Setelah dirasa berhasil menenangkan sang kakak, yang saat ini sudah terridur pulas dikasurnya. Jaemin beralih dari kamar Jaehyun menuju kamar kembarannya Jeno, dengan selembar kertas yang ia terima dari Jaehyun.
Tak perlu menunggu waktu lama dan basa basi, sesampainya Jaemin disana ia langsung membuka pintu kamar Jeno. Betapa terkejutnya Jaemin melihat kembarannya yang sedang berciuman dengan Renjun diatas kasur, dan aktivitas mereka pun terhenti saat mengetahui Jaemin yang tiba tiba muncul diambang pintu.
Semakin dirematnya lembar kertas itu sebagai pelampiasan kekesalan Jaemin. Jaemin melangkah masuk lebih dalam dikamar Jeno "hey Kim Renjun, sebaiknya kau keluar sekarang juga sebelum aku menghancurkan mu!"
Jeno yang berada diatas Renjun bangkit mendekati kembaranya "dia tidak akan pergi, sebelum aku yang menyuruhnya"
Jaemin tertawa hambar mendengar respon dari kembarannya itu "hahaha... Sepertinya pukulan ku tadi siang masih kurang ternyata" dengan kesal, Jaemin menyerahkan kertas itu tepat ke dada Jeno dan sedikit mendorongnya, sehingga membuat Jeno berjalan mundur.
"Semoga ini bisa menyadarkanmu!!"
Saat akan pergi, Jaemin menyempatkan untuk melirik tajam kerah Renjun yang terduduk di kasur Jeno setelah itu ia pergi dari sana dan kembali kekamar Jaehyun untuk menemani kakaknya.
Kertas itu dibaca oleh Jeno dengan begitu teliti hingga benerapa menit kemudian, bagai diserang badai salju tubuh Jeno diam membeku setelah membaca isi kertas itu.
Karena penasaran, Renjun mendekat dan ikut membacanya, yang kemudian ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Tak menyangka akan isi dari kertas dokter yang dibawa Jeno.
"Renjun, bisa kau pergi dari kamarku sekarang?" Ujar Jeno yang sama sekali tak melihat kearah Renjun.
"J-Jeno" lirih Renjun.
"PERGI DARI KAMARKU, SEKARANG!!!"
Dengan suara yang ditinggikan Renjun langsung bergegas keluar dari kamar Jeno, meninggalkan sang pemilik sendirian disana.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Jeno? Tak ada satu orangpun yang tahu. Perubahan Jeno yang tiba tiba sejak dari pagi, yang tadinya lembut berubah menjadi kasar, dan akan berubah lagi menjadi manja, begitu terus secara berulang ulang. Membuat Renjun lelah dengan sikapnya hari ini yang terus menempelinya.
Renjun menuruni tangga, didapatinya Jaemin yang berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada handrail tangga. Renjun merubah tempo jalannya yang awalnya lumayan cepat, menjadi pelan melewati Jaemin.
"Apa kau senang menggoda kami?"
Tak ada angin tak ada hujan, Renjun menghentikan langkah kakinya setelah mendengar pertanyaan Jaemin yang terdengar menyakitkan. Renjun berbalik badan, menatap orang yang ia sukai dengan begitu tajam.
"Apa maksudmu?"
"Setelah aku menolakmu, kau berpaling dan menggoda Jeno. Apa aku salah?"
Renjun tak dapat menahan lagi kata kata Jaemin yang menyakiti perasaanya. Ia melayangkan tamparan keras kepada Jaemin, hingga meninggalkan cap tangan merahnya disana.
"Aku benar benar tidak mengerti, sebenarnya dosa apa yang kubuat padamu sehingga kau mengataiku seperti itu?!!"
Dengan begitu aroganya, Jaemin menolehkan kepalanya menatap si mungil setelah mendapat tamparan darinya.
"Dosa? Kau punya dosa besar yang seharusnya tidak kau lakukan padaku. Kau menyukai ku, itulah dosa besarmu"
"Seharusnya kau terus menyembunyikan perasaanmu sampai akhir hayatmu, tak perlu kau ungkapkan karena akan begini jadinya"
Setelah lagi lagi menyakiti perasaan Renjun dengan kata katanya, Jaemin pergi meninggalkan Renjun yang membeku disana. Tanpa mereka sadari, ada yang memperhatikan argumen mereka dari awal hingga akhir dari kejauhan denga kepalan tangan dikedua sisi tubuhnya.
"Jung Jaemin...!!!"
Jaemin kembali memasuki kamar Jaehyun, disana kakanya masih tertidur dengan nyenyaknya. Langkah kaki membawa Jaemin mendekati kakak cantiknya itu, dipandangnya wajah yang begitu indah bagaikan malaikat. Sungguh kejamnya takdir membuat Jaehyun terlahir menjadi kakaknya, kenapa harus Jaehyun yang ia cintai, kenapa harus Jaehyun yang menjadi kakaknya.
Lelah kembali menyerang tubuhnya kembali, Jaemin memutuskan untuk bergabung dengan Jaehyun. Merebahkan tubuhnya, tepat disamping kakaknya dan memeluknya. Kelopak mata mulai berat, hingga akhirnya Jaemin memejamkan matanya ikut menyelami dunia mimpi bersama Jaehyunnya.
Dikamar lain, tepatnya kamar Jeno. Perasaan bersalah mulai menghantui dirinya, membuatnya tak berani bertemu dengan kakak tercintanya. Bahkan Jeno enggan untuk menatap dirinya dipantulan cermin kamar mandi dikamarnya.
Betapa bodonya dia meneriaki, melukai dan bahkan menjauhi Jaehyun.
Sejujurnya Jeno sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi denganya. Tadi pagi, ia benar benar merasa mual begitu Jaehyun datang untuk ikut bergabung sarapan bersama. Aroma yang Jaehyun sebar begitu kuat sehingga indra penciuman Jeno terganggu.
Begitupula dengan suasana hati yang seharian ini terus berubah ubah, begitu sangat menganggunya. Menyesal, hanya tinggal perasaan itu saja yang kini Jeno rasakan.
"Dasar Bajingan kau Jung Jeno..!!"
"Sialan kau Jung Jeno..!!!"
"Dasar kau bodoh Jung Jeno...!!!"
"AARRGGGHH"
Rapalan menyesal dan kefrustasian yang Jeno tujukan kepada dirinya sendiri membuatnya meninju kaca yang ada dihadapanya sehingga kaca itu pecah. Ada noda darah Jeno ditengah tengah, serpihan serpihan kaca juga berjatuhan menyebabkan mereka hancur dan terbelah menjadi beberapa bagian.
Lalu dikamar tamu yang menjadi tempat untuk beristirahat tamu spesial Jaehyun, kamar itu penuh dengan suara tangisan Renjun meski wajahnya ia tutupi dengan bantal.
Perkataan menyakitkan dari Jaemin masih saja terputar diotaknya. Kakaknya Kim Doyoung hanya bisa menenangkan adiknya dengan mantra menenangkan.
Bagi Doyoung yang menyaksikan argumen adiknya dengan Jaemin, benar benar kata kata yang dilontarkan Jaemin sudah kelewat batas. Sungguh keterlaluan, bagaimana bisa Jaemin mengatakan hal seperti itu kepada Renjun hanya karena adiknya menyukai temannya.
Apa salahnya menyukai seseorang?
Jatuh cinta bukanlah dosa besar..!!
Tapi kenapa Jaemin begitu membenci adiknya setelah mengetahui perasaan Renjun kepadanya. Seharian ini, Doyoung dipusingkan dengan tiga masalah.
Masalah yang pertama, yaitu mengetahui sahabat nya tiba tiba sedang mengandung. Masalag yang kedua, adiknya yang disakiti oleh orang yang adiknya sukai. Dan masalah yang terakhir, yaitu Seulgi yang terus menerus menghubungi nya hanya untuk menanyakan tentang Jaehyun.
Doyoung pikir menginap dirumah sahabatnya ini akan memberikan nuansa baru untuk hati, jiwa raga dan pikirannya. Namun, ternyata semua itu salah. Malah Doyoung semakin dilanda banyak permasalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung
Fanfiction"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"