A LITTLE MONSTER

14 2 0
                                    

Ada seorang anak laki-laki yang lahir dari keluarga terpandang bernama Park Jisung.

Orang-orang menganggap bahwa kehidupan keluarga Jisung sangatlah bahagia. Karena ya kalian bayangkan saja mulai dari rumah yang begitu megah dan mewah, perusahaan ternama yang selalu sibuk dan sukses besar, harta bergelimpangan, dan kalian bebas membeli apapun yang kalian mau dari penghasilan uang yang begitu banyak.

Namun, bagi anak bungsu dari keluarga Park itu tidak. Harta berlimpah itu tidak membuatnya bahagia. Apalagi dengan adanya warisan keluarga yang sudah digandrungi dan diangan-agankan oleh kedua kakaknya yang gila akan harta dan uang.

Park Jisung, seorang anak laki-laki yang masih berumur tiga tahun, dengan tubuh yang masih kecil menggemaskan itu hanya bisa memeluk boneka beruangnya yang berwarna merah dan bersembunyi di balik pintu kamarnya apabila kedua kakak laki-lakinya mulai bertengkar lagi soal harta warisan keluarga.

Ya, sebegitu seringnya mereka bertengkar dan parahnya sering melampiaskan kekesalannya itu kepada si kecil, membuat si kecil menjadi anak yang selalu menampakkan raut wajah murung dan sedih. Tak pernah terlihat cahaya sedikitpun dari wajahnya.

Jisung sangat ingin pergi bersama kedua orangtuanya yang selalu sibuk di luar kota. Namun di usianya yang begitu muda, dia belum bisa berbicara dengan jelas, juga orangtuanya yang jarang mengasuhnya membuat tali merah transparan di antara ketiganya seolah terputus.

Kedua orangtuanya selalu sulit memahami apa yang si kecil katakan apabila kedua orangtuanya sedang menghabiskan waktu bermain bersamanya. Kedua orangtuanya juga tak bisa melihat wajahnya yang sudah redup, sarat akan kesengsaraan dan kesedihan.

Si kecil hanya bisa menangis sambil memeluk bonekanya yang sudah menjadi teman satu-satunya baginya.

Sampai dua tahun berselang, di usianya yang sudah menginjak lima tahun. Usianya memang masih begitu muda, namun dia sudah mengerti banyak hal tentang kesengsaraan dan kesedihan juga cara mengatasinya untuk dirinya sendiri, meski dia merasa bahwa kegelapan itu sudah menguasai tubuhnya.

Saat Jisung dan kedua kakaknya sedang makan, matanya melirik pisau yang berada di atas meja. Lalu, entah mengapa bayang-bayang hal mengerikan yang tidak seharusnya dipikirkan oleh anak seusianya muncul secara tiba-tiba dan acak. Lalu, timbul sebuah rasa keinginan. Jisung secara perlahan melirik kedua kakaknya secara bergantian.

Sampai salah satu dari kakaknya menyadarinya. "Kenapa melihatku terus? Cepat habiskan makananmu." Tak ada intonasi lembut sekalipun dalam kata-katanya. Jisung hanya bisa mengangguk dan kembali fokus pada makanannya.

***

Malam tiba, bulan sudah menggantikan tugas matahari dalam menyinari bumi. Jisung membuka pintu kamarnya secara perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara.

Sambil memeluk bonekanya, anak kecil itu pergi ke dapur dan melihat pisau yang tadi dia lihat di meja makan yang sudah disimpan kembali ke tempat asalnya.

Jisung mengambil kursi yang memang dikhususkan untuknya membantu setiap kali dia mau mencuci tangan ke wastafel. Namun kali ini, kursi itu tidak di arahkan ke wastafel. Jisung menaikinya dan tempat pisau itu sekarang persis berada di depan matanya.

Dengan perasaan berkecamuk dan begitu asing, tangannya gemetar mengambil salah satu pisau yang ada disana. Bisikan-bisikan jahat semakin menghantuinya. Jisung turun dari kursi. Bonekanya terlepas dari pelukannya, tergeletak begitu saja di lantai dapur.

Jisung tak menghiraukan boneka tersebut. Kakinya melangkah ringan menuju kamar salah satu kakaknya. Lantas teriakan-teriakan kesakitan mulai menggema di dalam rumah tersebut dan malam itu menjadi awal yang buruk yang menimpa keluarga Park.

A LITTLE MONSTER | PARK JISUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang