Semua orang juga tau siapa Hilmy, laki-laki nakal yang kerjaannya keluar masuk ruang bk, si paling nggak mau nurut sama peraturan sekolah dan selalu buat onar sana-sini. Playboy sekolah yang kerjaannya gonta ganti pasangan, flirting sana sini meksipun berakhir ia tinggalkan begitu saja. Namun anehnya, para gadis tidak bisa berhenti jatuh pada pesona seorang Hilmy Anggara Juan—termasuk Megandi Puan Calista, teman sekelas Hilmy yang super pendiam dan kelihatan polos.
Megan tau saat ia jatuh hati dengan seorang Hilmy, maka ia harus siap-siap patah hati berulangkali, bukan karena ia suka mengungkapkan rasa lalu ditolak mentah-mentah, melainkan karena melihat Hilmy selalu gonta-ganti perempuan dan sibuk mendekati banyak gadis.
Mungkin, Megan adalah satu-satunya gadis yang samasekali belum pernah Hilmy goda. Megan sadar diri, gadis cupu sepertinya mana mungkin didekati Hilmy, wajahnya pas-pasan, pendiam, tidak punya banyak kawan dan yang paling miris, mereka sekelas tapi samsekali tidak pernah bicara. Lalu bagaimana bisa Hilmy melirik padanya.
"Hilmy bandel aja gantengnya nggak main-main," suara bisik-bisik temannya dikelas berhasil membuat Megan melepaskan earphone ditelinganya.
"Dia lagi hukum dilapangan basket, tengilnya ganteng banget, suwer gue!"
Entah kenapa Megan tersenyum, membayangkan wajah tengil Hilmy benar-benar membuatnya ingin mencubit pipi laki-laki itu, lantas ia mengemasi buku-buku diatas meja untuk ia letakkan didalam loker meja sebelum berjalan keluar kelas untuk melihat keadaan Hilmy dilapangan.
Langkahnya melebar, saat dari kejauhan ia melihat Hilmy dilapangan tengah mengobrol santai dengan pentolannya yang lain, seolah mereka sedang tidak mendapatkan hukuman. Bahkan guru piket yang sedang mengawasi mereka sampai angkat tangan karena mereka tidak mendengarkan instruksinya samasekali. Kelihatan betul kalau hukuman ini sia-sia saja.
Sesekali Megan melirik saat ia melewati Hilmy dan teman-temannya, membuatnya salah tingkah sendiri padahal laki-laki itu tidak melakukan apapun.
"Megan!"
Gadis itu menoleh, mendapati guru piket yang sedang menjaga memanggil namanya sebelum meminta Megan untuk menghampirinya yang tengah duduk dipinggir lapangan basket.
"I-iya pak?"
Megan melirik Hilmy dan teman-temannya yang tengah menatapnya intens.
"Bapak pusing banget jagain mereka, boleh minta tolong jagain merek sebentar?"
Gadis itu langsung melotot, matanya kembali melihat pada Hilmy yang kelihatan tersenyum miring seolah apa yang baru saja dikatakan oleh guru mereka adalah lucu.
"Bapak mau minum dulu di kantor."
"Ta-tapi pak, kenapa nggak saya aja yang ambilin bapak minum?"
"Nggak usah, kamu disini aja sebentar."
Mendadak tenggorakannya kering saat gurunya berlalu begitu saja, meninggalkan Megan bersama Hilmy dan teman-temannya. Mereka maju beberapa langkah, duduk begitu saja didepan Megan seolah keempatnya tengah mematuhi gadis itu.
"Dia kawan sekelas lo-kan My?"
Hilmy mengangguk, membuat Megan menahan senyumannya. Meskipun tidak pernah bertegur sapa, rupanya Hilmy tau mereka satu kelas.
"Cantik ya," saut yang satunya.
Namun kali ini, Hilmy memilih diam meskipun matanya terus menatap Megan dengan tatapan aneh dan terus-menerus membuatnya salah tingkah.
"Ngomong dong neng?" kata yang lainnya.
"Ka-kalian kenapa dihukum gi-ni?" tanyanya gugup.
Hilmy terkekeh sambil menundukkan kepalanya.
"Digap ngerokok dibelakang sekolah," jelas salah satunya.
Tidak heran, mereka memang sering melakukan hal itu, Hilmy dan teman-temannya memang langganan dihukum.
"My, gue deketin dia, boleh ya?" bisik salah satu temannya pada Hilmy namun sialnya masih terdengar di telinga Megan.
Hilmy mengangkat kepalanya, menatap sorot mata Megan yang kian gugup saat netra keduanya bertemu.
"Deketin aja.. tapi yakin nggak dia suka juga sama lo."
***
Hilmy tidak bodoh untuk mengetahui gerak-gerik Megan yang kelihatan betul kalau gadis itu menyikapinya, mereka memang tidak pernah menegur satu sama lain, tapi Hilmy sering sekali mendapati Megan melirik padanya dengan tatapan kagum.
Pagi ini setelah kejadian kemarin siang, ia kembali melihat Megan tengah berjalan sendirian dengan terburu-buru. Membuat Hilmy memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
"Megan," panggilnya lantas berhenti tepat disampingnya.
Megan yang terkejut tiba-tiba menyimpangkan tangannya dengan lucu membuat Hilmy tertawa dibuatnya, "mau sekolah?"
"I-iya."
"Nggak liat jam? Lo udah telat setengah jam, pak Bayu nggak akan bukain pintu gerbangnya."
Megan juga tau itu, tapi apa salahnya kan mencoba, "kalau nggak dicoba mana tau, Hilmy."
Laki-laki itu kembali terkekeh, "mau gua anterin nyoba?" tawarnya sambil menatap netra Megan, "naik."
Meskipun sempat ragu, Megan tetap naik keboncengan motor besar Hilmy, memegang jaket Levis yang laki-laki itu kenakan dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju sekolah mereka yang jaraknya tidak jauh.
Pintu gerbang sudah ditutup rapat, satpam sekolah sedang berjaga disana, hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat Hilmy dan Megan ada di depannya gerbang.
"Hilmy udah biasa telat, kamu kenapa ikut-ikutan telat Megan?"
"Maaf pak."
"Bukain pak, kasian dia mau sekolah."
"Nggak bisa, peraturan adalah peraturan, kalau telat ya nggak bisa masuk ke sekolah."
Entah kenapa melihat wajah nelangsa Megan membuatnya kembali ingin tertawa, "udah gue bilang nggak bisa kan tadi?"
"Terus gimana?"
"Ikut gue aja."
"Kemana?"
"Basecamp."
***
Sejujurnya Megan senang bukan main karena selama ia sekelas dengan Hilmy ini adalah pertama kalinya mereka mengobrol, bahkan sekarang ia diajak main ke basecamp gengnya, yah.. meskipun Megan sedikit ketakutan karena tempatnya yang terpencil dan berantakan, lebih mirip gudang daripada basecamp sebenernya.
"Masuk Cal."
Spontan ia menoleh, Cal? Calista? Pipinya mendadak bersemu merah jambu, Calista biasanya hanya digunakan oleh orang-orang yang dekat padanya saja, ia biasanya tidak membiarkan orang jauh memanggilnya demikian—berhubung ini Hilmy yang memanggil, jadi tidak masalah.
Megan yang sejak tadi mengekor dibuat menganga saat masuk kedalam sebuah ruangan yang jauh dari kata berantakan seperti yang ada didepan tadi, disini sangat rapih dengan sofa, tv, banyak mainan dan makanan disini.
"Mending disini aja daripada galau karena nggak sekolah."
Megan mengangguk, "yang lain mana?"
"Sekolah. Lo bisa main game?"
Gadis itu menggeleng, membuat Hilmy yang sedang menghidupkan blaytastion-nya mengurungkan niat dan ikutan duduk disamping Megan. Laki-laki itu tersenyum kearahnya, menimpu tangannya disandaran sofa dan matanya menatap Hilmy dengan senyuman.
Megan menjadi gugup, bagaimana bisa Hilmy melakukan ini padanya, jantungnya berdetak kencang kalau saja dia tau.
"Lo suka gue ya?"
Kelanjutannya ada di trakteer.id ygy
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
Fiksi PenggemarORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children