‼️️SEKALI LAGI‼️
Alur ini mungkin bakal slow banget. Tapi aku akan berikan yang terbaik sampai ending. So, kalo kalian gak suka bisa skip, okayyy***
"Ini elo, Au?" Bertanya heboh kepada sahabatnya. "Bakal viral lagi nih kayanya!"
Kepo tentang hal menyangkut dirinya, Audrey berhimpun. Berbarengan melihat layar ponsel Rani nan memamerkan mirror selfie antara ia dan inti Ravegasgeng.
"Makin deket aja gue liat-liat. Bau-bau official nich!" Chantika mencolek dagu Audrey.
"Chantika!! Gak gitu sebenarnya guys! Itu cuma gabut doang dan aku ga expect bakal dipost." Audrey menjelaskan.
Rani mengatup bibir sambil manggut-manggut. Pura-pura percaya. "Iya juga gapapa kalii," godanya menjadi-jadi.
Audrey semakin malu. Ia memutar badan menghindari sepasang mata mereka yang terfokus hanya padanya.
"Ngapain malu sih, Au? Gue gak heran kalo emang Aksara atau temen-temennya beneran suka sama lo," cetus Rani menyandarkan kepala paha Chantika yang duduk di mejanya. "Secara lo cantik, baik, pinter, banyaklah!"
"Beda banget sama gue yang mirip boneka voodoo." Mendengus lesu. Insecure tanpa henti merupakan kebiasaan nan sulit hilang. Apalagi Rani dikelilingi teman-temannya yang cantik, tingkat kepercayaan dirinya langsung anjlok. "AAA GUE PENGEN CANTIK, PENGEN PINTER!!" pekik Rani tantrum.
Chantika mengusap-usap lembut puncak kepala gadis itu. "Tenang ya kodok ijo," ujarnya.
"Kurang ajar lo!" hardik Rani membikin Chantika tertawa.
Audrey menggenggam tangan Rani. "Kamu gak boleh gitu, Rani. Semua ciptaan Tuhan adalah yang terbaik. Kita harus bersyukur atas pemberian-Nya."
"Punya tangan, kaki, jari dan seluruh indra berfungsi. Lalu kamu menyesal? Insecure adalah pikiran buruk yang akan merusak pesona kamu sesungguhnya. Stop insecure, okay?"
"Dengan kaya gitu, secara gak langsung kamu menghardik Tuhan atas ciptaan-Nya. Gak baik meludah pada apa pun dan siapa pun yang memberi kamu kehidupan," nasehat Audrey membuka pikiran Rani.
Rani jadi lebih sadar bahwa pikiran negatifnya sangat salah. "Makasih udah diingetin! Gue bakal coba ngurangin rasa insecure gue setelah ini."
"Pinter itu gak harus di bidang akademik kok, Ran. Kemampuan orang beda-beda. Gue akui bakat akting lo keren. Butuh diasah sedikit lagi dan gue yakin lo bakal sukses dibidang itu," timbrung Yuna.
Dia yang biasanya acuh tak acuh kini angkat bicara. Jika Yuna berani mengatakan sebuah kalimat selantang itu, maka apa yang dia katakan benar-benar tulus dari hati.
Raya mengerling sinis. 'Halah! Gue gak peduli celotehan kalian. Yang namanya jelek ya tetep aja jelek. Munafik banget!' batinnya.
"Kok bengong, Ran?" tegur Audrey membuyarkan lamunan Rani. Gadis itu tersenyum kikuk. "Mikirin nasehat kalian tadi. Bener-bener ngena banget di hati gue soalnya," ungkap Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA CERITA INI!!] Bagi seseorang yang susah ditebak dan gamau ribet macam Aksara, punya pacar amatlah merepotkan. Namun siapa sangka, pertemuan tak mengenakkannya dengan seorang gadis maniak permen stroberi, justru dapat...