8

903 39 2
                                    

Guys, saran dong. Kalo cerita ini aku masukin ke Fizzo gimana?

Pagi ini aku membawa putra bungsuku untuk duduk di teras rumah ayah. Putra kecil yang ku beri nama Elang Arkana Syailendra. Hidungnya mancung seperti mas Zaky. Tapi secara keseluruhan Elang mengambil semua bagian wajah dariku.

"Ma."

Suara Andra terdengar memanggil namaku. Ini hari minggu biasanya anak-anak akan berjalan ke sungai yang tak jauh dari rumah ayah. Mereka sering bermain air disana. Itulah hiburan dan liburan yang bisa mereka rasakan. Dengan kondisiku saat ini. Aku belum bisa memenuhi keinginan Chika dan Dara untuk jalan-jalan ke kebun binatang. Nanti jika aku sudah bisa beraktivitas seperti semula. Aku akan menepati janji mengajak mereka ke kebun binatang.

"Mama di depan bareng adek, Bang."

Suara langkah kaki Andra terdengar. Tangannya mengusap sayang kepala Elang yang asik tertidur menikmati matahari pagi.

"Kami nggak usah deh ke sungai."

"Loh kenapa?"

"Hmmm, Mama. Kayak nggak tahu aja gimana Byan. Dia kan kalau udah berenang nggak inget yang lain. Andra khawatir kalau misal nggak bisa jaga Chika dan Dara sendirian."

"Oh, ya udah nggak apa."

"Andra temenin Mama jagain Elang aja. Biar Mama bisa istirahat."

"Ke sungai sama Oma aja, mau nggak." Mama muncul dengan segelas susu dan ubi kukus. "Sarapan dulu. Sini, Elang biar Mama yang gendong." Mama mengambil alih Elang yang masih pulas.

Tatapan Mama beralih pada Andra. "Gimana mau nggak sama Oma?"

"Boleh Ma kalau sama Oma?" tanya Andra

"Boleh kalau nggak ngerepotin Oma."

"Mana ada cucu ngerepotin. Mama malah seneng."

"Assalamu'alaikum." terdengar suara beberapa orang mengucap salam. Di luar pagar ada Pak Suryadi dan keluarganya.

Andra buru-buru lari dan membukakan pagar, mencium punggung tangan mereka.

"Aduuuuh, kayaknya kepagian ini kita bertamunya." ujar Bu Widya sambil mengusap pipi Elang.

"Tadi siapa yang ngajakin buru-buru karena pengen liat Elang?" Mas Zayn menyahuti ucapan Bu Widya.

"Ya kan, Bunda kangen sama anak-anak. Makanya Bunda pengen buru-buru kesini." sargah Bu Widya mendengar gerutuan Mas Zayn.

Bu Widya menyerahkan paper bag yang sedari tadi dia bawa pada mama. "Ini kemaren saya minta asisten rumah tangga buat nyariin ini di pasar. Ternyata lumayan susah."

Mama menerima paper bag itu. Ternyata jantung pisang dan daun labu. Kata mama, jantung pisang dan daun labu bagus di konsumsi ibu menyusui. Memperbanyak asi dan banyak manfaat lainnya.

Dari dulu, setiap habis lahiran. Mama selalu masak itu untuk kelancaran asi ku. Kalau dulu ada mama dan ibu mertua yang perhatian padaku. Kini ada mama dan Bu Widya.

Jujur saja aku merasa sedikit kehilangan, karena sejak aku melahirkan Elang, ibu-nya Mas Zaky belum terlihat. Apa beliau baik-baik saja?

°•°•°•°

Akhirnya Andra dan adik-adiknya ke sungai bukan hanya bersama mama tapi juga bersama Bu Widya dan Mas Zayn. Aku sudah menolak karena tak ingin merepotkan mereka. Tapi Bu Widya malah mengatakan jika aku melarangnya dekat dengan anak-anak. Padahal bukan itu maksud ku. Aku hanya tak enak saja dengan mereka yang sudah begitu baik padaku dan kami sekeluarga.

Mereka yang dari keluarga kaya tak segan berinteraksi dengan kami yang hanya punya rumah yang di sebut gubuk ini saja.

Tawa lepas anak-anak ku dan Mas Zayn terdengar sampai ke kamar. Memang sungainya pun tak jauh dari rumah. Jadi tawa riang nan lepas yang mereka keluarkan terdengar.

Terluka (Perselingkuhan Suamiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang