happy reading!
°°°
"Ih liat deh anak pelakor datang."
"Gila nih cewe masih ada muka untuk ke sekolah?"
"Bukannya dia yang kena skandal minggu lalu karena kedapatan sama om-om, ya?"
"Buah pasti jatuh ga jauh dari pohonnya."
Berisik anjing! lagi dan lagi ia hanya mengumpat dalam hati, malas membalas ataupun melawan orang-orang yang menurutnya tidak penting.
Dengan cepat ia berjalan melewati berbagai tatapan yang kini tertuju padanya. Ia hanya memasang wajah acuh tak acuh.
Ga dirumah, disekolah, semuanya buat sial!
"Anya."
Orang yang dipanggil Anya spontan berbalik badan dan mendapati seorang anak laki-laki bertubuh besar dengan seragam acak-acakan diujung koridor.
Anya tersenyum dalam hati. Ia lah satu-satunya penyemangat Anya untuk ke sekolah.
Dengan berlenggang santai, gadis itu mendekati anak laki-laki tadi dan menyapanya ramah, "iya Pan, kenapa?"
Orang yang dipanggil Panji hanya diam, memandang Anya dalam diam. Keduanya sudah menjalin hubungan sejak 6 bulan yang lalu, dan terlihat mesra sebelum Anya terkena kasus yang menyebabkan dirinya hancur, namun disaat itu Panji selalu memberikannya semangat dan menariknya dari kegelapan.
Dengan perasaan yang sedikit membaik, Anya berharap Panji memanggilnya untuk pulang bersama atau sekedar jalan-jalan berdua, karena jujur keduanya akhir-akhir ini terlihat memiliki jarak yang coba untuk Anya kikis secara perlahan. Terlihat dari sifat Panji yang berubah dan juga Panji yang sering sibuk dan mengabaikan dirinya. Namun Anya berusaha untuk tetap berpikir positif dan menganggap semuanya baik-baik saja.
"Gue mau kita putus."
HAH?!
"WHAT?!" Anya kaget se-kaget-kagetnya. Apa ia memiliki kesalahan?
"Iya, gue mau kita putus."
Gadis itu lalu membuang muka, mencoba menghilangkan rasa sedihnya, perhatian semakin tertuju pada keduanya.
"Maksud lo?! Kok tiba-tiba putus?? Gue salah apa si?!"
Panji mengangkat kedua bahunya, menandakan bahwa ia tidak berniat untuk menjelaskan.
Anya tidak habis pikir dengan semua ini. Gadis itu lalu tertawa kecil, dan memandang Panji dengan wajah penuh kesedihan. "Lo bercanda, kan?!
"Engga." Tanpa beban Panji mengucapkan hal itu seolah-olah ia memang merencanakan hal ini.
"BRENGSEK LO! ANJING! GUE UDAH KASIH LO SEGALANYA! LO BUTUH DUIT GUE KASIH, LO JADIKAN GUE BAHAN TARUHAN GUE TERIMA TE--"
"BRENGSEK LO!" Panji spontan membekab mulut Anya. Biar bagaimanapun itu adalah aib bagi dirinya ia tidak mau berakhir jadi seperti Anya.
Panji mendekatkan dirinya pada Anya, lalu membisikkan sesuatu. "Gue bakalan bunuh adik lo kalau lo berani ngomong sekali lagi soal uang yang gue pinjam atau apapun itu." Ancam Panji dengan sungguh-sungguh.
Anya tercekat mendengar itu, bagaimana bisa Panji begitu jahat padanya? Padahal selama ini ia yang memberikan uang pada laki-laki itu saat membutuhkan uang. Bahkan Anya memberikan tumpangan berupa tempat tinggal dan makanan untuk Panji selama 1 bulan full. Tapi inikah balasan Panji pada dirinya?
Gadis itu berdecih dalam hatinya dan memandang Panji sinis. Anya maju satu langkah dan menatap Panji rendah. "Makasih, sekarang gue sadar kalau gue ga pantas buat dapatin sampah kaya lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara Hati
RandomHANYA KUMPULAN ONESHOOT! --- Banyak kisah disini, kisah kita, kamu, dan aku... --- maaf ya kalau banyak typo, dan ini hanya oneshoot semata, karena gabut saja, sekian terimakasih~ oh iya, misalkan tiba-tiba aku punya ide buat lanjutin salah satu one...