Puing puing rumah yang sudah tak berbentuk menjadi pemandangan awal bagi Shikamaru Nara, inspektur yang memimpin daerah barat ini termangu tak percaya.
Baru beberapa hari ia mendapat perintah untuk mengawasi yakuza Hakai no Washi, namun kekacauan yang dibuat para yakuza itu mampu membuat Shikamaru mengeram marah.
Bagaimana tidak, jasad para pengawal dan petinggi clan yamanaka berhamburan tak berbetuk.
Tak tahan dengan apa yang ia rasakan Shikamaru berbalik untuk laporan, sebelum surat kecil penuh darah menempel di kakinya. "Bangsat".
" Wow wow tenang dude"
Mendapat tepukan dibahu Shikamaru terperanjat kaget, menatap tajam orang yang tak dikenalnya. " Santai saja oi"
"Siapa kau? " Dengan nada interogasi Shikamaru mengeram kesal mendapat cengegesan tak bermakna di wajah lawan bicaranya.
Kekehan pelan menjadi awal sebelum orang itu merangkul akrab bahu Shikamaru. " Kenalkan aku kiba, salah satu detektif swasta. "
Salah satu alis Shikamaru terangkat, mendengar detektif swasta di depannya, sejak kapan kasus ini juga ditangani detektif swasta.
"Ah kau jangan salah paham dulu. " Kiba gelagapan melihat tatapan mata kuaci itu semakin tajam.
"Lalu? "
" Aku bukan menangani kasus ini, aku cuma sekedar lewat, saat bertugas di sekitar sini. Karena mendengar bunyi ledakan makanya aku kesini, dan lihat apa yang ku temukan. Puing rumah yang benar benar han_" Kiba berhenti berceloteh saat Shikamaru menunjukkan surat yang ia dapat.
Dengan perlahan kiba mengambil surat ditangan Shikamaru dan membaca dengan seksama. " Kau tidak menuduh ku menulis surat bodoh ini kan? "
Decihan singkat keluar saat kiba mendapat respon berupa tatapan tajam. " Kau serius, kau mencurigai ku menulis ini. Cih! Inspektur bodoh" Umpat kiba balik menatap tajam.
"Lalu jika bukan kau, siapa? " Dengan nada malas Shikamaru memojokkan kiba.
" Mana ku tau, mungkin dari si pelaku? "
" Kenapa kau yakin? "
" Cih! Lihat kertas ini basah oleh noda darah, lagian tulisannya sudah agak pudar. Tapi masih bisa dibaca. " Jelas kiba
"Tapi apa maksudnya ini, kenapa ada nama rumah sakit di surat ini? "
Suara kiba menyadarkan Shikamaru bahwa ia harus segera kembali mengecek rumah sakit di surat itu, tanpa aba aba Shikamaru pergi tanpa berbalik setelah merebut kembali surat itu. " Inspektur aneh. "
"Bodoh.. " Umpat seseorang yang ditanggapi dengan tawa kecil oleh pendengarnya.
Disisi lain terlihat anak kecil berambut kuning pudar menatap bigung orang didepannya. " Ini dimana? Kakak siapa? "
" Kau sudah sadar rupanya, ini dirumah sakit. " Jelas suara itu lembut.
" Kakak siapa? " Ulang Ino
"Ah, aku lupa memperkenalkan diriku, aku Sasuke, dokter yang akan mengurus anak cantik seperti mu" Senyum indah terbit di bibir Ino saat merasakan usapan lembut dikepalanya.
Tanpa menunggu lama Sasuke memeriksa anak kecil di depannya itu, dengan telaten melihat apakah ada luka fatal atau tidak. " Oke, kau baik baik saja. Sekarang hanya perlu istirahat dan kembali kerumah. Oh iya, boleh aku tau no keluarga mu yang bisa dihubungi? "
Pertanyaan Sasuke hanya dijawab dengan gelengan sendu. " Percuma kakak dokter menelpon mama atau papa, mereka tidak akan peduli pada Ino. " Ucap Ino lirih.
" Hey kau tak boleh bicara begitu " Terang Sasuke namun yang ia dapatkan hanya gelengan ribut dan suara isakan lirih.
Dengan lembut Sasuke membawa tubuh rapuh itu kepelukan nya, menenangkan dengan kata kata penuh kasih sayang. Selang beberapa menit akhirnya Ino tenang dan mulai ceria kembali.
Melihat itu senyum Sasuke terbit. " Kasian sekali kamu" Lirih Sasuke
" Permisi" Suara yang tiba tiba terdengar mengejutkan keduanya, terutama Ino yang langsung berhambur ke pelukan Sasuke. " Ya kenapa. " Dengan tenang Sasuke menjawab.
"Apa ini benar ruang rawat Yamanaka Ino? " Mendengar suara yang dikenalnya Ino melepaskan pelukannya pada Sasuke, dengan mata berbinar ia berteriak senang. " Naru niisan! "
Dahi Sasuke berkerut bingung. " Kau kenal dia Ino? " Anggukan semangat menjadi jawaban pertanyaan Sasuke.
" Aku Namikaze Naruto, wali sekaligus kakaknya Ino" Jelas Naruto memperkenalkan diri.
Sasuke mengangguk singkat. " Baiklah karena sudah ada kakak mu, aku keluar dulu ya, ada banyak pasien yang harus aku periksa " Jelas Sasuke saat Ino menatapnya dengan mata anak anjing minta dipungut.
Sebelum Sasuke mencapai pintu, Naruto mehadangnya dengan senyuman ceria. Tapi Sasuke tau itu bukan senyum ramah terlebih lagi mata rubah itu menatap tajam dirinya. " Ada apa Namikaze san? "
" Bisa dokter jelaskan keadaan adikku" Masih dengan senyuman yang sama, Naruto berujar lemah.
" Ia baik baik saja, nanti siang ia bisa kembali kerumah" Terang Sasuke tegas dan berlalu begitu saja.
" Naru nii? "
Mendapat panggilan kecil, Naruto mengalihkan pandangannya dari punggung Sasuke menuju Ino, dengan lembut ia mengusap rambut kuning pudar itu. " Semuanya akan baik baik saja. " Ucap Naruto tersenyum
" Um hehe " Melihat tawa Ino, Naruto mengeram marah membayangkan yang baru saja terjadi. "Hakai no Washi kalian tunggu pembalasan ku" Geram Naruto dalam hati.
Tanpa disadari oleh Naruto dan Ino ada 6 pasang mata yang sedari tadi menatap keduanya.
"Are.. Lihat suki, tatapan Inspektur rubah itu benar benar mengerikan" Gelak tawa diantara mereka berdua pecah mendengar ucapan Hiji, sedangkan Suki hanya menatap dingin dengan seringai dibibir.
"Biarkan otaknya meledak karena stres dan terlalu ikut campur urusan kita" Perkataan Suki yang disambut gelengan dan tawa sinis dari dua rekannya.
Tbc......
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't cry Suke
Fanfiction"setiap tetes air mata yang keluar dari mata indah mu, pasti akan kubalas dear, itu janjiku. " ________Narufemsasu