BAB 8 | Percayalah, Bukan Aku!

949 77 15
                                    

"Mempercayaimu adalah keputusanku, jika kamu mengecewakanku maka itu adalah bagian dan resiko untukku."

***

Malam ini tak banyak perubahan yang terjadi. Gadis itu masih meringkuk memeluk guling di kamarnya yang sepi dan sunyi. Menangis dalam kesendirian malam. Sedangkan Nathan, entah berada dimana dia saat ini. Menembus dinginnya malam, menguasai jalanan dalam kesepian. Mereka berdua mempunyai perasaan yang sama, saling merindukan tapi keadaan membuat mereka harus berjauhan.

Hingga pagi menyapa, Nindy tak juga nenampakkan sinar di wajahnya. Dia masih terus saja murung dan tak mengindahkan nasehat Bik Iyas untuk sarapan terlebih dulu sebelum ke sekolah.

"Anin makan di sekolah aja, Bik."

Gadis itu berlalu pergi dengan menaiki ojek online yang telah ia pesan.

Karena malas dan kondisinya yang kurang sehat, dia menjadi telat ketika datang ke sekolah. Nindy harus mendapat hukuman dan berdiri di tengah lapangan sampai jam pelajaran kedua.

Selesai waktu hukuman itu, Nindy masuk ke kelas yang kebetulan sedang kosong karena para guru sedang ada acara perwakilan sekolah.

"Lo tadi dihukum?" tanya Yasmine.

Nindy hanya mengangguk pelan. Ia meletakkan tasnya, mengambil botol air minum dan meneguknya perlahan.

"Untuk pertama kalinya seorang Anindya telat datang  ke sekolah."

Sherrin melipat buku di depannya.

Yasmine menengok ke arah pintu lalu menyenggol lengan Sherrin. Sherrin yang tak mengerti apapun ganti menyenggol lengan Nindy. Mereka bertiga saling menatap bergantian.

"Kak Ghavin ngapain sih kayak orang panik gitu?" Nindy bertanya kepada kedua temannya. Namun mereka berdua hanya mengangkat bahu.

"Nindy, lo dipanggil Kak Jeff sama Kak Ghavin di luar," ucap salah seorang teman sekelasnya.

Ketiga gadis itu bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri seseorang yang memanggilnya.

"Kak Jeff, Kak Ghavin, ada apa ya?"

"Nin, tolong lo hubungin Nathan bisa? Soalnya kita telfon nggak diangkat. Mungkin kalau lo yang telfon diangkat." Jeff berbicara dengan nada sedikit cepat saking paniknya.

"Emang Kak Nathan nggak masuk hari ini?"

"Itu dia Nin, dia nggak ada kabar. Gue jadi harus gantiin dia buat acara perwakilan sekolah," ucap Ghavin dengan kesal.

"Kak Ghavin jangan marah-marah." Yasmine menepuk pelan pundak Ghavin.

"Kalau ada kamu, mana mungkin aku bisa marah." Ghavin menyentil kening Yasmine dengan manja.

"Ck, pamer aja terus pamer." Jeff membuang muka dan berdecak kesal melihat kelakuan temannya itu.

"Sher, tadi lo dicari Edgar, katanya kalian mau tanding basket." Jeff memutar badannya, menjauhkan diri dari duo bucin di sampingnya. Kini ia berusaha mengajak Sherrin yang tengah fokus dengan buku yang di bacanya untuk mengobrol.

"Eh iya Kak, besok."

"Dia masih berharap bisa bareng lagi sama lo, Sher."

Sherrin hanya melemparkan senyum dari bibirnya.

Sementara Nindy yang sedikit menepi dari mereka masih terus mencoba untuk menghubungi Nathan. Namun sayang, hasilnya tetap tidak ada jawaban.

Nindy menghampiri Jeff dan menggelengkan kepalanya.

SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang