"Selamat siang?" bisik Rietta.
Rietta menghampiri seseorang sebelum masuk kedalam ruangan Hilmar dengan terus menengok kanan dan kiri. Kali ini ia terlihat amat gelisah, seperti sedang berusaha untuk menghindari seseorang yang tak ingin ia temui.
"Siang, ada yang bisa saya bantu, Tuan Putri?" balas seorang pelayan yang tengah mendorong sebuah troli berisi piring-piring kotor. Rietta pun tersenyum lalu mendekati pelayan itu dengan perlahan. "Apa Putra Mahkota ada di ruangannya sekarang?" tanya Rietta dengan wajah penuh kecemasan.
Ia jelas khawatir membayangkan hal terburuk yang dapat terjadi, bagaimana jika ia tak sengaja bertemu dengan Hilmar saat sedang mengembalikan barang yang ia 'curi' darinya? Apa reaksinya nanti?
"Sepertinya tidak, Tuan Putri. Beberapa menit yang lalu, Putra Mahkota dipanggil oleh Raja untuk bertemu di ruangannya." balasnya. Rietta pun menghela nafasnya lega, seharusnya semuanya dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan oleh dirinya.
"Baiklah, terimakasih!" Pelayan itu pun kembali berjalan dan melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai itu. Begitu pun juga dengan Rietta, perlahan gadis itu masuk kedalam ruangan Hilmar dengan sangat hati-hati.
"Maafkan aku, kak Hilmar..." gumamnya sembari membuka sebuah laci dibawah meja kerjanya. Tempat dimana ia menemukan buku sihir itu untuk yang pertama kalinya.
Rietta pun mengusap buku kesayangannya, "Selamat tinggal, semoga kita bisa bertemu lagi." batinnya.
Rietta memasukkan buku itu kedalam laci, lalu menutup laci itu dengan amat perlahan. Ia berusaha agar tak menimbulkan suara sedikit pun. Rietta merasa lega setelah mengembalikan buku itu. Tak lama kemudian, gadis itu pun bangkit lalu berjalan keluar ruangan. Namun tepat sebelum ia keluar, Rietta berpapasan dengan seorang lelaki dengan rambut coklat tua dan mata berwarna merah yang tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu ruangan Hilmar.
"Rietta? Kau sedang apa disini?" tanya lelaki itu. Sontak Rietta mendongak untuk melihat wajah lelaki itu.
"Kak Hilmar?!" ujar Rietta. Gadis itu mendelik menatap seorang putra mahkota yang tengah ada dihadapannya saat ini. Rietta pun berakhir hanya dengan melontarkan senyuman kepada Hilmar yang sudah mengerutkan dahinya. "Aku, hanya sedang ..."
Hilmar merasa keheranan melihat Rietta yang tampak gelisah dan terus melihat sekelilingnya. "Aku hanya sedang mencari Milo!" sambungnya setelah teringat akan anjing peliharaannya. Meskipun Rietta tahu jika sebenarnya Milo tak benar-benar hilang. Namun entahlah, seharusnya Hilmar tak tahu, kan? "Apa kau melihatnya? Aku sudah mencarinya disekitar sini, tapi aku tak menemukannya juga!" Mendengar itu, Hilmar pun tersenyum lalu mengangguk mengerti. "Baiklah, jadi kau kesini karena ingin mencari Milo?"
Rietta mengangguk dengan mata yang berbinar-binar. "Tapi sepertinya kau salah ruangan, Milo tak pernah datang kesini. Mungkin diruang bawah? Dia suka bermain di sana." sambung Hilmar. Rietta pun tersenyum lega, syukur Hilmar tak mencurigainya kali ini.
"Baiklah, terimakasih!"
***
"Kau kenapa, sih?" tanya Steve kepada Jason yang terlihat tengah duduk ditengah perapian kamar mereka. Jason yang mendengar perkataan Steve sontak menengok kearahnya.
"Kenapa apanya? Apa maksudmu?" balas Jason kebingungan. Steve pun menghela nafasnya kasar lalu mendekat kearah Jason. "Kau tak tidur lagi kan semalam?" Tanya Steve sembari menilik wajah Jason. Merasa risih kepada kembarannya yang terus mendekat, Jason hanya mengerutkan dahinya lalu mendorong wajah Steve sehingga membuatnya menjauh darinya. "Ya, memangnya kenapa jika aku tak tidur semalam?" balas Jason sembari bangkit dari lantai dan berjalan perlahan kearah pintu. Steve hanya terdiam menatapnya yang terlihat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CURSE OF LUMINERA | ENHYPEN
Фэнтези[Book One Of Amethyst Universe] Kisah lama yang berlatar pada tahun 1769 di negeri sihir yang bernama Amethyst. Negeri Amethyst ini memiliki empat kerajaan yang paling berkuasa. Kerajaan Xannider, Amania, Bathura, dan yang terakhir Luminera. Kerajaa...