Bagian delapan

2.9K 151 3
                                    

LilBuna
Present

Mahae
Short Fanfiction

Idol life, Romance, Angst

Chapter

Sorry for typo(s)



”Dari mana saja kenapa pulang malam sekali?”

Haechan terkejut mendapati Mark masih terjaga di depan meja dapur. Pria itu muram meminum segelas kopi yang terlihat sudah dingin. Entah apa yang sedang terjadi tapi dia kelihatan lelah memikirkan sesuatu tetapi Haechan enggan bertanya bingung ingin membuka suara.

Lalu tanpa menjawab pertanyaan dari Mark, dia melengos pergi hampir saja berhasil tapi seakan percuma tangannya lebih dulu di cekal oleh Mark membuat langkahnya berhenti.

Sejak kejadian Mark mengungkapkan perasaan miliknya. Pria manis itu malah berubah makin drastis, menghindari kontak apapun yang coba mark berikan. Seolah-seolah kalau Haechan menganggap kehadiran Mark semu

”Kumohon jangan menghindariku lagi Haechan, hariku terasa sangat sulit tanpa dirimu.” Dia tidak berbohong, ketika Haechan menghindarinya semua terasa sulit. Hatinya makin memberat. ”Jika kamu membenciku aku sama sekali tidak masalah, maafkan aku sudah melukai hatimu dulu pun sampai sekarang tapi Haechan yang kukatakan terakhir kali itu benar adanya. Aku tidak berbohong aku mencintaimu sangat. Sulit sekali menjalani hariku tanpa dirimu. Aku merindukanmu.” Mark maju selangkah dia memeluk Haechan erat seolah-seolah itu adalah hari terakhir untuknya. Dia menghirup bau yang teramat harum. Menyalurkan segala perasaan rindu yang hampir tertahan selama ini.

”Mark Hyung,”

Haechan membalas tak kalah erat menyalurkan rasa rindu yang sama besarnya. Dia sudah tidak sanggup lagi menjauhi pria ini. Memang Mark sering memberikan banyak sekali luka pada dirinya namun di sisi lain dia juga butuh Mark untuk mengobati luka-luka itu. Rasa cinta yang dia miliki lebih besar daripada rasa sakit yang coba Mark tanam kepadanya.

Katakan jika Haechan gila dia sama sekali tidak akan pernah keberatan malah dia senang sekali mendapatkan julukan seperti itu. Lagian itu cocok sekali untuknya.

”Maaf Mark Hyung sudah melukai perasaanmu di malam itu. Aku tidak pernah berpacaran dengan siapapun.” Dengan penuh keyakinan Haechan memberikan diri mengatakan kejujuran yang sudah ditanam.

Mendengar itu Mark terkejut melepas pelukan  lalu menyentuh pipi Haechan lembut. ”Aku yang seharusnya minta maaf padamu dalam kasus ini aku sudah bersalah, menghinamu bahkan mengatakan banyak sekali hal buruk.” dilanjut kecupan singkat tepat di bibir.

Pipi Haechan memerah dia malu mendapatkan perlakuan manis dari Mark. Hatinya tidak siap, biasanya pria ini akan menolaknya dengan raut wajah datar tapi sekarang sangat berbeda.

”Mark,”Haechan mendorong Mark mundur. ”Rasanya aku akan mati, jantungku ingin meledak jika kamu berdiri dekat-dekat.” Celotehnya dengan pipi yang semakin memerah. Pria manis itu berkata jujur, sensasi yang dia rasakan teramat baru baginya.

”Haechan?”

”Um?”

”Mari berkencan akhir pekan ini, kamu mau? jika ku ingat-ingat kita tidak ada jadwal di unit manapun.”

Mark membuka ponsel dia punya kebiasaan menyimpan jadwal. Meskipun mereka memiliki manajer tapi sebagai leader di unit satunya, dia membuat kebiasaan seperti itu agar lebih mudah mengingat.

Dan benar saja jadwal mereka kosong di akhir pekan, ini lebih baik. Sudah hampir berbulan-bulan mereka jarang sekali mendapatkan hari libur, jadwal mereka sangat padat bahkan untuk tidur saja kadang curi-curi waktu. Tapi sesibuk apapun keadaannya mereka tetap merasa bahagia karena bagaimanapun butuh perjuangan bisa sampai di titik itu.

Daripada mengeluh sepanjang waktu lebih baik menikmati dengan perasaan damai.

Lagian menjadi idol adalah mimpi mereka sendiri bukan paksaan dari pihak manapun.

”Aku mau.”

Cicitnya agak pelan. Haechan mendudukan diri di kursi, dia menyembunyikan wajahnya di meja. Demi apapun dia sangat malu menatap wajah Mark. Untuk pertama kalinya Mark mengajak jalan-jalan. Apakah kesabarannya selama ini akan berbuah manis? Atau malah sebaliknya namun untuk sekarang tidak memikirkan masa depan adalah pilihan terbaik.

Yang terpenting Mark masih berada di sisinya.

Jawaban Haechan membuat Mark tersenyum lebar, dia menepuk kepala bundar di depannya lalu pergi ke kamar. Jika Mark terus disana kemungkinan besar pria gembul itu akan terus menutup wajahnya sendiri atau malah tidak meninggalkan meja itu.

© LilBuna

”Jadi kamu suka pergi kemana?”

Itu suara Mark, kebetulan hari ini akhir pekan. Drom terasa sangat sepi akibat para member sebagian pulang ke rumah ada juga yang pergi berjalan-jalan bersama. Hal itu pun
digunakan sebaik mungkin oleh Mark. Lumayan tidak ada pengganggu, dia bisa leluasa berbicara pada pria gembul itu.

Ya,

Sebelum suara melengking tiba-tiba menembus telinga keduanya. Itu Chenle berlari seperti orang kerasukan. Pria itu terlihat bersemangat menabrakan diri pada Haechan. Memang Chenle sangat manja jika berada di dekat Haechan pun sebaliknya.

”Chenle apa yang kamu lakukan disini? Kamu tidak pulang kerumah?”

Pertanyaan Haechan mendapat gelengan sebagai jawaban. ”Aku sedang malas di rumah, kamu mau pergi kemana Haechan Hyung? Kenapa tidak membalas pesanku katanya akhir pekan kamu akan mengajakku membeli makanan.” Chenle melirik Mark. ”Kalian sudah berbaikan?”

Mark berdehem sebentar. ”Memangnya kita kenapa?”

Mendapatkan pertanyaan seperti itu Chenle tersenyum menggoda. ”Kamu murung sekali waktu itu Mark Hyung sekarang sudah bisa senyum lagi. Baiklah sepertinya aku mengerti, sampai jumpa Haechan Hyung traktir aku kapan-kapan.”

Setelah kepergian Chenle keduanya segera memasuki mobil. Hari ini Mark yang menyetir. Mereka membelah kota seoul di sore hari. Memang nuansa paling  indah di nikmati adalah sore hari, terasa damai dan nyaman lalu dengan berani Mark mengambil tangan Haechan menggenggam erat.

”Aku tidak pernah berpikir bisa menggenggam tanganmu seperti Haechan?”

”Tapi sekarang kamu bisa Mark Hyung.”

Mark menghela nafas panjang. ”Maaf sudah banyak menyakitimu, kalau boleh jujur sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak lama namun egoku lebih tinggi. Lagu itu untukmu Haechan.”

”Lagu?”

”Baby don't like it.” Mark melirik Haechan sebentar. ”Kamu adalah subjekku, jika kamu bertanya kenapa aku selalu menghindarimu maka jawabannya adalah karena aku tidak sanggup ketika kamu mendekatiku.”

”Benarkah?” Tanya Haechan dengan perasaan membuncah.

”Benar, aku hanya selalu ragu dengan perasaanku sendiri.” Mark menepikan mobil. ”Namun sekarang keraguan itu menghilang. Aku tidak peduli dengan apapun yang orang katakan tentang kita. Aku mencintaimu Haechan, tetap di sisiku selamanya ya?”

”Mark Hyung aku juga sangat mencintaimu.” Haechan mengangguk langsung menabrakan diri di pelukan Mark, menciumnya singkat. Dia merasa sangat bahagia.

Semoga apapun yang akan terjadi di masa depan mereka berdua bisa melewatinya.

The End

Maaf ya lagi gak bisa bikin cerita panjang-panjang tapi menurutku ini sudah pas happy ending 😆

Terimakasih sudah membaca 💚
Rencananya aku pengen bikin book lagi tapi bagusnya apa ya genrenya??



© Lilbuna

Backstreet [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang