B.P.Y.A 19.

9.5K 549 8
                                    

Cerita ini banyak yang Author rombak!, ceritanya hancur, semoga tidak ada kata yang Author lewatkan, jika masih ada, di maklumi saja Author hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Lagi pula bahasa bahasa hari hari Author pake Jo, ngana, torang, kiapa, nimmau, dan lain lainnya, jadi pemilihan katanya hancur, kalian pasti tahu bukan Author orang mana, selain itu Author ngetiknya pake smartphon, soalnya kalau pake leptop bahaya, takut ketahuan sama orang rumah, bukannya apa Author malu, mereka baca cerita Author.

Soalnya kalau pake leptop, leptop Author kaya piala bergilir, apa lagi jika ada film baru, dari satu toko ketoko yang lain, rumah Author di pusat pertokoan Manado, gabung sama pekerjaan.

Maaf Curcolnya kepanjangan, Ngeposnya juga lama.

Terimah kasih atas koreksinya!!.

Happy Reading!!

****

P.o.v. Rebeka.

Tiga hari sudah aku di kota Manado, sunyi dan kebosanan melandaku, tidak ada Zakila, tempatku mengadu atau sekedar berbuat kejahilan, pada Dokter atau Suster Suster yang kebetulan berlalu di depan kami.

Reysan, Rio, Papi dan Mami, semuanya sibuk dengan kegiatan masing masing, apa lagi Rio yang sibuk mengurusi tugas tugas sekolanya, jadi di sinilah aku, duduk manis di taman rumah sakit, memperhatikan pasien yang tengah berlalu lalang, menikmati sore hari mereka masing bersama keluarga.

"Hi Dokter cantik..!!", sapa seorang yang membuatku menoleh kearahnya.

"Ck!, ada apa lagi kau datang datang kemari!", ketusku, pada James, salah satu Client Kak Reysan, yang mendadak suka padaku.

"Merindukan mu..", balasnya, tersenyum manis, sangat manis, tapi tetap saja rasannya berbeda dengannya.

Mengingatnya membuat ku menghela nafasku berat, "Memang kami tidak di takdirkan bersama..", keluhku dalam hati.

"Kau saja yang menolaknya bodoh!!", tetiak Dewi batinku, menohokku.

Aku menghela nafasku berat, berusaha menghilangkan rasa sesak yang melandaku, entah sekian kalinya.

Aku sangat merindukannya, sangat sangat merindukannya.

"Kamu kenapa?", tanya suara Bariton di sampingku, membuatku sadar aku tidak sendiri.

"Ceritakanlah jika itu membuatmu tenang, dan lega, aku siap mendengarkan semuanya..", katanya lagi, karna aku tidak menanggapi perkataannya.

Aku menoleh kearahnya yang sedari tadi menatapku lekat, sungguh James adalah sosok yang sangat sempurna jika di jadikan pendamping hidup, dia baik, cerdas, pengertian, bertanggung jawab, romantis, penuh canda dan tawa.

Salakan saja hatiku yang telah memilih Joshua.

James mengulurkan tangannya kearahku menghapus air mata yang entah sejak kapan meluncur di kedua pelupuk mataku.

"Jangan menagis, Beka..", katanya setelah menghapus air mataku, tapi bukannya berhenti air mataku semakin deras mengalir, aku memeluk James dengan erat.

"Aku membutuhkannya James, di sampingku!, aku sangat merindukannya..", gumamku di selah tangisanku.

Hik... hikk...

"Aku merindukannya Jo..", tambahku lagi pelan, dengan James yang mengelus elus punggungku, menenangkanku, walaupun tadi aku sempat merasakan tubuhnya menegang  saat aku mengatakan semuanya.

Setelah puas menangis aku melepaskan pelukanku darinya, menghapus air mataku dengan kasar, mencoba tersenyum dengan manis kearahnya.

"Terimakasih James kau memang yang terbaik, tapi maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu..", kataku beberapa saat kemudian menatapnya dengan penuh keyakinan, sekaligus bersalah.

Berserah Padamu ya Allah {Story 5}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang