"Bintang, lihat sepatu Asya? Tadi di sini tapi kok sekarang enggak ada, ya?"
Menghembuskan napas pelan, Bintang meraih lengan Asya kemudian menariknya pelan menuju kursi di samping meja rias. Setelah Asya duduk dengan tenang meski dalam rasa bingung yang mendominasi, Bintang berjongkok di depan tubuhnya lalu mengambil sepatu yang sengaja ia simpan di bawah meja rias.
"Tadi hampir keinjak, makanya gue pindahin," ucap Bintang. Remaja itu sibuk memasangkan sepatu di kaki Asya yang masih terbalut kaos kaki.
Bintang kemudian bangkit setelah sepatu itu sudah terpasang sempurna di kaki Asya. Kekehan pelannya mengudara, Asya nampak lebih keren dengan balutan pakaian juga sepatu yang telah Bintang pakaikan. Gadis itu nampaknya juga sudah tidak sabar ingin segera menari di atas panggung acara pentas seni hari ini.
"Queen, semangat performnya."
"Queen?"
Bintang mengangguk, menepuk-nepuk kepala Asya pelan. Terkadang anak ini lucu sekali. Seperti balita. Tak jauh berbeda dari Ghafa yang notabene adalah Adiknya.
"Kenapa Queen?"
Asya juga sangat polos. Bisa-bisanya gadis itu melupakan namanya sendiri. Memang harus, Bintang mencubit pipinya seraya mengingatkan nama tengah gadis itu?
"Kan, nama tengah lo Saqueenna. Lupa?"
Asya menggaruk kepalanya, membuat Bintang sukses melayangkan rangkulan kemudian mendaratkan gosokan kepalan tangan di atas kepalanya. Kepala Asya kemudian berakhir di ketek Bintang yang sepenuhnya beraroma parfum milik pemuda berdarah Jawa Jepang itu.
Asya memberontak, mencubit pinggang Bintang yang justru membuat sang empu tertawa puas. Bintang membenahi rambut Asya yang berantakan karena ulahnya, kemudian mencubit pipi gadis itu.
"Sana deh siap-siap! Jangan deket-deket gue kalau enggak mau gue jahilin!"
Bintang kembali tertawa seraya melangkah menghampiri meja rias. Remaja itu meraih jas hitam yang ia sampirkan di dekat kaca kemudian memakainya. Bintang tak sadar dari arah belakang ada Asya yang melangkah mendekati dirinya.
"Kalau pakai jas apalagi temanya formal gini, Bintang harus rapi. Jangan kayak pengantin pria yang kabur dari pelaminan."
Asya membenahi dua kancing kemeja bagian atas milik Bintang yang semula dibiarkan terbuka oleh sang empu. Bintang memang keras kepala, tadi sebelum berganti baju Asya sudah memintanya untuk tampil rapi dan sempurna di acara ini, tapi lagi-lagi sang lelaki justru bertindak sesukanya.
"Wajib banget dikancingin semua?"
Asya mengangguk, tanpa membuka suara guna menjawab pertanyaan Bintang.
"Tapi gue gerah. Sesak juga, enggak nyaman."
Kedua manik Asya melirik Bintang, gadis itu menghela kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Hug Me Star [END]
Random(#HUGMESTARSERIES) Perihal sebuah asa yang dilenyapkan semesta. Juga tujuan yang tak lagi ada. Bagi Bintang, hidupnya hanya tentang sampai kapan ia akan bertahan dan kapan kepergian itu terlaksana. Kendati gadis itu hadir untuk mengukir tawa, menc...