18. Dying

17.4K 1.2K 5
                                    


Terimakasih, selamat membaca bagi yang mau aja☺

°°°

Kiva menyandarkan punggungnya pada kursi ruang tamu, ahir-ahir ini entah kenapa ia selalu merasa sakit punggung, padahal kerjanya cuma nyapu sama bantu ibunya masak. Itupun ia jarang karena ia selalu ketiduran jika mendapat tempat yang baginya nyaman, apalagi kalau pagi yang menurutnya paling nyaman dan tak bisa di hindari.

Seperti sekarang, padahal baru jam 8 pagi tetapi matanya sudah mulai ingin tertutup kembali, Kiva berpindah ke kursi yang lebih panjang yang bisa menampung seluruh tubuhnya untuk berbaring, matanya memandang langit-langit ruumahnya yang sudah mulai sedikit menghitam karena di makan waktu.

hatinya selama satu minggu ini selalu tak tenang, selalu tertuju pada suaminya yang ia sendiri tak tau kabarnya sekarang, ia tak bermaksud menyakiti. Hanya saja ia terlalu shock karena suami yang selama ini ia kasihi dengan ketulusan 100% memiliki masa lalu yang sangat kelam.

Ia menghapus air mata yang selalu hadir saat mengingat suaminya, ia tak memungkiri rasa rindu itu ada bahkan selalu hinggap di hatinya namun kembali lagi dengan rasa kecewanya.

Ia hanya bisa menyampaikan rasa rindunya pada setiap doanya dan hembusan angin yang akan mengantarkannya pada hati Dimas yang Kiva tak tau masih ada tida namanya di sana setelah kejadian ini, mungkin Dimas membencinya atau malah ia kembali lagi pada wanita itu, Kiva tak tau dan biarlah allah yang menentukan yang terbaik baginya dan Dimas.

°°°

"Ck, dimana sih, perasaan kemaren di taro disini" gerutu Dimas sambil mengobrak abrik isi laci untuk mencari dasi yang mendadak hilang, ia menggaruk kepalanya akibat rasa jengkel, dan ahirnya ia mengambil sembarang dasi yang terjangkau tangannya. Tak perduli jika paduan warna dasi dan kemejanya sangat jauh dari kata serasi.

Ia berkaca sambil memasang dasi merah terang di kerah kemeja yang berwarna biru, mendesah pelan saat ia sudah selesai, ia malas sebenarnya untuk ke kantor kalau bukan karena teror Bian yang menganggu gendang telinganya akibat suara ponsel yang terus berdering.

Mengambil kemeja yang tergeletak di bawah ranjang yang kusut, lalu ia bergegas keluar apartement yang ia tinggali seminggu ini. Tanpa Kiva.

Kalo tidak ingat akan keberadaan Allah, pasti Dimas sudah bunuh diri, meloncat dari balkon apartemen atau menyayat nadinya hingga putus mungkin agar ia bisa tenang, tanpa Kiva hidupnya tak berarti. Sampai-sampai ia hampir mati karena kesepian.

Dimas menekan tombol remotenya hingga terdengar bunyi bib-bib dari Honda Jazz yang terparkir dengan beberapa mobil milik penghuni apartemen lain, ia bergegas masuk dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang untuk menembus jalan jakarta yang macet agar tak terjadi hal-hal buruk nantinya.

Dimas mengumpat, hampir saja air matanya jatuh saat mendengar lagu 'kehilangan' milik firman, yang membuatnya ingat kembali pada Kiva, lirik lagunya menyat hatinya karena memang benar ia tak bisa hidup tanpa Kiva. Ia hampir gila sekarang dengan masalah rumah tangganya yang masih belum ada titik terang sama sekali.

Kiva aku merindukanmu

°°°

"Suamimu belum juga kesini toh va, kenapa?" Tanya sang ayah sembari meletakan teh hangat buatan istrinya di atas meja bundar di hadapannya.

"Anu yah, mas Dimas sibuk mungkin" hati Kiva mengkerut saat lagi-lagi ia harus berbohong dengan ayahnya tentang masalah yang sebenarnya terjadi, ia hanya tak mau membuat orang tuanya cemas.

"Ya masa tidak bisa kesini toh ndok, terus kenapa kamu terus disini, yang ngurus Suamimu siapa?" Ayahnya kembali bertanya yang langsung membuatnya tersudut, Kiva hanya menunduk di samping sang ibu yang sibuk menjahit baju ayahnya yang sobek di bagian bahu.

"Apa Kalian bertengkar?" kali ini ibunyalah yang bertanya, Kiva semakin menunduk takut hingga meremas rok panjangnya hingga kusut. Ia harus menjawab apa sekarang?.

"Dalam keluarga wajar toh ndok berantem, gimana mau nyelesain masalah kalo kalian berjauhan begini, kamu pulang dan selesaikan baik-baik " ujar ayahnya Kiva menggeleng cepat, air matanya sudah meleleh membasahi wajahnya yang tegang.

"Kiva ingin berpisah saja ayah" ujar Kiva pelan yang langsung mendapat sorot tajam dari ayahnya dan ibunya yang terlihat shock.

"Mas Dimas, telah berzina ayah Kiva enggak mau" lanjut Kiva lirih memotong ucapan ayahanya yang hendak keluar.

Sang ayah menghembuskan nafasnya kasar, mengusap wajahnya yang sudah mulai ada kerutan di samping kelopak matanya.

"Astagfirullah Kiva, apa kamu mahluk yang suci yang tak pernah berbuat dosa? , ayah tak pernah mengajarkan sikap sombong padamu ndok, Istigfar Kiva mohon ampun pada allah. Yang di lakukan suamimu itu masa lalu, kamu sudah memandang rendah suamimu yang sudah bertobat ndok. Dia sudah memohon ampun pada allah" suara ayahnya memang tak ada nada membentak tetapi mampu membuat hati kiva terasa di remas, ia menangis sekeras-kerasnya, ayahnya benar ya allah ia telah menyombong, ia berdosa pada suaminya.

Ibunya langsung merengkung tubuh Kiva yang bergetar akibat menangis, ia mengelusnya penuh sayang, menenangkangkan anaknya yang tengah kalut.

"Seharusnya kamu membantunya bukan malam mencelanya seperti ini, kamu bukan nabi atau malaikat ndok, kamu manusia biasa. Jangan bersikap sombong seperti ini" tegur ayahnya, ia terus beristigfar memohon ampun atas sikap anaknyana yang salah.

"Pulanglah dan minta maaf pada suamimu Kiva, percuma kamu seminggu ini beribadah, semuanya tak sampai pada allah karena kamu telah di laknat"

"Ini sudah malam ayah, biarkan Kiva tenang dulu, besok saja dia pulang" protes ibu yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Sekarang, mau sampai kapan lagi dia mau jadi pendosa" bentak sang ayah.

"Ndok, besok saja" sang ibu mencoba mengejar Kiva yang berlari keluar rumah, ia khawatir ini sudah malam dan keadaan anaknya masih kalut, ia takut terjadi hal-hal yang buruk pada anak satu-satunya.

°°°

"Assalamualaikum Pak ini kiva tolong bukain pintunya" kiva sedikit berteriak memanggil dua orang satpam penjaga rumah yang tengah bermin kartu di post satpam, keduanya menoleh dan langsung tepogong-pogong membukakan pintu gerbang untuk istri majikannya.

"Silahkan masuk Non, Non sama siapa?" Tanya surip sopan.

Kiva menelan ludahnya akibat tenggorokanny yang kering akibat berlari saat keluar dari Taxi tadi.

"Sendiri pak, saya permisi dulu" Kiva berjalan cepat menyusuri pekarangan depan rumah Dimas lalu mengetuk pintu saat ia sudah berdiri gugup di depan pintu ganda besar.

Terdengar suara kunci di buka membuat hati Kiva semakin kebat kebit, matanya mulai kembali berkaca- kaca, dan sosok mertuanya lah yang berdiri dengan mata mengernyit menatap Kiva bingung.

"Loh Va sudah pulang?, ayo masuk, mbo sudah tidur jadi kalo mau minum ambil sendiri yah, Dimas mana, apa lagi markirin mobil?" tanya mertunya yang langsung membuat Kiva menatap papah mertuanya.

"Mas dimas tidak disini?" Tanya balik Kiva, tubuhnya langsung lemas tak bertenaga, ia terduduk di lantai dan langsung menangis hingga membuat papah mertuanya panik.

°°°

Rasulullah saw bersabda : "Dua golongan yang sholatnya tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali." (HR. Hakim, dari Ibnu 'Umar)

IG @Zilian_qie

2 Hati (Dimas-Kiva)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang