B.P.Y.A. 24.

14.9K 457 23
                                    

"Hati hati...", pesan Mas Bayu sebelum aku keluar dari mobilnya.

"Ya, Terimah kasih, karna telah mengantarku ke rumah sakit Mas...", balasku, mencium tangannya sebelum keluar dari mobilnya.

"Sama sama, itu sudah menjadi tugas Mas, telefon Mas jika sudah pulang..", pesannya, tersenyum manis kearahku.

"Ya, Assalamualaikum..", salamku, sebelum benar benar keluar dari mobilnya.

"Waalaikum salam warhmatullah...", jawab Mas Bayu melambaikan tangannya sekilas kearahku, sebelum melaju pergi.

Akupun melambaikan tanganku, membalas lambaian tangannya mengiringi kepergiannya.

"Hmmm.....", aku menghela nafasku kuat, memandang lurus bangunan tinggi di hadapanku. Aku ingat betul bagaimana awal kisahku di rumah sakit jiwa ini, penyiksaan, rasa sakit, merasa tidak di inginkan, di abaikan, kasih sayang yang aku dapatkan dari orang lain, dan kisah cintaku yang berakhir dengannya, dengan Mas Bayu.

Semoga ini akhir semuanya.., akhir bahagiaku dengan Mas Bayu, dan seluruh keluargaku.., semoga hubungan kami di ridhoi olehnya dan kami semua selalu dalam lindungan Allah swt, tuhan seluruh alam, dia yang mengetahui segalanya.

"Ibu tidak apa apa?", tanya seorang, memegang lenganku lembut. Membuatku tersadar dari lamunanku.

"Astagfirullah....", gumamku pelan, Menyadari sedari tadi aku berdiri di depan rumah sakit, mengamatinya.

"Ibu tidak apa apa?", tanyanya kembali, karna aku belum menjawab pertanyaannya.

"Saya tidak apa apa Bu', Terimah kasih..", jawabku, tersenyum kepada Ibu Ibu yang telah menyadarkanku tadi dari lamunan, yang aku yakin adalah salah seorang  pembesuk.

"Sama sama Nak, saya kedalam dulu...", pamitnya, yang ku jawab dengan anggukan.

Setelah kepergian Ibu tadi, aku kembali melangkah kan kakiku kedalam rumah sakit, menuju ruangan Mama Emma.

Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri lorong lorong rumah sakit, dan berbagai pemandangan di dalamnya, yang mau tidak mau membuatku kembali mengingatkanku dengan kisah masah laluku.

Aku tersenyum kepada salah seorang yang aku kenali, yang di jawabnya dengan anggukan, kembali kepada aktifitasnya sebelumnya, menyuapi salah seorang pasien.

"Assalamu alaikum Mama Emma..", sapaku, memasuki ruangan Mama Emma, rasanya sudah lama sekali aku tidak berkunjung lagi kemari.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatu sayang.., ayo masuk..", balas Mama Emma menyuruhku duduk di sampingnya, di sofa panjang, di sudut ruangan.

"Ada apa Mama Emma?, apa yang ingin Mama bicarakan kepada Zakila?", tanyaku langsung, mengingat Mama Emma menghubungiku pagi tadi, memintaku segera kerumah sakit, karna ada hal penting  yang ingin ia bicarakan.

"Sebelumnya Mama minta maaf karna telah menggagumu sayang....".

"Tidak apa apa Mama.., selain itu Mas Bayu mengizinkanku, memangnya ada apa Ma'?", tanyaku kembali.

"Jesika kabur dari ruang khusus..", jawab Mama Emma, langsung pada pokok pembicaraan, membuatku terdiam. Aku kaget, karna beberapa hari yang lalu sebelum aku menikah, aku masih melihatnya di ruangan khusus, tidak berdaya, memandangku dengan tatapan kosongnya.

"Untuk itulah Mama memanggilmu langsung kemari.., Mama tidak ingin membuat Ayahmu khawatir sayang..", tambah Mama Emma, mengemukakan pendapatnya, selain itu aku setuju dengan pemikiran Mama Emma, aku tidak ingin Ayah terserang serangan jantung setelah mendengar berita ini.

Berserah Padamu ya Allah {Story 5}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang