidur.

Haechan langsung menghentikan langkahnya, matanya sedikit melebar kala sang kucing hitam akan bergerak maju menerjangnya. Tak mau menjadi sasaran cakaran kucing dia berlari secepat mungkin. Untungnya si kucing tidak berhasil menangkapnya.

Sesampainya di rumah Haechan langsung mandi, dia bersimbah keringat karena larinya tadi. Tak mau berlama-lama akhirnya ia merebahkan tubuhnya di kasur nyamannya, melupakan perutnya yang meminta diisi Haechan mencoba untuk tidur.

Tapi sialnya, walaupun badan pegal dan otaknya perlu beristirahat tapi matanya enggan memejam. Membuatnya sangat frustasi dan berakhir dengan membuka salah satu platform komik online yang semoga saja bisa membuat kantuknya cepat datang.

Pilihan membacanya jatuh pada sebuah cerita, "Selir Lee". Begitu judulnya, sebuah cerita BL dengan pembaca yang berhasil mengalahkan cerita lainnya. Bahkan terpajang paling awal di beranda.

Haechan bukan penggemar cerita bergenre semacam ini, namun tidak ada salahnya ia mencoba. Lalu dirinya tenggalam dalam bacaan, sinopsis yang tertera bercerita tentang seorang selir dari klan Lee yang di nikahkan paksa dengan raja penguasa di negeri itu.

Selir LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang