6. Mata batin warisan nenek?

4.1K 236 4
                                    


  ~Happy Reading~



(ʘᴗʘ)

Dirga dan Maya duduk dengan nyaman sambil mengobrol ringan. Sementara itu, Pak Luqman memperhatikan anak kecil yang berada di pangkuan Maya. 

"Dirga, ini anak bungsumu, ya?" tanyanya sambil menunjuk bocah kecil tersebut. 

"Hahaha, iya, Pak" jawab Dirga, tertawa kecil. 

Pandangan Pak Luqman kemudian beralih ke Salsa, yang duduk di samping ayahnya. 

"Dan kamu, gadis kecil waktu itu, kan?" tanyanya dengan senyum penuh nostalgia. 

"Iya, Pak" jawab Salsa merasa canggung. 

"Tidak usah panggil Pak. Dulu waktu kecil kamu sering memanggil saya Kakek" ujar Pak Luqman sambil tertawa. 

"Eh, iya, Kek" Kata Salsa, ikut tersenyum. 

"Sekarang kamu sudah besar, ya?" tanya Pak Luqman, tertawa ringan. "Saya dan kakekmu itu sudah berteman sejak lama. Kami sudah seperti saudara" tambahnya. 

"Oh iya, gadis kecil, sebelum kalian datang, ayahmu sempat menelepon dan menceritakan secara singkat masalah yang kamu alami. Dia juga bilang sekarang kamu bersekolah di Sman Antariksa sebagai murid pindahan." 

"Iya, Kek" jawab Salsa, mencoba tetap sopan. 

"Kebetulan, Kakek punya dua cucu yang juga bersekolah di sana. Mungkin kamu pernah bertemu mereka" kata Pak Luqman dengan senyum ramah. 

"Berbicara tentang mereka, biasanya kalau hari Minggu seperti ini mereka datang berkunjung. Tapi entah kenapa, hari ini mereka tidak datang" terdapat sedikit nada kekecewaan dalam ucapan Pak Luqman. 

Tak lama, istri Pak Luqman kembali membawa nampan berisi enam cangkir dan sebuah teko teh. 

"Ini, silakan dinikmati" ujarnya, menyuguhkan teh hangat kepada tamu-tamunya. 

"Terima kasih, Bu. Maaf merepotkan" kata Maya dengan sopan. 

"Ah, tidak apa-apa. Justru saya senang bisa menjamu tamu seperti kalian" jawab istri Pak Luqman dengan senyum ramah. 

Mereka pun mulai berbincang-bincang. Selama orang tuanya asyik berbicara dengan Pak Luqman, Salsa hanya diam, sibuk memainkan ponselnya. Namun, rasa bosan mulai menyerangnya. Ingin rasanya ia keluar untuk menghirup udara segar, tapi ia ragu untuk meminta izin. 

Melihat Salsa yang gelisah, Pak Luqman bertanya"Ada apa, gadis kecil?" 

"Eh, itu, Kek... Saya boleh nggak izin keluar? Tadi saya lihat di samping rumah Kakek ada taman bunga. Saya pengen  ke sana lihat-lihat" jelas Salsa dengan nada ragu. 

"Iya, ke sana saja, Nak. Nggak usah minta izin" ujar istri Pak Luqman sambil tersenyum ramah. 

"Eh, seriusan, Nek?" tanya Salsa dengan mata berbinar. 

"Iya" jawab istri Pak Luqman lagi, mengangguk mantap. 

"Makasih ya, Nek" ujar Salsa dengan semangat, lalu beranjak dari duduknya menuju taman yang sudah menarik perhatiannya sejak awal. 

...

"Wah, bunganya cantik banget" ujar Salsa kagum, matanya berbinar melihat bunga-bunga di hadapannya. 

"Anggrek, tulip, sama beberapa jenis mawar. Ah, mawar kesukaan gue juga ada, mawar hitam" lanjutnya sambil tersenyum kecil, lalu mencium aroma wangi mawar tersebut. 

"Ternyata nggak cuma aura lo yang aneh, tapi selera lo juga aneh" suara seorang lelaki tiba-tiba terdengar, mengejutkan Salsa. 

Refleks, Salsa menoleh ke arah suara itu. Seorang laki-laki berdiri tak jauh darinya, entah datang dari mana. 

MISTERI LORONG SEKOLAH [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang