Kue Ulang tahun Untuk Adik

29 13 28
                                    

Matahari masih belum tampak di ufuk timur. Alif mengambil tasnya dan bergegas mengeluarkan sepeda butut peninggalan ayahnya. Dengan tergesa-gesa ia mengayuh sepedanya ke rumah Pak Afif, untuk mengambil jatah koran yang ia loperkan.

Sambil mengayuh sepedanya, ia teringat ibu bapaknya yang telah meninggal setahun yang lalu. Kedua orangtuanya sedang mendorong gerobak sampah di dekat rumah di pagi buta dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang hingga menabrak ibu bapaknya, dan kemudian mobil itu menabrak dinding jembatan layang karena mengantuk katanya. Sejak itulah Alif
berusaha mengurus adiknya sendiri.

Beberapa kali Dinas Sosial datang untuk membawa Alif dan Reno ke panti asuhan. Tetapi karena dipisahkan, Alif dan Reno melarikan diri dari kantor Dinas Sosial. Berhari-hari mereka tinggal di jalan, hingga akhirnya Alif kembali ke rumah dan memohon kepada warga kampung agar tidak melaporkan mereka ke Dinas Sosial. Dan warga menyetujuinya.

Setelah mengambil koran dan mengantarkannya, Alif kembali ke rumah. Dilihatnya Reno sudah bangun dan telah mengenakan seragam. Tetapi wajah Reno terlihat sedih.

"Wah, sudah cantik kok masih cemberut? Maafkan Kakak ya, tadi tidak sempat membangunkan," kata Alif sambil menarik handuk, siap-siap mandi.

Sambil mengayuh sepedanya, ia teringat ibu bapaknya yang telah meninggal setahun yang lalu. Kedua orangtuanya sedang mendorong gerobak sampah di dekat rumah di pagi buta dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju kencang hingga menabrak ibu bapaknya, dan kemudian mobil itu menabrak dinding jembatan layang karena mengantuk katanya. Sejak itulah Alif berusaha mengurus adiknya sendiri.

Beberapa kali Dinas Sosial datang untuk membawa Alif dan Reno ke panti asuhan. Tetapi karena dipisahkan, Alif dan Reno melarikan diri dari kantor Dinas Sosial. Berhari-hari mereka tinggal di jalan, sampai hingga akhirnya Alif kembali ke rumah dan memohon kepada warga kampung agar tidak melaporkan mereka ke Dinas Sosial. Dan warga menyetujuinya.

Setelah mengambil koran dan mengantarkannya, Alif kembali ke rumah. Dilihatnya Reno sudah bangun dan telah mengenakan seragam. Tetapi wajah Reno terlihat sedih.

"Wah, sudah cantik kok masih cemberut? Maafkan Kakak ya, tadi tidak sempat membangunkan kamu tadi pagi," kata Alif sambil menarik handuk, siap-siap mandi.

"Kak, tahu tidak sekarang tanggal berapa?" tanya Reno pelan.

Dito menatap kalender yang juga sedang dilihat oleh Reno.

"Tanggal 27 ya?"

"Kakak lupa ya hari ini hari apa?" Tanya Reno.

Dito terdiam sebentar, berpikir. "Sebentar ya, Kakak mandi dulu."

Sebenarnya Alif ingat hari ini hari apa. Tetapi ia berpura-pura lupa. Ia tahu hari ini adalah hari ulang tahun Reno. Dan biasanya Reno meminta dibelikan kue dan es krim kepada ibu. Dada Alif terasa sesak. Ia belum punya uang sama sekali. Bayaran loper koran baru akan dibayarkan 3 hari lagi.

Begitu Alif keluar dari kamar mandi, "Oh Kakak ingat. Ulang tahun Reno ya? Selamat ulang tahun ya adikku sayang. Semoga sehat selalu dan tambah pintar."

"Retno ingin kue dan es krim, Kak, yang biasanya Ibu belikan," kata Retno merengek.

Alif terdiam sambil mengenakan seragamnya. Otaknya berputar-putar mencari alasan.

"Hmmm.. Nanti pulang sekolah kita beli es krim-nya ya. Sekarang sekolah dulu."

"Sungguh ya Kak?" kata Reno smabil tersenyum.

Alif mengangguk pelan.

Hari ini Reno pulang lebih siang daripada Alif karena ada les. Alif mengayuh sepedanya di pasar. Dilihatnya sebuah toko yang memajang kue ulang tahun dari etalasenya.

Alif melihat kue tersebut, dan, harganya satu buah kue bisa buat membeli 5 kilogram beras, batin Alif. Tanpa ia sadari, Pak Ujang, pemilik toko kue, melihat dari dalam toko.

"Ada apa, Alif? Kamu mau membeli kue?" tanya Pak Ujang.

"Tidak kok, Pak, hanya melihat-lihat saja," kata Alif dengan berat sambil mendorong sepedanya menjauh.

Entah apa yang akan ia katakan kepada Retno nanti. Reno pasti akan menangis meminta kue dan es krim.

"Kak! Kakak! Ayo beli es krim!" teriak Retno begitu keluar dari sekolahnya.

"Hmmm.. beli es potong saja ya. Kakak belum punya uang. Tapi Kakak janji, kalau besok sudah bayaran, kita beli es krim," bujuk Alif.

Ada airmata yang menggenang di pelupuk mata Reno. Dengan berat Retno mengangguk.

Sesampainya di rumah, di teras depan ada sebuah bungkusan yang diberi pita cantik. Reno berlari mendekat dan tergesa-gesa membukanya.


"Kakak! Kueeeee!" teriak Reno girang. "Terima kasih ya, Kak. Tadi bilangnya tidak punya uang."

Alif melihat bungkusan kue itu. Tanpa nama. Entah dari siapa. Tapi Alif percaya Tuhan mendengarkan doanya, agar di hari ulang tahunnya ia tidak melihat adiknya menangis karena merindukan ibu bapaknya.

Dan kaka mengucapkan kepada adik nya, semoga menjadi anak sholeh, meskipun kita tidak merayakan dengan ayah dan ibu kita harus tetap bahagia "ucap alif sambil memeluk retno"

Retno pun meniup lilin dan mulai berdoa, kemudian reno memotong kue untuk kaka nya terus menyuapkan kepada kaka nya.

Lalu Alif bicara bahwa
"kaka hanya bisa memberikan kue untuk kamu"

"iya kak tidak apa apa ini aja udah bikin aku bahagia kok, yang penting kaka ada waktu aku ulang tahun, dan terima kasih kaka atas Perayaan ulang tahun ini karna kaka satu satu nya yang reno sayang meskipun reno ulang tahun hari ini tidak di temani ayah dan ibu" ucap reno sambil menangis

Lalu Alif pun menyuruh adik nya tidur karena besok akan sekolah

"Reno kamu harus tidur ya karena besok kamu sekolah"

"iya kak aku akan tidur, aku mau mencuci muka sebelum tidur"

"iya setelah itu kamu harus tidur ya"

"iya kak aku akan langsung tidur"

"selamat malam Reno, tidur dengan nyenyak ya"

"iya kak selamat malam juga"

Lalu Alif telah memberikan hadiah untuk nya yaitu merayakan ulang tahun adik nya, meskipun di saat ulang tahun nya tidak temani oleh sang ibu dan ayah nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Hidup Teman KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang