Anna sedikit menjelaskan mengenai Ryann yang sebenarnya bukan hanya seorang Dokter. Melainkan juga seorang pengusaha. Apalagi pengusaha yang lebih besar dibanding Anna sendiri.
Ayah Reino menjadi kagum dengan menantunya sendiri yang ternyata bukan seorang dokter biasa. Ibu Riana juga menjadi bangga memiliki menantu seperti Ryann.
Sekarang menjadi Anna yang merasa kalah dengan suaminya sendiri. Karena orang tuanya sedari tadi terus memuji Ryann.
"Berarti kamu beruntung, nak. Punya suami seperti Ryann…, dia dokter kalau kamu sakit bisa rawat kamu. Dia juga pengusaha besar bisa bantu kamu belajar bisnis. Lengkap sudah menantuku itu." Puji Ibu Riana terhadap menantunya di depan anaknya.
"Kalau begitu perjodohan yang sudah berjalan ini tidak salah pilih kan. Ayah kasih pilihan suami yang tepat kan?" Ayah Reino membanggakan dirinya sendiri.
"Cih! Kalian itu sebenarnya kemari mau puji-puji Ryann saja atau mengunjungi anaknya sih?" Kesal Anna.
"Yah…, masa begitu saja cemberut. Itu ibu bawakan brownies kesukaan kamu lho." Bujuk sang ibu menunjuk ke arah meja makan.
"Bisa saja bujuknya." Cibir Anna yang sebenarnya menjadi ingin makan brownies itu.
Masuk jam makan siang. Anna hendak mengajak kedua orang tuanya untuk makan siang bersama. Namun, orang tuanya memilih untuk makan siang di hotel saja.
Karena sekaligus mereka ingin beristirahat. Anna pun tidak memaksanya. Mau tidak mau Anna akan makan siang seorang diri saja. Tanpa ada yang menemani.
Waktu terus berlalu. Hari semakin dekat menuju hari persalinan. Semua perlengkapan bayi juga sudah dibeli semua. Sudah lengkap tidak ada yang tertinggal.
Dengan semakin dekatnya waktu persalinan membuat Ryann pun tambah posesif dengan istrinya. Anna menjadi korban dari orang tuanya dan juga mertuanya yang ikut posesif terhadapnya.
Baik bagaimana aktivitas Anna biasanya yang ke kantor sekarang semakin di kekang. Makan makanan pedas yang ia suka semakin dilarang. Makan permen asam yang suka ia makan sebagai penghilang ngantuk juga dibuang permennya.
Semua menjadi serba salah kalau Anna yang melakukan. Hanya mereka yang mengatur yang benar. Beberapa keluarga sudah ada yang datang ke London. Dimana untuk melihat keponakan mereka.
Kedua kakak laki-lakinya yang turut menyusul hadir ke London untuk bertemu dengan sang adik yang sudah lama tidak bertemu.
Saat ini mereka semua sudah berkumpul pada satu ruang VIP sebuah restoran untuk makan malam bersama. Sebelum hari persalinan yang akan dilakukan dua hari lagi. Jika, sesuai dengan prediksi dokter. Karena Anna menginginkan melahirkan secara normal.
"Baik, sebelum kita makan, Alangkah baiknya berdoa terlebih dahulu. Silahkan ayah boleh pimpin makan malam kali ini?" Ucap Edward, kakak pertama Anna.
"Savier mungkin mau memimpin?" Ayah Reino mengalihkan ke Ayah Savier.
"Mungkin lebih baik yang memimpin doa yang akan menjadi ayah saja." Ayah Savier juga ikut mengalihkan ke anaknya sendiri.
"Haduh…, ini kenapa jadi di alih-alih kan terus? Sudahlah, aku saja yang memimpin. Sebelum kita makan, kita berdoa dulu ya semuanya…" Timpal Tama, kakak laki-laki kedua Anna.
Setelah doa selesai. Mereka pun akhirnya makan malam bersama-sama. Ryann memberikan Anna lauk yang cukup agar anaknya dalam perut memiliki gizi yang baik.
Selesai makan. Mereka tidak langsung pulang. Melainkan mereka mengobrol bersama diiringi canda dan tawa. Karena sangat jarang sekali ada waktu dua keluarga disatukan untuk bertemu.
Dalam sebuah pernikahan ternyata memang bukan hanya menyatukan dua insan yang hendak menyertakan status dalam sebuah pernikahan. Tetapi, dimana kedua keluarga yang turut ikut disatukan sehingga menjadi sebuah keluarga besar.
"Boleh tahu tidak, kalian mau punya anak berapa?" Tanya Tama yang orangnya memang selalu ingin tahu dan selalu ceria. Seakan tidak pernah ada ujian dalam hidupnya.
"Jangan kepo jadi orang kamu, kak!" Balas Anna yang membuat beberapa orang terkekeh dengan tingkah kedua kakak adik itu.
"Lho, kenapa? Kan kakak mau tahu. Apa salah? Ya sudah, Ryann kau mau punya anak berapa?" Tanya Tama beralih kepada Ryann.
"Jangan banyak tanya deh, kak!" Anna lagi yang membalas.
"Lalu, aku harus tanya apa Salma?" Tama mengalah.
"Tanya yang lain saja kan bisa."
"Baiklah, aku tidak akan bertanya padamu lagi. Jangan menghasut orang juga ya kamu." Tama mengultimatum Anna. "Ryann, kau mau punya anak berapa? Aku saja kan punya anak sudah tiga. Umur kita kan sama ya Ry, bagaimana kalau kau punya anak empat. Supaya cucu keluarga utama Wijaya genap sepuluh cucu." Jelas Tama mencoba mempengaruhi Ryann.
"Kak Edward kan anaknya tiga, aku juga tiga, Ryann sama Salma empat. Jadi, total sepuluh cucu." Lanjut Tama.
Ryann sedari tadi hanya menyimak dan diam saja. Karena ia merasakan perasaan yang berbeda. Melihat keluarga istrinya yang bercanda dengan saudara kandungnya. Sedangkan, dirinya hanya seorang diri dalam keluarganya. Karena, ia memang anak tunggal dari keluarga utama Arthajaya.
"Baik, empat." Jawab Ryann yang hanya sekenanya. Namun, membuat yang lain melongo mendengarnya.
Tidak salah dengar kan mereka. Ryann menyetujui perkataan Tama. Hal ini dapat berarti Ryann yang terpengaruh dengan segala perkataan Tama atau pun mungkin Ryann yang memang sudah memiliki rencana untuk punya empat anak.
Anna yang disebelahnya terkejut dengan pernyataan Ryann. Bisa-bisanya dia menjawab dengan begitu santainya.
"Ryann…, sepertinya satu saja cukup." Ungkap Anna yang jujur keberatan kepada suaminya.
"Oh, tidak sayang. Satu itu kurang, dua itu cukup, tapi kalau empat lebih baik ya segitu." Tutur Ibu Erica sebelum Ryann menjawab.
Mertuanya sendiri yang mengatakan hal itu membuat Anna sepertinya sudah tidak bisa bernegosiasi lagi.
"Iya, benar sekali. Satu kurang, harus punya lebih dari dua. Kaya ibu saja punya tiga kan…" Timpal Ibu Riana yang menunjukkan hasil karyanya dengan suaminya.
Anna menjadi kesal mendengar penuturan sang ibu. "Ibu, hanya punya Ryann…, tapi ibu bilang satu saja kurang?" Tanya Anna kepada ibu mertuanya. Karena aneh sekali kalau dipikir-pikir kembali.
Ryann menggenggam tangannya yang ada di bawah meja tiba-tiba. Anna menelan salivanya sulit. Sepertinya ia baru saja salah memberikan pertanyaan.
Tapi, Ibu Erica tetap tersenyum dan santai. "Sebenarnya, Ibu dan Ayah memiliki dua anak. Hanya saja anak perempuan kami…" Ibu Erica menghentikan bicaranya karena tidak kuat.
Bayangan itu seperti berputar begitu saja dalam pikirannya. Semuanya menjadi memori buruk yang ingin dilupakan hanya saja tidak bisa dan sangat berat untuk keluarga.
"Maaf, maaf…, aku tidak bermaksud membuat ibu menangis." Ucap Anna menjadi merasa bersalah.
"Tidak, nak. Tidak apa-apa. Lain kali saja ya ibu cerita." Ucap Ibu Erica tersenyum kepada Anna. Anna pun mengangguk paham.
Mereka semua pun melanjutkan obrolan mengenai hal lain. Sampai restoran hampir tutup. Mereka semua pun baru pulang.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...