Kedua pria itu masih saling menatap tajam. Menyebarkan aura mengerikan yang mampu membuat sekitarnya meremang. Termasuk Kia yang berada di punggung Kai, ia merasakan kengerian menyelimuti suasana ini. Kia menarik baju belakang Kai agar pria itu memutus pandangan. Benar saja, Kai langsung menoleh mendapati Kia yang meringis sambil menggeleng pelan.
Kai sepenuhnya berbalik, ia meraih jemari Kia lalu membawanya pergi. Belum ada beberapa langkah, suara Dokter Ben menghentikan langkah Kai dan Kia.
"Aku tidak tahu jika Kia memiliki kekasih?" ucap Dokter Ben. Kai berbalik, berjalan mendekati pria itu.
Kia meremas tangan besar Kai agar tidak meladeni pria itu. Ia tak ingin menimbulkan keributan di rumah sakit. Kai hanya menoleh sekilas, lalu beralih pada Dokter Ben yang masih memandang keduanya dengan tangan terlipat di dada.
"Sekarang kau sudah tahu," ucap Kai singkat lalu menarik tangan Kia berlalu meninggalkan pria berambut kecoklatan dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya itu.
Dalam langkahnya menuju mobil. Tak ada ucapan yang keluar dari bibir pria itu. Sampai keduanya masuk ke dalam parkiran, Kai mendorong Kia ke salah satu dinding. Merapatkan tubuhnya hingga menempel dengan satu tangan berada di belakang kepala Kia agar wanita itu tidak membentur tembok karena dorongannya.
Sapuan bibir Kai di mulut Kia sontak membuat wanita itu terperanjat. Matanya terbelalak melihat Kai yang sedang menciumnya dengan kasar. Kedua mata pria itu menutup dengan satu tangannya melingkar di pinggang Kia, menarik tubuh wanita itu semakin menepis jarak di antara keduanya. Kai memperdalam kecupannya dengan memiringkan kepala sambil berusaha menyusup ke sela-sela rongga mulut mencari lidah Kia untuk bisa disesapnya.
Kia yang masih dalam rasa terkejutnya tak membalas ciuman pria itu. Ia hanya membiarkan Kai menjelajahi bibirnya. Kecupan itu semakin menuntut terbukti saat Kai terus memperdalamnya hingga pasokan oksigen tidak bisa masuk ke paru-paru Kia. Kia meremas baju bagian belakang Kai dan tanpa sadar meremas punggung pria itu. Hal yang menyadarkan Kai akan perbuatannya. Kedua mata Kai terbuka dan seketika bertemu pandang dengan iris coklat Kia.
Saat Kai akan melepas ciuman itu, tangan Kia berpindah ke belakang lehernya. Memagut bibir Kai dengan sangat lembut. Permukaan kulit selembut bunga mawar itu terasa mendesak dan menggoda, membuat Kai hanya sempat tersentak selama beberapa detik saja. Sebelum akhirnya ikut membalas.
Jemarinya kini seperti menari-nari di leher Kia yang jenjang, membuat Kia menggeliat karena serbuan rasa geli yang tak bisa ia tahan. Namun, ternyata gerakan itu malah dianggap sebagai undangan oleh Kai. Lelaki itu melepaskan ciumannya. Lalu, setelah menatap Kia dalam, aksinya berpindah menuju lekukan dibalik rambut cokelat yang indah itu. Membuat Kia terkesiap oleh sensasi memabukan yang dihasilkannya.
"Kai ...."
"Jangan hentikan aku. Aku tidak bisa berhenti sekarang!"
***
Kai menatap wajah Kia yang juga sedang memandangnya. Tatapan penuh cinta Kai berikan untuk wanita di hadapan. Ia tersenyum geli melihat bibir Kia yang merah dan sedikit membengkak, membuat benda kenyal itu semakin menggoda di matanya.Tangan Kai terulur mengusap bibir ranum Kia. Sedikit merasa bersalah membuatnya seperti ini. Elusan itu berpindah ke rahang Kia dan wanita itu hanya diam menikmati apa yang dilakukan Kai.
"Maafkan aku. Apakah sakit?" tanya Kai. Kia mengangguk sebagai balasan.
"Hatiku yang sakit. Karena kau melakukannya dengan agresif," ucap Kia penuh kekecewaan yang membuat Kai semakin merasa bersalah. Ia menggenggam jemari Kia lalu meremasnya pelan.
"Maaf, aku terlalu kesal karena melihatmu berdekatan dengan pria itu," sesal Kai. Wajahnya begitu sendu dengan pandangan penuh dosa.
"Mengapa kau begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Auntumn (End)✓
RomansaKia adalah musim semi yang datang secara mendadak kepada sosok pria bernama Kai. Memberikan sentuhan keajaiban, menciptakan kehidupan baru saat pria itu sudah menyerah menghadapinya. Kia berhasil memberi berbagai warna yang awalnya abu-abu. Membuat...