Aku IU Olivia Adelin, sudah menjalani kehidupan pernikahan walau terbilang masih seumur jagung enam bulan pernikahan. Terkadang rasanya aku ingin melepaskan dan mengabaikan segala hal dalam kehidupanku, dan hari ini aku benar-benar ingin melakukan hal itu.
Suamiku sering pulang larut malam dalam kondisi yang tidak karuan ingin rasanya aku menanyakannya tapi aku tidak punya hak untuk itu walau aku berstatus sebagai istri sahnya tetap aku tak ingin melanggar isi perjanjian itu.
Aku membiarkannya bukan karena aku tidak peduli padanya aku hanya tidak ingin masuk ke dalam kehidupannya lebih dalam lagi. Aku takut dengan semua kenyataan yang nanti hanya akan menjadi bomerang dan menyakiti hati ku atau mungkin hatinya.
Aku memberikan kebebasan padanya walau terkadang hati ku berontak untuk dia tidak melakukan itu. Pengecut sekali bukan.
Hari ini aku benar-benar tidak ingin berbuat apa-apa, seharusnya aku membereskan rumah yang berantakan dan mencuci piring yang menumpuk, namun memang tak ada yang harus aku lakukan semuanya tampak bersih tidak ada hal semacam itu dirumah ini.
Hari ini aku benar-benar tidak ingin berbuat apa-apa aku hanya berbaring di sofa menatap sekeliling ruangan apartemen hal yang sudah biasa aku rasakan ketika Suga tak ada dirumah.
Hampa, kosong dan sepi itu hal biasa dalam kehidupan ku sehari-hari sambil bermalas-malasan imaginasi ku melayang memikirkan hal-hal yang aneh dan liar.
"Aishhh, apa yang sedang aku pikirkan?" ujarku melambaikan tangan seperti menghapus pikiran diatas udara lalu tersenyum malu setiap membayangkan hal itu.
Ciuman itu masih terasa ciuman yang Suga berikan padaku. Hampir semua imaginasi ku adalah tentang suamiku, rasanya puas dan senang sekali dapat melayani dan memperlakukan suamiku lebih baik seperti itu. Ini sebagai bentuk ekspresi ku atas segala perasaan ku terhadapnya selama ini.
Membayangkan hal-hal yang tidak mungkin berani ku lakukan. Entah mengapa aku merasa takut. Dasar memang aku penakut!.
Sebenarnya, tadi pagi saat Suga berpamitan ingin pergi kuliah aku sempat berpikir apa boleh aku keluar rumah?
Aku membayangkan kehidupan ku yang aman dan penuh cinta ternyata itu hanya angan ku saja meskipun aku berusaha sekuat tenaga untuk menyangkal dan mengabaikan rasa itu, kini rasa itu semakin lama semakin terasa jelas.
"Kamu nggak boleh pergi!" Aku mengatakan itu dengan sangat jelas, seakan aku berteriak di telinganya menggunakan pengeras suara dan ada yang memasang dinding peredam suara mengelilinginya. Namun, ternyata suara itu memang tak juga keluar. Aku hanya menahan ujung jaket Suga.
"Ada apa?"tanyanya aku hanya menggeleng.
"Sorry gue harus pergi. Lo dirumah aja jangan kemana-mana." Aku hanya mengangguk mengiyakan tanpa tahu apa yang suamiku lakukan diluar sana.
"Anak baik,"ujar Suga mengelus lembut kepalaku.
"Gue mungkin pulang malem. Jadi, lo nggak perlu nunggu gue pulang." Aku kembali mengangguk.
Seperginya Suga aku duduk seorang diri menatap nanar sekeliling ruangan apartemen hatiku kembali terasa sepi, kosong dan hampa.
Sekarang aku hanya menonton tv aku tampak bosan terlihat dari beberapa kali aku menghela napas menunggu kepulangan Suga padahal Suga sudah berpesan agar aku tak perlu menunggunya. Jam sudah menunjukkan pukul 23.15 dan Suga masih belum pulang juga.
==================
Sementara ditempat lain terlihat Suga tengah bersenang-senang sambil merangkul seorang perempuan cantik sesekali mencium pipinya dengan satu tangan memegang gelas wine ia tampak senang dan menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scene Ending (END)
Random-Epilog- "Aku tidak tahu harus memposisikan diriku bagaimana?Karena masih dia karakter utamanya. Sedangkan aku disini mencintainya hanya seorang diri." "Aku suka sama kamu tapi kamu nggak suka aku.Aku harus bagaimana? Nahan tangis dalam diam...