#20 : Percobaan bunuh diri

29 14 0
                                    

"Kamu tidak berhak mengakhiri hidupmu sendiri, karena yang pantas untuk membiarkan kamu meninggal atau hidup hanya Tuhan."

°•ADIRA•°

DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____

Hari ini Adira sedang berdiri di depan cermin, membawa dua hanger dress sambil mencoba beberapa yang akan ia pakai di acara festival kali ini.

"Yang ini bagus, tapi aku pengin yang lebih simpel," monolognya menatap dirinya di pantulan cermin sambil memutar perlahan.

"Tapi ini juga bagus." Ia membawa dress berwarna putih yang lebih polos dari yang kini ia pakai.

"Pakai yang ini aja ah," putusnya setelah berpikir sejenak. Ia memilih dress yang ada di tangannya.

Niatnya untuk berganti baju ia urungkan, ketika sakit di kepalanya tiba-tiba terasa. Ia duduk di kasur, memegang kepalanya menahan sakit.

"Sakit banget," lirihnya.

"Kenapa makin hari makin sakit."

Ia membuka laci yang berada di samping tempat tidurnya. Mencari obat sakit kepala, ia mengambil satu butir lalu menelan dibarengi dengan meminum air putih.

Setelah dirasa lebih baik, ia bergegas untuk berganti pakaian dan berangkat ke sekolah sebelum terlambat.

Belakangan ini sakit kepala yang Adira rasakan semakin hebat. Beberapa menit ia berganti pakaian ia langsung keluar rumah dan menuju halte seperti biasanya.

Dengan sedikit polesan dan rambut di kuncir satu, Adira duduk di halte bus menunggu bus datang.

Bus yang menuju sekolahnya datang, ia masuk dan duduk di dekat jendela. Memejamkan matanya merasakan angin yang masuk di celah jendela.

Festival kali ini juga akan dilengkapi dengan bazar kuliner yang diselenggarakan khusus kelas sepuluh dan berbagai macam kegiatan menarik lainnya.

Adira merasakan ponselnya bergetar, ia melirik notifikasi dari Arga.

Arga : sudah sampai?

Adira : lagi di jalan, sebentar lagi sampai.

Arga : oke, see you di sekolah.

Adira hanya membaca pesan terakhir dari Arga, setelah mengetahui tentang arga yang ternyata teman masa kecilnya ia sedikit tenang.

Dan perlahan ketika ia berjalan ada seseorang yang menerangi tidak seperti dulu. Ia selalu jalan sendirian di tengah gelapnya kehidupan.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Arga yang sudah rapih dengan setelan jasnya berdiri di depan toko bunga.

Ia berniat membeli bunga untuk Adira, dan ia memutuskan untuk membeli buket dengan bunga putih yang mendominasi.

"Bu saya ambil yang ini yah, berapa harganya?"

"30 ribu saja nak," jawab Ibu penjual bunga.

Setelah membayar, ia keluar dari toko bunga dan kembali mengendarai sepeda motornya.

^•^

Saat ini semua angkatan sudah berkumpul di aula. Semuanya nampak senang, dan ada juga beberapa yang sedang mencoba kuliner yang di jual oleh kelas sepuluh.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang