Corvus Florensis

2.4K 331 9
                                    

"Semakin sempurna seseorang di luar, semakin banyak iblis yang mereka miliki di dalam."

- Sigmund Freud -

××××××××××××

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini mereka akan tinggal di asrama. Walau begitu, mereka masih diperbolehkan untuk pulang. Namun harus kembali sebelum pukul 12 malam.

Noya yang baru saja kembali dari rumah sakit. Berhenti sesaat setelah handphonenya berdering. Ia membuka kaca helm lalu mengangkat panggilan dari seseorang yang tak dikenalnya.

"Halo! Halo! Hellooooo! Apa sih."

Akan tetapi, panggilan tersebut tak suara sekali pun.

Tak jauh dari tempat ia berhenti, seseorang tengah mengawasinya. Seseorang dengan hoodie dan topi hitam serta menggunakan masker. Bertubuh tinggi dan tegak, sedang memantau Noya dari kejauhan.

Seseorang itu segera membuka pesan yang baru saja masuk. Hanya sebuah gambar yang sepertinya memiliki makna berupa perintah.

 Hanya sebuah gambar yang sepertinya memiliki makna berupa perintah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang itu kemudian menghubungi seseorang lalu beranjak pergi.

"Olivier Family." ucapnya sebelum beranjak pergi dari sana.

Sementara Noya masih kesal dengan si penelpon tadi.

"Astaga, siapa yang menelponku malam-malam begini? Apa dia ingin menakutiku? Menyebalkan!" kesal Noya

Tak lama kemudian, beberapa siswa dan siswi dengan seragam sama. Tiba ditempat Noya sedang berhenti. Ditambah lagi, tempat tersebut sangat sepi karena sudah masuk dalam wilayah sekolah PLY.

"Wah, mereka lagi." gumam Noya

"Hei anak buangan! Apa yang kau lakukan sendiri di sini?"

"Terserah aku. Tempat ini bukan milik ibumu, 'kan?" balas Noya

"Huh, mereka semua sama saja. Aku dengar ketua osismu baru saja menghajar teman-temanku."

"Jika ketua osisku melakukan hal itu, itu berarti mereka memang pantas dihajar." cetus Noya

"Anak-anak istimewa begitu menakutkan. Duh, aku merasa takut. Apa yang harus kita lakukan padanya?"

"Habisi saja dia!"

Salah satu siswa laki-laki segera menendang motor Noya hingga Noya tersungkur dari motor. Setelah itu, ke tujuh siswi maju dan memukuli Noya secara bersamaan.

"Jangan sampai dia mati. Itu perintahnya!"

"Ayo bangun! Bangun!"

Noya terlihat terluka. Kedua ujung bibirnya telah mengeluarkan darah. Lutut hingga lengannya juga telah terluka. Mereka kemudian secara bergantian menghajar Noya. Mengoper Noya ke siswi yang satu ke siswi yang lain.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang