#21 : Kenyataan yang pahit

30 11 0
                                    

DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____

"Bener nih nggak mau dianterin pulang?" tanya Arga. Sudah berkali-kali ia bertanya tetapi jawaban Adira tetap sama, "iya benar, kamu duluan aja ya."

Kini mereka sedang berada di halaman sekolah. Acara festival yang sangat melelahkan sudah selesai dan hanya menyisakan beberapa anak yang masih lalu lalang.

"Lu mau mampir ke toserba mana sih? Biar gue anterin." Adira menolak tawaran dari Arga karena dirinya ingin mampir ke toserba terlebih dahulu.

"Aku bisa sendiri kok, kamu pulang duluan aja."

"Yaudah deh gue duluan ya," pamit Arga menutup kaca helmnya. Adira mengangguk mengiyakan.

"Hati-hati." Arga hanya menautkan jempol dan telunjuknya sebagai tanda 'ok'.

Motor ninja tersebut melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

"Maaf aku bohong, sebenarnya aku ingin ke rumah sakit. Sebenarnya penyakit apa yang aku derita sampai kepalaku seakan ingin pecah," monolognya menatap nanar motor yang dikendarai Arga yang kini semakin menjauh.

Ia berjalan menuju halte sambil menyapu pandangannya ke langit yang cerah. Burung-burung bebas menari-nari di awan membuat Adira menarik ujung bibirnya.

Ia melambai-lambai ke burung yang tengah asik menari di udara. Tiba-tiba kupu-kupu berwarna merah muda singgah di tangannya walaupun sebentar.

Ia tersenyum lebar menampakkan giginya, berbaur dengan alam membuatnya tenang dan melupakan beban yang ada.

Sesampainya di halte ia berdiri tidak duduk, tak butuh waktu lama bus datang. Adira naik dan langsung duduk di kursi yang masih kosong.

Tanpa sadar Arga mengikuti bus yang ditumpangi Adira dari belakang. Ia hanya ingin memastikan bahwa Adira selamat sampai rumah.

"Kenapa dia malah lewati toserbanya? Apa dia ketiduran?" monolognya ketika toserba yang akan di hampiri Adira sudah terlewati.

"Gue harus tetap ngikutin, sebenarnya dia mau ke mana sih."

Sedikit jauh dari toserba bus yang ditumpangi Adira berhenti di salah satu rumah sakit.

"Kenapa dia malah ke rumah sakit?" Arga memarkirkan motornya sedikit jauh dari tempat parkir biasa.

Adira yang kini turun dari bus langsung masuk ke dalam rumah sakit.

"Selamat sore kak, silahkan isi formulir terlebih dahulu."

Adira menurut, ia mengisi formulir pendaftaran. Ia duduk di kursi yang disediakan. Sebenarnya ini hari kedua ia datang lagi ke rumah sakit untuk mengambil hasil *CT scan yang dilakukan beberapa hari lalu.

"Nomor antrian lima silahkan masuk," ucap perawat membuka pintu ruangan dokter tersebut.

Adira bangkit lalu masuk ke ruangan tersebut.

"Silahkan duduk dulu," ucap laki-laki paruh baya dengan kacamata minusnya yang tak lain adalah dokter.

"Anda yang ingin mengambil hasil CT scan?" tanya dokter tersebut memastikan.

"Iya dok jadi bagaimana hasilnya?"

"Sus hasil CT scan Adira," titah dokter. Suster yang langsung faham segera menyerahkan berkas Adira.

"Ini dok."

Dokter yang ber name tag Willy Mahendra tersebut menganalisis hasil Adira.

Ia membenarkan kacamata yang sedikit merosot dan menatap Adira dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang