I. Gav

15 7 10
                                    

Pagi ini matahari tersenyum lembut, burung kenari berkicau dengan indahnya dan sang awan melindungi setiap insan di dunia. Cuaca pagi ini sangat mendukung untuk bersenang-senang namun ada seorang anak laki-laki sedang bersedih di dekat pohon beringin yang besar, dengan ditemani sebuah buku tulis yang sudah kotor dan robek. Ia hanya mengamati sebuah buku yang dipegangnya. Betapa malang dirinya. Sepuluh tahun sudah Gavra putus sekolah. Perceraian antara bapak dan ibunya membuat Gavra putus sekolah. Setelah perceraian tersebut, bapak dan ibu meninggalkan Gavra bersama kedua adiknya yang kini menjadi pengamen. Gavra mempunyai angan-angan untuk bersekolah kembali. Gavra adalah seorang anak laki-laki yang pintar dan disiplin.
Merasa terbuang dan tak ada satu pun yang dapat memberikan kasih sayang, Gavra selalu merasa sedih dan murung, dilamunannya dia selalu bertanya pada dirinya sendiri. "Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa harus aku?". Hanya sakit diliputi kesal dan amarah yang dia pendam di hatinya untuk kedua orang tuanya yang telah meninggalkannya. Namun dengan kegigihannya ia dan kedua adiknya mencoba membangun kehidupan yang layak bagi mereka. Walaupun tanpa bantuan orang lain ia tetap semangat membuat kehidupan yang layak baginya.
Setiap hari Gavra hanya mencari kayu untuk dijual dan mencari buku bekas yang masih layak untuk dibaca. Dan hampir setiap hari pula ia pergi ke sekolahan yang ada di dekat rumahnya untuk melihat pelajaran yang ada. Gavra hanya melihat di balik pintu, tetapi ia juga mencatat apa yang ia lihat di sekolahan itu. Setiap Gavra sedang mencatat, Gavra selalu bicara di dalam hati, "Betapa enaknya bisa duduk dibangku itu". Akan tetapi itu hanya sebuah mimpi yang tak pernah terwujud. Tetapi diantara rasa bimbang ia bisa bersekolah atau tidak, ia masih beruntung, karena mempunyai tetangga yang baik hati, orang yang baik hati itu bernama Bu Sandra. Bu Sandra adalah salah satu guru geografi di sekolah yang biasa Gavra datangi. Ketika Bu Sandra mengetahui kalau Gavra ditinggal oleh kedua orang tuanya, Bu Sandra hampir setiap hari mendatangi rumah Gavra untuk memberikan makanan dan sekedar memberikan ilmu kepada Gavra dan kedua adiknya.
Bu Sandra ingin mengembalikan kecerdasan Gavra yang dulu selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Dan dengan semangatnya Bu Sandra tak pernah mengeluh untuk mengajarkan Gavra. Bu Sandra selalu mendorongnya untuk belajar dengan giat. Lalu Bu Sandra menyekolahkan Gavra dan kedua adiknya, tetapi Gavra tak mau bersekolah, karena Gavra takut diejek oleh teman disekolahnya dan ia takut tidak bisa mencari nafkah untuk kedua adiknya. Dengan gigihnya Bu Sandra selalu menyuruh Gavra untuk sekolah kembali, dan akhirnya Gavra mau bersekolah kembali. Gavra sangat bersemangat untuk bersekolah, walaupun dalam keadaan apapun ia tetap bersekolah. Saat Gavra ditanyakan oleh gurunya, apa yang dicita-citakan oleh Gavra, Gavra menjawab bahwa Gavra ingin bertemu dengan kedua orang tuanya dan ingin menjadi seorang pengusaha yang hebat. Gavra setiap hari mencari kedua orang tuanya tetapi Gavra juga tidak lupa dengan kewajibannya untuk belajar, karena Gavra ingin menjadi pengusaha yang hebat.
13 tahun kemudian, pada umur 25 tahun Gavra telah menjadi pengusaha yang hebat, bahkan Gavra masuk 10 besar orang terkaya di Indonesia. Walaupun dia telah menjadi pengusaha yang hebat, Gavra tetap tidak bangga dengan hasil jerih payahnya itu, karena Gavra belum mampu menemukan kedua orang tuanya. Dan akhirnya ada berita bahwa kedua orang tua Gavra telah tiada, dan pada saat itu juga Gavra memilih untuk tidak mencari kedua orang tuanya lagi. Gavra mulai melupakan kedua orang tuanya. Bahkan kini Gavra telah hidup bahagia dengan kedua adiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Gavra & Sang AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang