Hari-hari yang indah berlalu digantikan dengan hari-hari yang kian terasa semakin sulit. Rumah yang dulu yang diisi dengan canda tawa kini hilang dan digantikan dengan suasana hampa. Disaat Aku juga ingin seperti mereka yang selalu diberi semangat dan dinanti kepulangannya, tetapi itu merupakan khayalan semata yang tak akan pernah terkabul. Aku berharap semua kembali seperti dulu, masa di mana Aku hanya bermain dan tidak tau akan masalah yang akan datang. Jika waktu dapat diulang kembali Aku ingin masalah ini tidak pernah ada dan datang menghampiriku.Tok..tok..tok..
"Ana kamu didalam?" tanya Ibu dari balik pintu kamarku.
Aku terdiam dan bertanya-tanya dalam benakku. "Apa ini mimpi? Apa harapanku akan terkabul?"
"Ana?" suara Ibu kembali kudengar menyadarkan Aku dari lamunan. Aku menutup buku diaryku dan bergegas membuka pintu kamarku.
Cklek
Dengan perasaan bahagia Aku menatap Ibu sambil tersenyum.
"Ibu Aku senan__"
"Ibu tidak ingin punya anak bodoh apalagi penyakitan, jadi turun dan makan!" ujar Ibu memotong ucapanku dengan wajah datar dan pergi berlalu meninggalkanku.
Aku bergegas mengikuti Ibu ke ruang makan dan tetap tersenyum. Aku harus bersyukur karena Ibu tidak meninggalkanku dan masih mau menjaga dan merawatku. Kami duduk dan memulai makan malam.
Suasana tetap sepi, yang terdengar hanya denting suara sendok saja. Aku ingin dekat dan bercerita tentang keseharianku kepada Ibu, layaknya remaja pada umumnya tetapi Aku bingung untuk mengekspresikan dan memulainya dari mana.
"Besok kamu sudah bisa sekolah, semua sudah Ibu urus." Ucap Ibu kepadaku, lalu beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkannku sendiri di ruang makan.
Aku segera menghabiskan makan malamku dan membereskan meja makan, mencuci lalu menyusunnya dengan rapi. Setelah selesai Aku pergi ke kamarku dan duduk di meja belajarku. Aku kembali membuka buku diaryku dan menuangkan segala keluh kesahku ke dalamnya.
Satu minggu yang lalu tepatnya tiga puluh Oktober merupakan hari kepindahan kami. Aku Anatasya, lengkapnya Anatasya Luensa. Aku tidak pandai dalam bidang akademik tetapi, Aku lumayan berbakat dalam seni lukis. Jika kalian memiliki keinginan menjadi guru, polisi dan sebagainya Aku berkeinginan menjadi pelukis yang terkenal.
Setelah perceraian Ayah dan Ibu, kami pindah dan menetap di kota Bandung. Aku berharap semoga di kota Bandung ini, hal baik akan datang menghampiriku dan Aku juga berharap semoga besok akan menjadi awal baru yang akan lebih baik untuk kedepannya.
Aku tersenyum lalu menutup buku diaryku dan menyimpannya di dalam laci. Kulihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam Aku beranjak dari dudukku, berbersih dan bergegas untuk segera tidur. Aku memandangi atap kamarku sambil bernostalgia ke masa kecilku dan tanpa sadar Aku sudah tidur terlelap.
Keesokan harinya.
Kulihat jam di kamarku yang menunjukkan pukul tiga dini hari, Aku terbangun kerena mimpi buruk tapi Aku tidak dapat mengingat mimpiku keseluruhannya, kucoba untuk tidur kembali tapi rasa ngantuk tidak kunjung datang menghampiriku. Aku bangun beranjak dari kasur menuju kamar mandi dan mencuci wajahku. Aku memutuskan untuk menggambar menunggu matahari menunjukkan sinarnya.
Aku ingin menjadi pelukis karena dengan melukis Aku dapat meluapkan perasaan sedih dan perasaan bahagia yang sedang ku rasakan.
Aku kembali mengingat-ingat bentuk hingga tata letak rumahku dulu yang berada di desa, karena disana merupakan tempat yang memiliki banyak kenangan dan tempat yang akan selalu Aku rindukan. Aku memutuskan untuk menggambarnya beserta dengan pelengkapnya ada sebuah keluarga yang sedang berkebun sambil bercanda tawa, yang jika diperhatikan dengan teliti kelihatan sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emas Layak Tembaga
Short StoryAku berharap semua kembali seperti dulu, masa di mana Aku hanya bermain dan tidak tau akan masalah yang akan datang. Jika waktu dapat diulang kembali Aku ingin masalah ini tidak pernah ada dan datang menghampiriku. ...